"Andrea."
"Andrea."
"Andrea kamu nggak papa?" tangan laki-laki itu mengguncang pelan pundak Andrea.
Andrea terkejut. Jiwanya benar-benar baru kembali. Setelah terjebak dalam jutaan memori indahnya bersama laki-laki di hadapanya ini.
Wajah Andrea benar-benar memucat. Begitu sakit rasanya mengingat jutaan kenangan, yang sekali lagi hanya tinggal kenangan.
Rapuh, Andrea benar-benar kacau. Dari jutaan kesempatan untuk bertemu banyak orang. Mengapa Tuhan mempertemukan dirinya kembali dengan Andre?
"Andrea kamu sakit?" Andre mengguncang tubuh Andrea sekali lagi.
"Aku nggak papa." Andrea melepaskan tangan Andre dari pundaknya, dan bergerak mundur menjauhi Andre.
"Beneran kamu nggak papa?"
"Aku nggak papa kok. Cuma kaget aja hehehe."
"Perasaan nggak ada yang ngaggetin."
"Kaget aja. Aku kira kamu nggak kenal aku hehehe." Andrea mencoba bercanda menghadapai situasi yang seolah-olah tidak nyata di depannya ini.
"Mana bisa aku nggak ngenalin kamu, Ndrea?"
"Habis dari tadi nggak nyapa. Aku kira kamu amnesia."
"Emang kamu juga nyapa aku?"
"Enggak, sih, hehehe."
"Sama kalo gitu."
"Maaf ya."
"Apaan, sih? Baru ketemu masa maaf-maafan. Udah santai aja. Btw, kamu lagi nungguin taksi online?" tanya Andre mengganti suasana.
"Iya, belum ada yang nerima oder-nya."
"Jam segini emang jam sibuk Ndrea. Kalau kamu tahu, sebenernya tarifnya lagi mahal-mahalnya."
"Gitu ya? Nggak papa, deh. Biar aku tunggu."
"Keburu gelap. Mau bareng aku aja?" tawar Andre.
Andrea tertegun. Sudah lama sekali rasanya Andrea tidak pernah mendengar kalimat itu. Kalimat yang sering dia dengar pada masa kuliahnya. Kalimat yang dulu begitu membuatnya merasa dilindungi.
"Nggak, Ndre. Makasih sebelumnya. Aku naik taksi aja."
"Udah bareng aku aja. Anggep aja aku lagi maksa hehehe," ucap Andre disertai senyumannya.
Senyuman itu, Andrea benar-benar merindukan senyuman itu.
Senyuman yang sempat mengisi tiga tahun masa hidupnya. Senyuman yang pada waktu itu menjadi semangatnya dalam menjalani hari.
"Tunggu sini bentar ya, aku mau ambil mobil." Belum sempat Andrea memberikan jawabanya. Andre telah berlalu mengambil mobilnya.
Andrea melihat punggung Andre yang makin menjauh darinya. Lidah Andrea terlalu kaku untuk meneriakan namanya, lalu membatalkan segala rencana mendadak ini.
Andrea ingin segera kabur dari semua ini.
Kaki Andrea terarah untuk mendudukan dirinya di sofa lobi yang berwarna biru dongker. Kepalanya begitu lelah untuk diajak mencerna semua hal yang terjadi hari ini.
Andre yang ia kira tak mengenalnya. Andre yang tiba-tiba menawarkan tumpangan untuk mengantarnya ke hotel.
Serta hatinya, hatinya yang masih bergetar untuk orang yang sama.
Sia-sia dua tahunmu Andrea! Sepayah ini? Cuma gini aja, jatungmu berdebar buat dia lagi?
Mobil Ertiga berwarna putih berhenti tepat di depan pintu masuk utama. Andrea menoleh ke arah seseorang yang keluar dari mobil tersebut, lalu menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT [Tamat]
ChickLitJika kamu diminta untuk memilih antara Tuhan atau cinta pertamamu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara cinta atau karirmu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara karir atau keluargamu, apa ya...