18. Cemburu

395 35 9
                                    

Semalam suntuk Arbi selalu terjaga dalam sadarnya. Matanya mengantuk namun enggan terlelap. Semalaman ia berusaha menenangkan sosok Andrea.

Ibu Andrea harus berakhir di meja operasi untuk benar-benar menuntaskan perihal Crohn Disease yang kembali menyerang ususnya. Reseksi usus menjadi prosedur yang dianjurkan dokter untuk kesembuhan Ibu Andrea. Andrea yang mendengar kabar tersebut tidak berhenti meneteskan air matanya.

Semalaman Andrea menangisi hal yang menimpa Ibundanya. Arbi mengurus beberapa hal agar operasi Ibu Andrea dapat dilaksanakan secepatnya. Semalaman Andrea terus merapalkan doa dalam lamunanya di deretan bangku ruang tunggu.

Andrea merasa benar-benar beruntung dengan adanya Arbi yang menemaninya semalaman. Bahkan tanpa sadar karena sudah terlalu lelah, Andrea tertidur bersandar pada bahu kokoh seorang Arbi.

Semalaman Arbi mati-matian menjaga detak jantungnya. Jantungnya benar-benar berdetak tidak terkontrol karena Andrea begitu dekat dengannya. Arbi takut Andrea terbangun karena detak jantungnya yang berisik.

Mungkin ini klise, sekali lagi di umurnya yang tidak lagi remaja, Arbi merasakan cinta pandangan pertama. Ia telah yakin bahwa benar Andrea meluluhkan hatinya sejak pertemuan pertama mereka.

Sinar matahari mulai menembus kaca-kaca lorong rumah sakit. Andrea masih belum juga terbangun dari tidurnya.

Prosedur operasi Ibu Andrea juga belum selesai dilaksanakan. Ibu Andrea mendapatkan jadwal operasi pada dini hari, Arbi bersyukur salah satu koleganya yang bekerja di rumah sakit tersebut dapat membantunya mempercepat penanganan Ibu Andrea.

Sekali lagi Arbi mengamati wajah Andrea dari dekat. Bulu mata Andrea begitu lentik, walaupun maskaranya jelas-jelas sudah luntur, kalah akan banyak tangisannya.

Cantik, batin Arbi.

Arbi bersumpah. Jika memang Tuhan begitu baik mengirim Andrea sebagai seseorang yang akan melengkapi hidupnya, ia akan menjaganya. Menjaga senyum riang itu selalu tercetak di sudut bibirnya.

"Permisi, Anda siapa?"

Suara bariton itu membangunkan Arbi dari lamunannya memandangi wajah Andrea. Arbi menoleh ke arah sumber suara dan melihat sosok lelaki yang tidak ia kenal berdiri di hadapanya dan Andrea.

"Hmm, maaf. Mas ada keperluan apa sama saya?"

"Saya tanya anda siapa!"

"Tolong tenang dulu, Mas. Ini rumah sakit, banyak pasien dan keluarga pasien yang sedang beristirahat."

Andrea mulai mengerjapkan matanya. Suara bising dan bentakan-bentakan itu silih berganti mengeluarkannya dari alam mimpi.

"Andre."

Pemilik nama yang disebutkan Andrea langsung menarik Andrea berdiri. Andrea terkejut dan sedikit merintih kesakitan.

"Anda jangan kasar sama perempuan ya, Mas!"

"Jangan ikut campur urusan saya!"

"CUKUP!"

Andrea sudah tidak tahan lagi mendengarkan perdebatan dua orang di hadapannya ini.

"Ibuku lagi berjuang buat bertahan di ruang operasi. Tolong kaliab hargain itu," ujar Andrea.

"Andrea, dia siapa?" tanya Arbi.

"Dia orang yang aku kenal, Mas. Maaf, Mas Arbi bisa jagain Ibu agak lama lagi di sini?"

"Bisa, kok. Aku ambil cuti hari ini."

"Titip sebentar ya, Mas. Aku keluar sebentar."

Andrea menarik lengan Andre menjauhi Arbi. Langkah Andrea terus melaju sampai mereka keluar dari gedung rumah sakit. Saat berada di taman rumah sakit yang tergolong sepi, Andrea melepaskan tautannya pada lengan Andre.

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang