"Ndrea, kamu ada waktu nggak habis pulang kerja?" tanya Ika pada Andrea yang sedang berkuat dengan berkas-berkas miliknya.
"Punya, kok. Aku nggak ada niatan lembur hehehe," jawab Andrea.
"Ngopi bentar, yuk. Sumpek banget aku pengen cerita."
Sama sebenernya, Ka. Aku juga sumpek banget, dan sialnya nggak bisa cerita, batin Andrea.
"Boleh, kok. Tapi jangan ke kafe Dinda ya," ujar Andrea.
"Kenapa?"
"Nggak papa, bosen aja."
Andrea terpaksa harus membohongi Ika tentang peristiwa keributannya dengan Dinda dua hari yang lalu.
Andrea tidak ingin masalahnya makin runyam dengan Ika juga ikut mengetahuinya. Walaupun dirinya juga kerap merapalkan doa, berharap bahwa Ika mau memaafkannya.
"Oke, nanti kita ke Kafe Senja yang deket kantor aja."
"Sip, aku kelarin kerjaan ini dulu ya."
Ika melihat Andrea yang kembali masuk kedalam dunia angka-angka dalam komputernya. Ika menghembuskan napasnya berat, kemudian sedikit menggelengkan kepala cantiknya.
Ndrea, Ndrea, ada-ada aja yang kamu lakuin.
Ika kembali berfokus pada pekerjaannya. Ia berharap dapat menyelesaikannya tepat waktu, agar ia dapat beralih mengurus masalah sahabatnya itu.
Ika sengaja membohongi Andrea dengan membuat drama seolah-oleh ia tengah banyak pikiran. Sebenarnya tidak ada hal yang membuatnya banyak pikiran. Ia justru tengah menikmati momen persiapan pernikahannya. Mungkin nantinya Andrea akan marah kepadanya. Namun tanpa drama seperti ini, mustahil Andrea akan mau diajak olehnya.
Jam dinding ruangan kerja Andrea dan Ika menunjukan jam pulang kantor. Ika mengemasi barang-barangnya dan melihat ke arah meja Andrea. Andrea juga telah selesai dengan pekerjaanya, ia mulai merapikan meja kerjanya.
"Mau satu mobil aja atau bawa mobil sendiri-sendiri langsung?" tanya Andrea.
"Langsung sendiri-sendiri aja, biar sekalian nanti pulangnya nggak bolak-balik gitu."
"Oke, yuk. Kamu udah selesai kan?"
"Udah, ayok."
Andrea dan Ika berlalu meninggalkan kantor menuju ke kafe yang telah mereka sepakati sebelumnya. Suasana kafe itu cukup sepi, mungkin karena memang menjelang waktu salat magrib. Andrea dan Ika duduk pada salah satu meja yang letaknya di area outdoor kafe tersebut.
"Matchalate atau yang lainnya?" tanya Ika sebelum beranjak untuk memesan minuman.
"Americano aja, lagi nggak pengen yang manis."
"Oke, tunggu bentar ya."
Manik coklat Andrea melihat suasan sekeliling kafe tersebut. Ia dapat melihat matahari yang belum tenggelam sepenuhnya. Oranyenya begitu terlihat megah pada langit biru sore itu.
Sesekali matanya juga melihat hal menarik pada sisi lain dari kafe tersebut. Pada salah satu meja yang agak jauh darinya ada sepasang insan dan beberapa crew foto yang sedang melakukan pemotretan. Pre-wedding, mereka sedang mengambil foto menjelang hari kebahagiaanya.
Melihat hal itu sedikit mengusik pikiran Andrea. Otaknya berkelana pada bayang-banyang apakah ia dapat melakukan sesi foto seperti itu dengan Andre. Semua begitu sulit untuk mereka. Sekali lagi Andrea menyadari bahwa dirinya dan Andre tidak akan mendaptkan restu semesta jika tetap berbeda seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT [Tamat]
ChickLitJika kamu diminta untuk memilih antara Tuhan atau cinta pertamamu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara cinta atau karirmu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara karir atau keluargamu, apa ya...