"Aku nggak mau ya kalau foto ini sampai nangkring di instastory kalian. Sumpah jelek banget aku."
Ika begitu histeris setelah melihat hasil foto wajahnya saat ini. Benar saja teman-temannya itu sangat berbakat dan berpotensi mengagalkan pernikahannya.
Hari ini tepat satu minggu sebelum pesta pernikahan Ika digelar. Tiga serangkai itu, kini telah berada dalam bilik kamar Andrea. Merayakan sebuah perayaan yang sebenarnya aneh, tetapi sayang untuk dilewatkan.
Meskipun tidak dilaksanakan di kediaman Ika. Dinda dan Andrea telah mempersiapkan hal-hal kecil untuk membuat rangkaian acara bridal shower sederhana untuk Ika.
Klimaks acara tersebut diakhiri dengan kehebohan Ika melihat potret wajahnya yang sungguh menggelikan. Tanpa ampun Andrea dan Dinda membubuhkan berbagai produk make-up di wajahnya. Menjadikan wajahnya sebagai kanvas kosong yang harus di penuhi coretan.
"Enak aja! Wajib banget ini aku upload sama tag calon suamimu hahaha." Dinda mulai menakut-nakuti Ika kembali.
Andrea tertawa puas melihat Ika dan Dinda yang saling berdebat dan memukul ringan menggunakan batal yang ada di kamarnya.
Andrea memperhatikan dengan lekat tawa para sahabatnya itu. Andrea meyadari, banyak hal yang gagal ia syukuri selama ini. Termasuk kehadiran para sahabatnya tersebut dalam hidupnya.
"Udah, ah. Aku mau cuci muka dulu. Kita mau pulang jam berapa, Din? Udah malem ini, nanti Elin keburu rewel nyariin kamu," ujar Ika.
"Astaga, iya mau jam sembilan. Buruan, deh, kamu bersih-bersih dulu."
Selanjutnya Ika mulai beralih membersihkan wajahnya. Sedang Dinda berusaha sebisanya membantu Andrea merapikan kamar yang dibuat berantakan karena perayaan gila mereka.
Andrea sesekali tertawa mengingat-ingat hal yang baru saja terjadi. Angannya juga mulai mengingat bagaimana dulu bridal shower untuk Dinda juga pernah mereka laksanakan dengan sederhana seperti ini.
Terbesit suatu pertanyaan dalam benak Andrea. Akankah tiba saatnya nanti Dinda dan Ika mempersiapkan perayaan serupa untuknya? Atau hal itu mungkin hanya menjadi sebatas angan untuknya?
"Udah, Din. Nanti gampang aku beresin sendiri aja," ujar Andrea.
"Nanggung dikit lagi. Lagian kamu kalau ngerapiin kamar nggak pernah bener juga hahaha."
"Dih, dibaikin juga malah ngatain. Ya udah, beresin yang rapi ya Mama Dinda." Andrea malah meledeki Dinda yang sedari tadi begitu serius membereskan kekacauan kamarnya.
Ika kembali memasuki bilik kamar Andrea. Wajahnya sudah bersih meskipun beberapa noda di bajunya tidak dapat langsung ia hilangkan.
Manik cokelat Andrea teralihkan. Pandangannya berfokus pada dua paper bag yang ada pada genggaman tangan Ika.
"Mana punyaku, Ka?" tanya Dinda.
Ika kemudian memberikan sebuah paper bag berwarna cokelat tersebut kepada Dinda.
Andrea tak mengerti apa yang sedang para sahabatnya lakukan tepat di hadapanya. Apakah mereka baru saja berbelanja? Kemudian sekarang ingin memamerkan barang belanjaanya?
Beberapa detik kemudian Andrea melihat kedua sahabatnya itu menyodorkan paper bag yang mereka bawa kepadanya.
Alis Andrea berkerut. Ia kebingungan. Andrea tidak pernah merasa tengah berulang tahun sampai harus mendapatkan sebuah kado. Kalaupun ada orang yang harus diberikan hadiah, bukankah Ika yang akan melangsungkan pernikahan lebih pantas mendapatkannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT [Tamat]
ChickLitJika kamu diminta untuk memilih antara Tuhan atau cinta pertamamu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara cinta atau karirmu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara karir atau keluargamu, apa ya...