EPILOG : Wedding Day

2.2K 72 24
                                    

Aula gedung serba putih tersebut bertambah megah dan elegan setelah ditata sedemikian rupa. Manik cokelat Andrea dapat melihat dengan jelas betapa indahnya rangkaian bunga-bunga bederet dengan kesan yang mewah.

Suasana romantis dan penuh suka cita tumpah ruah dalam ruangan tersebut. Semua orang yang datang berusaha menampilkan pesona tersendiri dalam dirinya. Mereka dengan detail mencoba cara berpakaian dan memakai riasan dengan indah. Seolah-olah berusaha menunjukan citra baik dalam pesona yang akan ditunjukkan.

Ornamen-ornamen lain juga terpajang menghiasi aula tersebut. Semuanya begitu terlihat padu dan serasi dalam alunan dekorasi. Rona warna putih dan emas menjadi tema dari dekorasi di hari yang sangat sepesial itu.

Jemari Andrea mulai meraba beberapa bunga lili putih yang seolah-olah sengaja ditata dengan indah di hadapannya. Semerbak wangi lili mendominasi aroma pada aula megah tersebut.

Andrea tiba-tiba tersenyum mengingatnya. Otaknya mengingat kepingan puzzle memori tentang bagaimana Andre dengan detail pernah menceritakan pernikahan impiannya.

Semua bayangan yang kala itu hanya menjadi angan-angan, hari ini telah diwujudkan dengan begitu eloknya. Sekali lagi Andrea tertawa mengingatnya. Sketsa acak yang kala itu dengan sembarang mereka katakan. Hari ini menjadi kenyataan.

Manik cokelat Andrea belum berhenti menjelajahi setiap sudut dalam gedung tersebut. Binar matanya menemukan aksen-aksen kebudayaan Bali yang cukup kental pada beberapa sudut gedung tersebut.

Semuanya tertata begitu proporsional di mata Andrea. Nuansa moderen juga budaya begitu saling melengkapi suasana bahagia hari itu.

Semua sama persis seperti wedding dream-mu dulu ya, Ndre.

Andrea kini tengah berdiri di depan sebuah meja tempat gelas-gelas minuman tertata. Jangan lupakan pula fakta bahwa ada rangkain bunga lili di hadapannya. Dari kejauhan manik cokelat Andrea menelisik orang-orang yang ia kenal selama hidupnya. Semua orang bercengkrama dalam suka cita. Semua seolah-olah turut berbahagia.

Andrea pun demikian. Ia sungguh berbahagia atas hari istimewah ini.

"Ndrea, aku balik duluan, ya." Dinda mendatangi Andrea dari arah belakang tubuhnya.

"Kok, buru-buru banget, sih. Bareng aku aja, deh. Sebentar lagi," bujuk Andrea.

"Akunya, sih, mau. Tapi, lihat itu Elin udah ngantuk banget mukanya. Kasihan besok harus sekolah pagi."

Andrea melihat sosok mungil Elin dengan wajah mengatuknya tengah berada pada gendongan Sang Ayah. Terlihat begitu menggemaskan di mata Andrea.

"Ya udah, hati-hati ya, baliknya. Salam buat keluarga di rumah."

"Eh, aku juga balik bareng Dinda ya, Ndrea." Kini giliran Ika yang berpamitan pada Andrea.

"Buru-buru banget, sih, Ka. Tungguin aku sebentar, dong," Andrea mencoba menghibah.

"Punggungku udah nggak ngasih toleransi lagi ini, Ndrea. Pengen buru-buru rebahan rasanya." Ika dengan wajah memelas mencoba membujuk balik Andrea. Jangan lupakan tangannya yang sedari tadi senantiasa mengelus lembut perutnya yang mulai membucit menyambut trimester keduanya.

Andre tertawa melihat tingkah Ika tersebut.

Setelah menikah, seorang Ika yang selalu bertingkah menyerupai laki-laki perlahan berubah. Aura perempuan kini begitu kental terlihat dari tingkah lakunya. Ditambah lagi, Tuhan kini sedang memberikan mereka sebuah anugrah yang begitu indah. Sebentar lagi Ika akan berjumpa dengan Putri pertamanya.

Waktu membawa semua hal berlalu-lalang dalam hidup Andrea. Elin kecil yang dulu dengan heboh ia carikan nama, kini tumbuh menjelma mencoba menggapai masa remajanya. Tentunya diiringi omelan dan ocehan Dinda setiap harinya.

Waktu benar-benar memberikan nuansa sihir ajaib yang bisa mengubah segalanya. Termasuk hidup Andrea.

Hidup yang dulunya sempat ia ragukan dimana keadilannya, sekarang menunjukan jati dirinya.

"Ya udah, kalian balik dulu aja. Hati-hati loh ya, udah malam ini," ujar Andrea.

"Kamu juga jangan balik kemalaman. Nanti Ibumu telepon aku lagi hahaha." Dinda masih sempat-sempatnya bercanda kepadanya malam itu.

"Iya, Iya. Bentar lagi, kok. Nunggu Mas Reno balik dari toilet, terus langsung pamitan sama Andre."

"Ya udah, kita duluan ya, Ndrea. Salamin ke Mas Reno juga."

Selanjutnya manik cokelat Andrea mengekori kepergian sahabat-sahabat terbaiknya itu. Senyum Andrea kembali tercipta. Benaknya begitu bahagia melihat keluarga kecil yang dibangun oleh sahabat-sahabatnya nampak bahagia.

Tidak ada yang akan berjalan dengan baik-baik saja. Termasuk dalam membina hubungan romansa di masa dewasa. Andrea kerap mendengar keluh kesah sahabatnya tentang bagaimana kerikil-kerikil rumah tangga kerap menghampiri mereka. Namun, sekali lagi waktu membawa nuansa sihirnya. Menjadikan jiwa-jiwa belia menjelma menjadi manusia dewasa.

"Maaf ya, Ndrea. Antri banget toiletnya."

Suara khas laki-laki bernama Reno itu terdengar jelas di telinga Andrea. Andrea menolehkan padanganya pada sosok tersebut. Sedetik kemudian bibir ranumnya mengulas sebuah senyuman.

"Nggak papa, kok, Mas. Langsung pamitan sama pengantinnya, yuk. Udah malem. Takut dicariin Ibu lagi hehehe."

Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju letak panggung pelaminan berdiri megah. Jemari keduanya saling mengamit. Begitu erat seolah-olah tak mau terpisahkan banyak jarak. Siapa saja yang melihatnya, pasti menyadarinya. Bahwa keduanya sedang berbunga-bunga merajut rasa yang begitu indah.

Kini beberapa langkah di hadapan Andrea, telah berdiri sosok Andre dalam balutan tuxedo abu-abu yang menjadikanya berpenampilan gagah. Senyuman tersungging dari bibir Andre ketika melihat Andrea datang mendekatinya.

Manik cokelat Andrea beradu pandang dengan hazel milik Andre. Keduanya saling menatap tanpa imbuhan kata yang harus terucap. Keduanya saling memahami tanpa bingung bagaimana cara bersikap.

Andre kini telah berdiri di pelaminan impiannya. Bersama dengan sosok perempuan yang berhasil mengobati dan meluluhkan hatinya kembali.

Usai saling terjerambab dalam jurang luka yang menganga. Kini semuanya beranjak bahagia menyambut kisah baru yang lebih berwarna.

Waktu sekali lagi dengan ajaib membawa nuansa sihirnya. Ia berjalan tanpa janji akan memberikan semua yang kamu inginkan. Namun, ia senantiasa terus berjalan, menjadikanmu manusia yang pandai mengolah berbagai perasaan.

"Selamat atas pernikahan kalian. Semoga segala kebahagiaan menyertai langkah-langkah kalian." Andrea mengucapkan mantra harapan tepat saat tangannya menjabat hangat telapak tangan milik Andre, cinta pertamanya.

Cinta yang mendewasakannya.

[TAMAT]

Terima kasih telah mengawal Andre dan Andrea menuju akhir dari kisah mereka.
Teruntuk kamu yang mengenal berbagai rasa melalui kisah mereka. Percayalah, sama sepertimu, kadang aku juga terluka dan bahagia saat membacanya.

Oh iya, kalian bisa komen di sini untuk pertanyaan yang mungkin ingin kalian utarakan. Aku akan berusaha menjawab semua yang ingin kalian ketahui.

Dan, yang terakhir. Aku pengen tahu dong pendapat kalian tentang cerita ini? Atau tentang akhir dari kisah ini?
Jangan lupa ungkapin semuanya di sini yaaa hihihihi.

Sampai jumpa 💖
Borahae 💕

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang