29. Keputusanku Ada di Tanganku Sendiri

384 39 5
                                    

Manik cokelat Andrea seolah dipaksa terbuka. Ini semua sebab telinganya sudah tidak tahan lagi dengan bunyi ponselnya yang sungguh mengganggu tidur siangnya.

Tangan Andrea mencoba meraba kasur yang ia tempati. Berusaha mencari ponsel yang sedari tadi berdering tiada henti.

Jemarinya menekan tombol berwarna merah yang tertera di layar ponselnya. Sejak menginjakan kakinya di Yogyakarta. Andrea tidak pernah menerima telepon ataupun membalas pesan yang masuk ke ponselnya, kecuali pesan dan telepon dari Sang Ayah juga Budenya, Ermala.

Notifikasi pesan yang masuk melalui aplikasi Whats-App terlihat begitu banyak. Riwayat panggilan tak terjawab pun cukup banyak. Andrea dapat melihat bahwa semua orang terdekatnya sedang mencoba menghubunginya. Ibunya, Dinda, Ika, juga Andre yang begitu banyak berusaha meneleponnya. Jangan lupakan Arbi yang juga ikut andil untuk memenuhi log panggilan dan notifikasi pada ponsel Andrea.

Terbesit rasa bersalah dalam benak Andrea karena membuat banyak orang mungkin mengkhawatirkannya. Bahkan Andrea juga meminta HRDnya untuk tidak memberitahu Ika tentang alasan cutinya.

Dengan penuh keraguan Andrea mencoba membuka pesan-pesan yang dikirimkan orang-orang terdekatnya itu.

Ika :

Ndrea, kamu dimana? Cuti, kok, nggak bilang sama aku?

Aku coba mampir ke rumahmu. Tapi rumahmu kosong. Kata tetanggamu, ayah dan ibu pergi wisata religi. Tapi kamu kemana? Ikut?

Kata Ayahmu, kamu pergi liburan sendiri. Ayahmu nggak ngasih tahu kemana.

Ndrea, its okay kalau kamu mau menikmati waktu untukmu sendiri. Aku tahu akhir-akhir ini banyak hal yang membuatmu sangat terluka tanpa orang lain sadari. Tolong kembali dengan keadaan yang jauh lebih baik. Kembali jadi Andrea sahabat bengek akohh hehehe.

Andrea sedikit tertawa ringan membaca pesan dari Ika. Sahabatnya itu juga spesies cenayang yang paling realistis. Andrea berjanji akan meminta maaf pada Ika ketika bertemu nanti, karena membuatnya khawatir.

Ibu :

Hati-hati, Nduk. Ibu nggak tahu kamu pergi liburan kemana karena Ayah nggak ngasih tahu Ibu. Kemanapun kamu pergi jangan lupa jaga diri.

Ibu minta maaf, kalau kamu menganggap Ibu egois. Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu. Meskipun cara Ibu salah. Dan malah menyakitimu

Cepat pulang, banyak orang yang menunggumu.

Ibu menyayangimu, Nduk.

Andrea merasa hatinya menghangat. Ia bahkan lupa kapan kali terakhir Ibunya begitu lembut kepadanya seperti ini. Angan Andrea menerka apa yang Ayahnya katakan sampai bisa membuat Ibunya luluh seperti ini.

Aku juga harus minta maaf ke Ibu. Apapun yang terjadi bikin Ibu khawatir nggak bener sama sekali, batin Andrea.

Jemari Andrea menekan kontak masuk lain yang juga menarik perhatiannya. Pesan-pesan dari Arbi.

Mas Arbi :

Kamu dimana? Tadi aku mampir ke rumah. Tapi Ayah dan Ibumu nggak ngasih tahu kamu dimana?

Mungkin kamu memang butuh waktu sendiri. Aku bisa mengerti.

Andrea, jangan jadiin beban tentang lamaran aku. Aku memang benar menginginkan kamu dapat menerimaku. Tapi lebih dari itu aku memang benar-benar menyayangimu. Pilihlah keputusan yang memang akan membahagiakan dirimu. Itu sudah cukup bagiku.

Andrea sedikit terkejut. Ia kira Arbi akan selalu memaksanya untuk segera memberikan jawaban atas lamarannya. Namun, Arbi ternyata juga mampu memahaminya.

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang