Pasca kronologi Andrea dengan sepihak memutuskan hubungannya dengan Andre. Tidak ada kelegaan yang menjemputnya.
Andrea kira dengan menuruti semua orang untuk berpisah dengan Andre, ia akan memeui kelagaan juga ketenangan. Namun, nyatanya tidak. Hanya kehampaan. Hanya kehampaan yang menerpanya. Hanya kehampaan yang senantiasa menerpanya.
Hari demi hari yang Andrea lewati tidak lagi berwarna. Hanya rona abu-abu yang mengelilinginya. Tidak ada lagi tawa. Tidak ada lagi bahagia.
Andrea melewati hari-harinya dengan kehampaan. Dirinya bagai seonggok raga yang enggan bernyawa.
Bak robot, ia hanya bangun dari tidurnya untuk bekerja. Kemudian tertidur untuk bangun tepat waktu dan bekerja kembali. Terus berulang, menghabiskan segala waktunya hanya untuk bekerja.
Bagi Andrea tidak ada hal lain lagi yang bisa ia lakukan. Tidak ada hangat rumah yang selalu membuatnya ingin cepat pulang. Tidak ada ruang obrolan sahabat yang bisa ia lakukan dengan Dinda dan Ika. Andrea belum siap memaafkan Dinda dengan segala perbuatannya.
Andrea memburu semua pekerjaan yang bisa ia lakukan. Mengambil lembur untuk mengerjakan pekerjaan yang tenggatnya belum terlihat mata.
Andrea hanya ingin lupa. Ingin lupa dengan kehampaan yang menggerogotinya. Dengan apa ia bisa mengisinya selain bekerja sampai sakit jiwa?
"Lembur lagi, Ndrea?" tanya Ika.
Andrea hanya menganggukan kepalanya. Tanpa melihat ke arah Ika. Tanpa mengeluarkan suara untuk menjawab pertanyaan sahabatnya.
Ika tidak tega melihat kondisi Andrea yang memperihatinkan. Bibirnya pucat, tatapanya sendu juga kosong di saat yang bersamaan. Sudah hampir satu minggu ia selalu mengambil jam lembur setiap harinya.
Ika tahu, Andrea sengaja menyibukkan dirinya. Tidak ada deadline pekerjaan yang sedang memburunya. Andrea hanya butuh pelampiasan untuk semua yang terjadi kepadanya.
"Jangan dipaksain. Ini masih lama tenggatnya. Jangan lupa makan. Aku pulang dulu, ya." Ika berpamitan kepada Andrea.
Andrea tidak menggubris perkataan Ika. Manik cokelatnya masih setia menatap layar komputernya. Memusatkan semua perhatianya pada deretan angka-angka yang biasanya membuatnya muak. Namun, kini angka-angka yang memuakan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya yang muak dengan hidupnya sendiri.
Biasanya Andrea sangat malas untuk mengambil jam lembur seperti ini. Ia memilih untuk masuk pada hari Sabtu atau melakukan remote working dari rumahnya. Andrea membenci suasana tempat kerja yang terkesan suram juga seram pada malam hari. Namun sekarang, apa yang lebih menyeramkan dari kehidupannya? Apa yang bisa menandingi suramnnya takdirnya?
Dalam waktu singkat semesta merenggut semuanya dari Andrea. Tidak dipisahkan oleh maut tetapi Andrea kehilangan segalanya.
Kehilangan hangat keluarganya.
Kehilangan sahabat terbaiknya.
Kehilangan mimpi-mimpinya.
Kehilangan cinta matinya.
Tidak ada bedanya dengan kehilangan seluruh hal dalam hidupnya bukan?
Dalam keheningan yang menjamahnya, telinga Andrea mendengar suara pintu ruangan terbuka kembali. Manik cokelatnya mengarah pada daun pintu itu, mencoba menerka siapa yang kembali ke tempat kerja pada jam ini.
Ika kembali menemui Andrea. Ia menaruh rice bowl di atas meja Andrea. Sekali lagi Ika memandang betapa kacau keadaan sahabatnya itu. Tangannya terarah memegang pundak kanan milik sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT [Tamat]
ChickLitJika kamu diminta untuk memilih antara Tuhan atau cinta pertamamu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara cinta atau karirmu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara karir atau keluargamu, apa ya...