19. Reuni

303 36 15
                                    

Sedari tiga puluh menit yang lalu Andrea hanya berdiam diri sembari memandang isi lemarinya. Ia benar-benar tidak ingin pergi ke acara tahunan yang menurutnya lambat laun kehilangan fungsi aslinya.

Reuni yang sebenarnya diadakan untuk terus menjalin hubungan silahturahmi, bagi Andrea sekarang tidak lebih menjadi ajang pamer. Ajang unjuk gigi atas pencapaian masing-masing.

Tidak ada hangat cengkrama persahabatan atau bahkan sesederhana menanyakan kesehatan dengan tulus.

Karir, uang, keluarga, kehidupan, semua tak usai dibahas tanpa jarang menyakiti hati kecil orang yang mendengarkan.

Kalau saja bukan karena janji pada para sahabatnya bahwa ia akan menghadiri acara tersebut, Andrea enggan melangkahkan kakinya menuju lokasi acara tersebut. Belum lagi fakta bahwa ia akan bertemu dengan Andre pada acara itu.

Berbicara perihal Andre, sejak pertengkaran di rumah sakit saat itu, Andrea belum bertemu dengan Andre kembali. Hubungan di antara keduanya renggang begitu saja. Bahkan pesan-pesan singkat yang setiap malam membuat keduanya cekikian tidak lagi ada.

Jam menunjukan pukul enam, artinya satu jam lagi ia harus menghadiri acara tersebut. Andrea menghembuskan napasnya kesal. Kemudian ia menyambar midi dress berwarnah merah marun dengan sedikit sentuhan motif bunga di bagian dada.

Dengan cepat Andre berganti pakaian dan mulai memakai riasan. Setidaknya ia harus terlihat baik-baik saja saat bertemu dengan Andrea dan teman-teman lamanya.

Andrea menatap pantulan tubuhnya dari cermin. Sempurna. Andrea menyukai penampilannya malam itu. Tidak terlalu berlebihan, juga tidak terlalu biasa. Ia memasukan dompet dan juga ponselnya pada hand bag warna putih tulang miliknya.

"Ayah, Andrea berangkat reunian bentar, ya. Kalau ada apa-apa langsung telepon Andrea." Andrea berpamitan pada sang Ayah yang tengah menemani Ibu Andrea di kamar milik mereka.

Kondisi Ibu Andrea semakin membaik, dua hari yang lalu Ibu Andrea di izinkan untuk pulang ke rumah, tentunya dengan beberapa syarat juga pantangan.

"Hati-hati di jalan, Nduk. Jangan pulang malam-malam," pesan Ayah Andrea.

"Iya, Yah. Andrea berangkat dulu, ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Andrea kemudian mengendarai mobilnya menuju ke lokasi reuni tersebut. Kafe tempat reuni tersebut sudah ramai. Andrea bias melihat mobil milik Ika dan Dinda di Parkiran. Ia juga melihat mobil putih milik Andre. Andrea benar-benar enggan melangkahkan kakinya masuk ke venue acara tersebut. Membayangkan wajah Andre juga kejadian di rumah sakit itu membuatnya benar-benar kesal.

Dengan mood yang sudah sangat berantakan Andrea memaksakan dirinya untuk memasuki venue tersebut.

Okeh nyapa-nyapa bentar terus langsung balik. Bilang aja lagi banyak urusan.

"Andrea."

Andrea menoleh ke arah sumber suara. Di dapatinya Ika yang sedang melambaikan tangan ke arahnya. Di sana juga ada Dinda dan beberapa teman dekat Andrea lainnya saat masa kuliahnya dulu.

Andrea tersenyum dam menghampiri teman-temannya itu.

"Apa kabar Andrea? Asli, lama banget nggak, sih, kita nggak ketemu?" sapa Bilqist salah satu teman dekat Andrea dulu.

"Ya ampun Bilqist, lama banget kita gak ketemu. Aku alhamdulillah sehat. Kamu gimana?" jawab Andrea.

"Alhamdulillah, aku juga sehat. Kamu tambah cantik aja."

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang