23. Confession

515 81 13
                                    

Sembari menunggu rambutnya yang habis dikeramas untuk kering, Aoi membuka jendelanya. Udara malam menerpa kulit wajah gadis itu.

Entah apa yang ada di fikirannya, sesuatu menyuruhnya untuk melihat ke bawah dan melihat bibi sedang berdiri di luar gerbang dengan kotak besar yang dibawa.

Aoi rasa itu bukan urusannya, cewek itu kembali menutup jendela kamarnya dan duduk di meja belajar. Cewek itu baru ingat sesuatu ketika melihat buku Metta tergeletak di meja belajarnya.

Sesuatu dalam dirinya menyuruh Aoi untuk membuka buku itu. Sepertinya buku diary. Tak mau dihantui penasaran Aoi segera membukanya untuk dibaca.

Lembar pertama seperti buku diary lainnya, ada perkenalan yang terdengar geli saat Aoi membacanya. Sampai berikutnya hanya tentang ungkapan hati perempuan itu, sampai di lembar pertengahan Aoi membaca sesuatu yang membuat matanya terbelalak tak percaya.

Mulut Aoi terbuka saking terkejutnya, tangannya bahkan sampai bergetar, ingin rasanya tak percaya tapi melihat apa yang ada di depannya membuat Aoi tidak bisa berkutik. Cewek itu kembali melanjutkan ke lembar berikutnya yang membuat dirinya lebih terkejut lagi.

Aoi tak percaya semua ini, jadi yang selama ini dilihat? Ah rasanya Aoi ingin menolak untuk percaya. Seketika kepalanya pening.

Ketukan pintu membuat Aoi langsung menutup diary berwarna pink milik Metta.

"Siapa?" teriaknya dari dalam.

"Ini bibi, non."

"Masuk aja, Bi."

Kemudian suara pintu terbuka menampilkan figur pembantunya masuk dengan kotak besar.

"Apa itu?"

"Ini non, ada yang nganter tadi."

Aoi mengerutkan kening, "Dari siapa?"

"Nggak ada namanya, pas keluar gerbang udah nemu aja."

Aoi mengambil alih kotak yang ukurannya sangat besar. Pertanyaan dari siapa kembali memenuhi otaknya. Ini adalah kedua kalinya ada yang kotak misterius seperti ini.

Segera Aoi buka, cewek itu semakin terkejut karena isi dari kotak itu adalah sebuah boneka beruang besar yang bahkan besarnya melebihi dirinya. Cewek itu mengotak atik kotak sampai menemukan secarik kertas.

To Aoi

Boneka itu aku kirim supaya suatu saat kalau kamu butuh teman cerita kamu bisa ngobrol sama boneka itu. Maaf aku nggak bisa jadi pendengarmu secara langsung.

From pengagum rahasiamu

"Siapa sih? Pengecut lo!" maki Aoi meremes kertas untuk dilempar keluar jendela.

"Bakar aja Bi bonekanya," kata Aoi kesal.

"Hah? Sayang banget non, ini pasti harganya nggak murah."

"Ini nggak jelas siapa yang ngasih, kita nggak tau isi hati seseorang terus alasan dia ngirim boneka ini?"

Bibi tersenyum canggung, "Non, kita nggak tau sekuat apa usahanya sampai bisa dapet uang buat beliin ini kan? Kita sama-sama manusia dan punya hati kan? Jadi ayo kita sama-sama menghargai seenggaknya sampai kita tau siapa pelakunya. Saran Bibi sebaiknya jangan dibuang, dibakar atau apalah, cukup simpan aja."

Hembusan nafas panjang terdengar dari Aoi, "Aku takutnya ada yang mau main-main sama kita."

Pundak Aoi ditepuk pelan, "Selagi ada gusti Allah nggak akan ada apa-apa, ada bibi juga kan di sini. Insya Allah aman kok."

ATHALA [SGS#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang