Mayat Hidup.
Kata "mayat hidup" mungkin merupakan kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi Andrea saat ini.
Wajahnya pucat bahkan dirinya sudah terlalu malas untuk sekedar memoleskan bedak dan liptint pada wajah cantiknya.
Tatapannya kosong. Kantung matanya mengerikan. Jangan lupakan satu fakta bahwa tubuh ringkihnya sekarang sangat lemas karena bahkan tak sanggup menelan makanan.
Kendati demikian, dengan kondisi raga juga jiwa yang tidak stabil, Andrea tetap melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya.
Semuanya sudah hancur bagi Andrea.
Ketenangan keluarganya.
Cinta matinya.
Mimpi-mimpinya.
Semua lebur dan hancur dalam semalam. Dalam hitungan jam, semua perjuangannya seolah-olah sirna.
Andrea yag memapah beban sebagai anak tuanggal menghabiskan masa mudanya untuk terus fokus pada studinya. Terlalu keras pada dirinya sendiri agar dapat membuat kelurganya bangga dan bahagia.
Malam kemarin, hanya kerana cinta, atau sekedar meraih cita-citanya, kedamaian keluarganya luluh lantah. Perjuanganya seolah-olah sia-sia tak tersisa. Di mata Sang Ibunda hanya ada rasa benci terhadapnya.
Di mata Sang Ibunda, ia bukan lagi putrri semata wayang yang membanggakan keluarga.
Semua ini karena cinta. Cinta yang ia gadang-gadang kelak akan membawanya menuju bahagia yang tak terbatas. Nyatanya, perjuangan cintanya membawanya terperosok pada sayatan luka tak bernanah.
Mimpinya sekarang bahkan tidak menjadi sebuah hal yang membanggakan. Karirnya seolah-olah tidak berarti apa-apa. Ia bahkan terlihat seperti seorang perempuan yang tidak becus mengurus hidupnya.
Mengapa sangat sulit menjadi seorang perempuan di tengah-tengah doktrin sosial tentang apa yang harus mereka lakukan? Mengapa lingkungan membangun stigma ekspektasi bahwa perempuan harus seperti ini dan seperti itu? Apakah perempuan bukan manusia yang berhak memilih dan menata sendiri jalan hidupnya?
Perempuan terlalu fokus berkarir disalahkan. Padahal ia mungkin menanggung beban keluarganya yang bukan main beratnya.
Perempuan tidak memiliki karir dan hanya berkeluarga disalahkan. Katanya hanya mau enaknya saja tidak membantu suaminya.
Sebenarnya apa yang diharapkan dari seorang perempuan? Seperti manusia lainnya perempuan juga memiliki celah. Kenapa semua orang menuntutnya harus sempurna? Harus bisa ini dan itu?
Mungkin kalimat perempuan selalu benar harus segara direvisi. Nyatanya, perempuan selalu disalahkan. Pada apapun pilihan hidupnya. Andrea misalnya.
"Mbak Andrea, di panggil Bu Anita di ruangannya." Salah satu office boy di kantor menghampiri Andrea. Menyampaikan pesan terhadap dirinya.
Andrea terdasar dari lamunannya. Kembali terjaga setelah tenggelam dari lautan lamunannya. Andrea terheran. Mengapa pimpinan KJA harus memanggilnya? Kesalahan sebesar apa yang lupa ia sadari?
Apa karirku juga bakalan ikut hancur?
Dengan air muka yang begitu mengenaskan, Andrea menoleh ke arah Ika. Ika yang kebetulan juga sedang memperhatikan Andrea sedari tadi sedikit terkejut. Sahabatnya tak lagi memiliki wajah riang atau sekedar wajah tegas dan berwibawa saat bekerja. Raut wajahnya hanya memancarkan kehancuran.
"Ka, Aku bikin salah apa lagi?" Suara Andrea begitu parau menyampaikan pertanyaanya.
"Enggak, Ndrea. Kamu tenang dulu, nggak ada kesalahan yang kamu lakuin. Kamu harus percaya aku." Ika menghampiri Andrea, sedikit berjongkok dan mengenggam tangan sahabatnya itu. Menyakinkan raga ringkih milik Andrea untuk menghadap atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT [Tamat]
ChickLitJika kamu diminta untuk memilih antara Tuhan atau cinta pertamamu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara cinta atau karirmu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara karir atau keluargamu, apa ya...