12. Arisan Keluarga

401 44 23
                                    

Jika kamu masih menyukai sebuah acara arisan keluarga dengan alasan kecil seperti nantinya akan ada banyak makanan atau bertemu dengan sepupu seumuran, pastikan kalian menikmati masa muda kalian dengan baik.

Bagi Andrea, acara seperti arisan keluarga begitu memuakan sejak satu tahun yang lalu. Arisan kelarga berevolusi dari ajang silahturahmi menjadi ajang unjuk pencapaian.

Pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah ingin Andrea dengar satu-persatu datang kepadanya tanpa henti.

Dulu baginya pertanyaan "Kapan lulus?", sebatas pertanyaan biasa karena sebuah rasa keingin tahuan. Namun, setelah dirinya lulus, pertanyaan-pertanyaan serupa juga masih kerap menerpanya tiada henti.

Sudah dapat pekerjaan?

Berapa gaji di sana?

Nggak mau nabung beli rumah?

Sudah umur berapa? Diamana calonnya?

Kapan nikah?

Si A sudah punya anak dua, kamu nggak mau nyusul?

Semua pencapaian dalam hidup seperti layaknya perlombaan. Sedang saudara-saudaramu mungkin akan menjadi wasitnya.

Hari ini Andrea harus kembali terjebak pada situasi yang mau tak mau harus dia hadapi. Bulan ini kediaman keluarga Andrea menjadi tuan rumah dalam acara rutinan arisan keluarga besar Andrea.

Andrea sedari tadi hanya mencoba bersikap sesopan mungkin, juga berinteraksi sesedikit mungkin dengan banyak tamu yang hadir.

Sayangnya sekeras apapun Andrea menghindar, pertanyaan-pertanyaan memuakan itu selalu datang pada Andrea dan kedua orang tuanya.

"Mbak Indah, seru banget main sama Sonia," ujar Tante Sofia.

Tante Sofia merupakan salah satu kakak dari ayah Andrea. Sebagai tambahan Tante Sofia masuk dalam daftar orang yang ingin Andrea hindari dalam acara seperti ini.

"Hehehe iya, Sof. Sonia lucu banget udah mulai lancar ngomongnya. Malah jadi banyak ngoceh hehe," jawab Indah, Ibu Andrea.

"Cucu ku yang satu itu emang paling rame, Mbak. Rumah kalau nggak ada dia rasanya sepi hehehe."

"Namanya juga anak kecil, Sof. Bagus malah kalau interaktif."

"Hehehe iya, Mbak. Nah, kalau Andrea gimana? Tahun ini udah umur dua puluh lima, kan? Kapan rencana nikahannya?"

Andrea memutar sebal bola matanya. Tantenya satu itu dapat dibilang oknum paling usil dalam keluarga besarnya.

"Nggak tahu, Sof. Mbak cuma nurut maunya Andrea aja."

"Andrea buruan. Kamu nunggu apa lagi? Nggak kasihan? Ibumu udah pengen gendong cucu itu."

Andrea benar-benar malas harus berurusan dengan pertanyaan seperti ini. Ingin rasanya ia menghilang begitu saja dari hadapan semua saudara-saudaranya itu.

"Hehehe nanti kalau sudah jodohnya juga Andrea nikah, Tante. Andrea nggak mau maksa buru-buru hehehe."

"Ya jangan gitu, Nduk. Inget kamu itu perempuan loh. Nanti kalau ketuaan, bisa susah, loh, punya anaknya."

Menyebalkan. Tante Sofia benar-benar menyebalkan di mata Andrea. Apakah dia adalah asisten Tuhan sehingga mengetahui perihal rezeki setiap orang.

Bukan kali pertama topik obrolan ini terjadi di antara mereka. Tetapi tantenya seperti tidak pernah bosan dengan bahasan ini pada setiap pertemua mereka.

"Namanya juga rezeki, jodoh, maut, sudah ada yang ngatur, Tante. Doain yang terbaik buat Andrea aja, ya."

"Tante selalu doain kamu biar cepet nikah, kok, hehehe. Tante juga mau nambah keponakan yang lucu dari kamu. Makanya dicari jodonya, atau mau Tante bantuin cari?"

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang