21 Menikah Denganmu?

372 36 16
                                    

Andrea tengah berada di kamarnya. Ia sedang menikmati waktu liburnya dengan menonton serial drama Korea yang akhir-akhir ini membuatnya cekikian sendirian.

"Kocak banget anjir si Ik-Joon hahaha."

Serial drama Korea Hospital Playlist berhasil membuat dirinya larut dalam alur cerita persahabatan, juga cinta yang disajikan secara ciamik dalam balutan kesibukan dunia kedokteran.

Andrea menggandrungi serial tersebut semenjak akhir cerita season satunya menyatukan karakter Ahn Jung-Won dengan Jang Gyeo wool. Cinta yang terlalu kuat berhasil mencegah Ahn Jung-Won untuk mendaftarkan diri mengikuti seminari dan menjadi seorang pastor.

Terkadang Andrea berpikir, apakah akhir ceritanya dengan Andre akan seperti itu. Apakah Andre dapat melepaskan kepatuhan imannya demi mengabadikan cinta mereka.

Ah, gila. Kamu gila Andrea. Sadar! Semua orang religius menurut kepercayaannya. Mereka membawanya dari kecil menjelang umur dewasanya. Kamu siapa sampai berani berandai-andai jika dia berpindah agama.

Andrea segera menyingkirkan segala angan-angan gilanya. Apapun yang terjadi Andrea tidak akan pernah rela ada yang melepaskan agama hanya untuk sebuah cinta. Baik untuk dirinya sendiri, juga untuk Andre.

Bagi Andrea hal itu tidak realistis.

Andrea kembali larut dalam dunia drama koreanya. Terlaru larut sampai ia tak mendengar kegaduhan yang sedang terjadi di rumahnya.

"Nduk, kok kamu masih kayak gitu?"

Ibu Andrea dengan tergopoh-gopoh masuk ke dalam bilik kamar Andrea.

"Emangnya kenapa, Bu?" tanya Andrea.

"Itu di depan Nak Arbi udah dateng. Kebiasaan udah janjian malah belum siap-siap."

"Lah, emang Andrea nggak ada janji apa-apa, Bu."

Andrea ikut kebingungan menanggapi semua perkataan Sang Ibunda.

Apa ia melupakan sesuatu tentang Arbi? Otaknya segara memutar beberapa memori tentang Arbi yang terjadi hari ini. Tidak banyak hal istimewah yang terjadi. Arbi hanya sempat bertukar pesan dengan Andrea siang tadi, itupun hanya sekedar saling mengingatkan makan siang.

Kening Andrea berkerut memikirkan apa yang terlewat. Sedetik kemudian ia mengingat hal lain. Perkataan Arbi kemarin malam. Janji Arbi tentang membuktikan keseriusan saat Andrea ingin menolaknya.

Anjir, beneran hari ini. Mau apa lagi, sih, Mas Arbi?

"Udahan bengongnya. Sekarang kamu ganti baju yang rapi. Jangan lupa di sisir rambutnya, dandan dikit juga. Malu banyak tamu yang dateng." Setelah mengatakan hal tersebut Ibu Andrea melenggang pergi melewati pintu kamar Andrea.

"Banyak orang? Ada apa, sih? Kenapa lagi Mas Arbi? Ada-ada, aja, Ya Allah," monolog Andrea.

Kepala cantik Andrea terus berusaha menerka-nerka apa yang sebenarnya tengah terjadi rumahnya. Dengan dada yang masih penuh akan rasa penasaran, ia memilih untuk segera berganti baju dan melihat sendiri apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Andrea sedikit menyisir rambutnya kemudian mengikatnya menjadi satu kebelakang kepalanya. Menaburkan sedikit bedak pada wajah cantiknya kemudian bergegas pergi menuju ruang tamu milik keluarganya.

Mendekati ruang tamu, langkah kaki Andrea terhenti. Mengapa rumahnya cukup ramai orang? Ia melihat Arbi, Dinda beserta suaminya, juga dua orang lagi yang belum pernah Andrea temui.

Arbi terlihat lebih rapi dari biasanya. Begitu juga dengan semua orang yang ada pada ruangan tersebut.

"Nah, itu Andreanya udah keluar. Sini dulu, Nduk, duduk samping Ayah."

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang