27. Yogyakarta

316 30 5
                                    

Langkah kakinya berjalan menyusuri Jalan Malioboro. Salah satu jalan di Kota Yogyakarta yang sudah tersohor sebagai salah satu titik yang wajib dikunjungi setiap kita menapakkan kaki di Yogyakarta. Dengan setelan midi dress berwarna hijau army dengan motif kotak-kotak. Tak lupa juga sneaker putih dan sling bag hitamnya. Andrea menyusuri jalanan ramai itu seorang diri.

Pagi itu Malioboro belum terlalu ramai. Andrea masih bisa menikmati setiap langkah kakinya tanpa harus berdesakan dengan wisatawan lainnya. Yogyakarta memang benar-benar merepresentasikan tag line-nya yaitu "istimewah".

Mata Andrea tertuju pada bangunan-bangunan klasik yang masih mengadopsi desain belanda. Sesekali jemarinya menekan tombol potert kamera pada ponselnya. Mengabadikan keindahan Yogyakarta yang berhasil mengambil alih segala kebisingan dalam kepalanya.

Kini Andrea tengah menikmati waktunya seorang diri menjelajahi secuil bagian Kota Istimewah itu. Setelah berhasil membujuk HRD kantornya agar mendapatkan izin untuk mengambil cuti dadakan. Andrea benar-benar bersyukur temannya itu mau membantunya.

Rumah Bude Ermala berada di pusat Kota Yogyakarta. Tak perlu waktu lama bagi Andrea dapat menjajakan kakinya pada jalanan kondang Malioboro.

Andrea meneruskan kakinya menuju salah satu spot yang paling banyak dikunjungi wisatawan yaitu Titik 0 Kilometer Yogyakarta. Andrea tersenyum puas. Matanya benar-benar dimanjakan dengan deretan bangunan klasik yang benar-benar memiliki keindahan tersendiri di mata Andrea.

Andrea melihat beberapa orang yang tengah asyik mengambil beberapa potret diri mereka. Ada yang datang bersama keluarganya, kekasihnya, atau bergerombol bersama teman-temannya. Semua tersenyum riang bukan hanya pada jepretan kamera. Entah mengapa, melihat semuanya membuat Andrea ikut tersenyum bahagia.

Dengan sedikit rasa malu Andrea mencari titik yang cukup sepi untuk ikut mengabadikan potret dirinya. Lalu lintas dan udara pagi di Yogyakarta memang jauh lebih baik dari Surabaya. Dengan melihatnya saja Andrea sudah merasa kelegaan tersendiri.

Terkadang memang jiwa-jiwa pencinta ketenangan harus rela terkungkung dalam kubangan kebisingan penuh kota. Terkadang merasa enggan, tapi kehidupan harus tetap berjalan bukan?

Andrea semakin bersemangat menyusuri jalanan-jalanan lain yang masih mampu ia jangkau dengan kakinya. Langkahnya dengan penuh penasaran mampu membawanya menapakkan kaki di Pasar Beringharjo.

Mata Andrea sekali lagi terkagum-kagum. Bagaimana bisa pasar dapat memiliki astitektur seindah ini? Desain bergaya artdeco benar-benar membuat mata Andrea puas termanjakan. Batinya sampai bertanya-tanya bagaimana bisa tempat berstatus pasar dapat berdiri dengan elegan seperti ini?

Pasar apa yang estetik banget gini, astaga?, batin Andrea.

Dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu Andrea membawa raganya untuk menyusuri destinasi wisata tersebut. Pasar ini sedikit lebih ramai dari Titik 0 Kilo Meter Yogyakarta yang sebelumnya ia datangi. Namun, mungkin saja itu karena waktu yang memang semakin menunjukan teriknya matahari.

Andrea sangat menikmati apa saja yang terlihat dari manik cokelatnya. Sebenarnya sama pasar ini memang selayaknya pasar pada kota wisata lainnya. Banyak orang berjulan oleh-oleh dan sebagainya. Namun, Andrea merasa perilaku orang-orang yang ramah membuatnya betah mengamati orang-orang disekitarnya.

Langkah Andrea tanpa sadar sudah lengkap mengelilingi area Pasar Beringharjo. Tidak ada barang yang ia beli. Andrea memang tidak berniat membeli oleh-oleh apapun. Ia hanya ingin menikmati waktu untuk dirinya sendiri.

Tanpa sadar langkah Andrea membawa dirinya pada gerbang Kampung Ketandan Pecinan. Manik cokelat Andrea kini disuguhkan dengan bangunan-bangunan bercorak kebudayaan Cina.

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang