ATHALA masuk ke dalam warung. Kedatangannya langsung disambut hangat oleh teman-temannya.
"Berhubung pak ketu udah dateng gimana kalo kita langsung minta peje, traktir dong," minta Eros.
"Peje pantat lo," sahut Athala mendudukkan bokongnya di dekat Lian.
"Cieee yang udah nggak jomblo," ejek Josep ikut-ikutan.
"Biar gue yang ralat, Aoi sama Athala itu nggak ada hubungan apa-apa," bantah Kafka sedikit emosi.
"Idih siapa lu? Kok sok tau yang ngejalanin kan Athala sama Aoi kenapa lo yang sewot." Eros tak menerima bantahan itu.
Kafka memilih untuk tidak menjawab lagi meski ia sudah emosi. Alfin yang lebih dekat dengannya pun hanya terkekeh saja melihat sahabatnya emosi.
"Main-main doang kok," ujar Athala menenangkan.
"Biasanya yang langsung jawab cuma main-main gitu malah jadi serius. Hati-hati lho," timpal Kendra.
"Gue percaya tapi gue nggak mau itu terjadi. Gue jamin sih, iya nggak Yan?" Kendra menepuk pundak Lian untuk meminta persetujuan.
Cowok yang tadinya sibuk dengan ponselnya itu menoleh, masih dengan senyum yang terukir di bibirnya membuat teman-temannya langsung menaruh rasa curiga.
"Lo napa ketawa-ketawa begitu?"
"Pim pim pom gue tebak seorang Lian pasti sedang chattingan bersama seorang Bianca. Betul taak?" Eros mengedipkan mata menggoda.
Lian yang terkenal cuek itu segera berdehem. Gawat, jangan sampai teman-temannya tau. Memang meski demikian adanya tapi tetap saja ia tak enak pada Alfin.
"Ngaco!" balas Lian menatap Eros tajam.
"Lo deket sama Bianca?"
"Sejak kapan?"
"Kok gue gak tau?"
"Demi apa, sahabatan sama Athala masa gebetannya juga mesti sahabatan gitu?"
"Cieee Lian cieee."
"Wee jangan gitulah wee hargai keberadaan Alfin sebagai mantannya Bianca yang sampai saat ini masih gamon."
"Apa sih lo kenapa jadi bawa-bawa gue!" Alfin menatap teman-temannya kesal. Hatinya yang sudah panas karena mereka menyebut-nyebut Bianca kini semakin terbakar saja karena dirinya disebut-sebut.
"Tuh kan bener makin marah, cieee ada yang gamon nih."
"Terserah kalian lah mau deket sama siapa asal jangan sampai cewek ngebuat kita jadi pecah." Athala berdiri dari duduknya.
"Mau kemana dude?"
"Ke alfamart bentar mau beli paket."
"Laper, Tha," rengek Eros.
"Pesen."
Mata Eros langsung berbinar, "Lo yang bayarin?"
"Ya nggaklah enak aja." Athala menjitak kening Eros.
"Muka lo jelek banget mirip monyet," ejek Athala tertawa melihat Eros yang manyun.
Sontak itu membuat Eros semakin merasa terhina.
"Pesan aja nanti Kendra yang bayar," ujar Athala.
Mendengar namanya dibawa-bawa Kendra langsung menoleh, "Dih enak aja."
Athala terkekeh, "Becanda. Pesan aja apa yang kalian mau."
"Serius?" tanya Eros dari dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Teen FictionSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.