20. Ibu Menyukainya

321 37 10
                                    

"Akhir bulan ini aku mau pulang ke Bali."

"Oh ya? Emang ada acara apa?" tanya Andrea.

"Kak Natya mau nikah. Jadi aku sekalian aja ambil semua cuti aku," jawab Andre.

Malam itu Andrea dan Andre tengah berada dalam satu restoran untuk kencan singkat mereka. Kencan singkat ini mereka dedikasikan untuk perayaan sederhana setelah akhirnya mereka saling memaafkan.

Spaghetti aglio olio dan Spaghetti carbonara telah tersaji lengkap dengan dua gelas jus jeruk di atas meja.

"Wah, lama banget nggak denger kabar Kak Natya. Alhamdulillah tahun ini nikah akhirnya hehehe. Sama Kak Iqbal, kan?"

"Hehehe enggak. Setelah pacaran lama banget, entah kenapa akhirnya mereka memutuskan buat nggak sama-sama lagi. Terus selesai S2, Kak Nat ngenalin Kak Rendi ke keluarga aku. Nggak lama mereka memutuskan untuk menikah."

"Kamu nggak lagi bercanda kan? Nggak mungkin, Kak Natya sama Kak Iqbal udah banyak banget berjuangnya. Mulai dari perkara marga, LDR, pelakor, dan masih banyak lagi. Meskipun aku udah lama lost kontak sama Kak Natya, aku dulu pernah jadi saksi kalau mereka beneran saling cinta."

"Walaupun Kak Nat nggak pernah cerita sama aku, aku tahu kalau Kak Nat sama Kak Iqbal dulu emang bener-bener saling mencintai. Tapi apa mau dikata? takdir menggariskan hal yang berbeda."

"Aku masih inget angan-angan Kak Natya soal wedding dream-nya sama Kak Iqbal. Tapi manusia emang bisa berubah ya, Ndre. Kita nggak pernah tahu kapan takdir dan hati seseorang berubah begitu saja."

"Sama kayak kita."

"Maksud kamu?"

"Kita nggak pernah tahu kenapa takdir membawamu kembali kepadaku. Aku juga nggak tahu, setelah sekian lama kenapa jantungku masih senantiasa berdebar kepadamu."

Andrea berkaca-kaca mendengar kalimat-kalimat Andre. Angannya ikut menerka-nerka apakah ada alasan khusus semesta menggiringnya mengulang kisah bersama Andre.

"Tapi satu hal yang aku yakini. Aku yakin Tuhan mempertemukan aku kembali denganmu, bukan tanpa sebuah alasan. Dan aku akan selalu menjagamu sampai Tuhan menunjukan padaku apa alasannya itu."

Siapa yang tahu tentang kehendak semesta? Siapa yang tahu tentang rencana takdir? Jika mampu. Andrea ingin menyibak semuanya. Andrea ingin mempersiapkan diri menghadapi segalanya.

Apakah takdirnya akan gembira? Menderita? Atau selalu gundah seperti saat ini?

"Dan di kesempatan itu, sekali lagi aku bakal bicarain tentang hubungan kita ke keluargaku. Semoga ada titik terang untuk kita. Semoga takdir sekali lagi membantuku, seperti ia membantuku mengenggam tanganmu kembali saat ini."

********

Andrea memarkirkan mobil putihnya dengan rapi pada pekarangan rumahnya. Jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukan pukul setengah sembilan malam.

Ibu sama ayah pasti ngira aku lembur.

Andrea menyandarkan badannya pada pintu mobil. Ia menghela napasnya berat. Sangat berat sampai mungkin jika kalian berada di dekatnya akan terganggu dengan suaranya.

Sampai kapan, sih, harus kucing-kucingan gini?

Dengan lunglai ia memasuki rumahnya. Sampai di depan pintu matanya memicing ke arah ruang tamu.

Arbi berdiri di sana bersama Ayah dan Ibunya. Kemudian Arbi mengulurkan tangannya, salim berpamitan pada kedua orang tuanya.

"Saya pamit dulu, Pak, Bu. Assalamualaikum," pamit Arbi.

SEKAT [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang