1. Dunia Memang Seperti Ini

2.3K 175 73
                                    

"Saya rasa cukup untuk rapat sore ini, saya minta maaf karena memakan jam pulang kantor kalian 5 menit. Jaga koordinasinya, terutama dengan klien baru. Pelajari dengan teliti siklus bisnis perusahaanya, dan agendakan visit klien jika memungkinkan untuk menghindari kesalahpahaman. Terimakasih."

Kalimat penutup dari kepala bagian devisi Tax Kantor Jasa Akuntan Anita & Rekan itu, menutup aktivitas kantor hari itu.

Suara peralatan kantor yang dirapikan terdengar saling sahut-menyahut di telinga Andrea. Andrea pun melakukan hal yang sama, membereskan meja kantornya kemudian mengambil tasnya seraya mengambil langkah untuk menuju parkiran kantor.

"Ika, aku balik dulu ya. Jangan lupa beli makan, lembur juga butuh tenaga hehehe." Ucap Andrea.

"Siap, bentar lagi kelar kok. Nanggung besok aku mau visit klien soalnya." Jawab Ika.

Ya, Ika dan Andrea adalah teman satu devisi di Kantor Jasa Akuntan terbesar di Kota Surabaya itu, mungkin lebih tepatnya terbesar se-Provinsi Jawa Timur. Salah satu Kantor Jasa Akuntan yang menjadi tempat kerja impian banyak lulusan jurusan Akuntansi, Perpajakan, atau Ilmu Ekonomi lainya.

Bukan hal mudah sebenarnya untuk mendapat pekerjaan di sana, tapi karena Andrea bisa mendapatkan posisi itu, kalian tentunya bisa menilai sendiri bagaimana sosok Andrea Nur Hidayah ini.

Andrea melambaikan tangannya pada Ika, seraya berlalu menuju mobil Avanza putih miliknya yang masih terparkir rapi, di parkiran karyawan sore itu. Langkahnya lunglai, bukan karena kelelahan, hanya saja ia sedikit bosan dengan aktivitasnya hari itu.

Sesampainya di mobil, Andrea menghela napasnya panjang. Manik coklatnya terarah untuk menikmati langit oranye sore itu, dari balik kaca mobilnya. Pikiranya melayang memilih beberapa hal untuk mengusir kebosanannya, dari pada langsung pulang menuju rumahnya.

"Mampir ke Café nya Dinda aja lah." Ucapnya seraya memasang safety beltnya, kemudian mengendarai mobilnya meninggalkan area kantornya.

Dalam perjalanannya Andrea melihat berbagai hal. Pemandangan gedung-gedung tinggi, pedangang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan raya, sepasang remaja yang menikmati sorenya di bangku taman, ataupun para anak kecil yang sedikit kurang beruntung sehingga harus berjualan koran ataupun mengamen.

Bagi Andrea hidup memang kejam untuk beberapa orang seperti mereka, tapi Andrea percaya masih ada kebahagiaan yang mereka rasakan. Bahkan mungkin saja, Andrea tak memiliki kebahagiaan yang mereka rasakan.

Andrea sering mendengar bahwa banyak orang yang ingin menjadi sepertinya. Lulusan Universitas Negeri juga jurusan yang banyak diminati, lulus tepat waktu pula. IPK dengan predikat cumlaude. Memiliki banyak sertifikasi, yang ikut menyumbang gelar pada namanya. Mendapatkan pekerjaan impian banyak orang lain.

Gaji yang dapat dikatakan besar, dan tentu saja cukup untuk memenuhi kebutuhanya dan keluarga. Bahkan diumurnya yang baru saja 24 Tahun ia telah memiliki beberapa aset sendiri, seperti mobil, tanah, ataupun deposito. Tidak terlalu banyak seperti karakter konglomerat pada cerita lainnya, tapi tentu saja siapa yang tidak ingin menjadi sepertinya.

Selain karir, harta, dan juga pendidikan. Andrea pun dikenal memiliki wajah yang rupawan. Bukan wajah bak idol korea, model barat, ataupun aktris hollywood lainya. Wajah Andrea cantik, kalian yang melihatnya pasti merasa bahwa Andrea mendefinisikan kecantikan pribumi. Wajah khas Cah Ayu Jawa melekat pada dirinya.

Tapi apa kalian sadar, dengan kehidupan impian setiap wanita itu. Andrea juga kerap merasa bosan dengan keseharianya. Bukan hanya bosan, seperti semua orang Andrea juga kerap mengeluh tentang kehidupannya.

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang