Jemari Andrea menelusuri buku-buku yang berjajar pada rak yang tersedia di ruang keluarga rumah Budenya itu. Rumah Ermala, Bude Andrea tergolong cukup besar. Terdiri dari dua lantai dan dapat dikatakan luas. Desain rumahnya minimalis dan banyak bercorak untuk anak-anak. Sebenarnya dari pada rumah, bangunan tempat Andrea singgah di Yogyakarta ini adalah Rumah Panti.
Bude Ermalah memang mendirikan panti asuhan sejak beberapa tahun yang lalu. Ide ini diprakasai olehnya dan beberapa koleganya. Bude Ermala sendiri yang turun tangan untuk mengurus dan tinggal di Panti Asuhan tersebut.
Manik cokelat Andrea tertarik pada satu sampul buku yang menurutnya lucu. Itu adalah buku Album milik Budenya. Dengan penuh penasaran Andrea membawanya menuju sofa. Mulai membuka album foto tersebut.
Di album foto tersebut berderat terpampang foto-foto masa muda Bude Ermala. Bude Ermala memang dikenal cantik dalam lingkup keluarga Andrea. Parasnya masih saja terlihat ayu di usia tuannya. Tidak terlalu tua sebenarnya, Budenya belum menginjak usia lima puluh tahun. Namun tetap terkesan awet kecantikan parasnya walau telah tertelan banyak usia.
Andrea menatap lekat potret-potret dimana Budenya bergaya di lokasi-lokasi estetik di negara yang sedikit asing di mata Andrea. Sejujurnya Andrea tidak pernah dekat dengan Ermala, mereka sangat jarang bertemu walaupun dalam acara keluarga besar. Andrea sempat mendengar bahwa Budenya ini merupakan sosok pattisier terkemuka. Ayahnya juga pernah bercerita bahwa Budenya tersebut pernah tinggal lama di luar negeri untuk bekerja juga berkuliah.
"Prancis keren banget, kan?"
Andrea terkejut, dengan kalimat Budenya yang tiba-tiba saja terdengar dari arah belakang badannya.
"Bude bikin Andrea kaget aja hehehe. Jadi ini di Prancis?"
"Iya, itu di Prancis waktu Bude masih kuliah. Lihat bude masih cantik banget kan hehehe." Ermala berjalan kemudian duduk di samping Andrea.
"Bude dulu kuliah di Prancis?" tanya Andrea dengan nada terkejut.
"Iya, tepatnya di Paris. Di Le Cordon Bleu Paris. Bude dulu ambil program Patisserie di sana."
"Bude keren banget! Astaga Andrea baru tahu."
"Kamu sih, nggak pernah mau main ke rumah Bude."
"Hehehe habisnya Bude jauh di Yogyakarta, coba kalo deket Andrea main tiap hari pasti hehehe."
"Heleh, bisa aja kamu ngelesnya."
Andrea kembali membalik halaman album foto tersebut. Album foto tersebut masih menampilkan banyak foto-foto Budenya. Mulai dari foto bersama teman-teman kuliahnya, foto wisudanya, sampai dengan potret budenya bersama beberapa chef lainnya.
Halaman selanjutnya Andrea melihat foto pernikahan Budenya. Jujur saja Andrea tidak pernah bertemu dengan suami dari budenya tersebut, Andrea mendengar bahwa suami budenya tersebut telah lama meninggal dunia.
Dalam potret tersebut Andrea dapat melihat sosok suami budenya adalah seorang dengan paras berkebangsaan barat. Cukup tampan, Andrea bisa menilainya walau hanya dalam bentuk potret kecil.
"Namanya Martin, dia almarhum suami Bude."
"Maaf Bude...Andrea nggak bermaksud buat bikin Bude jadi inget."
"Nggak papa, Ndrea. Justru Bude nggak mau lupa. Bagaimanapun dia adalah hal terindah yang pernah Allah kasih buat Bude."
"Boleh Andrea tanya?"
"Boleh."
"Sejak kapan suami Bude meninggal?"
"Martin? Sejak Darla masih berumur dua bulan."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEKAT [Tamat]
ChickLitJika kamu diminta untuk memilih antara Tuhan atau cinta pertamamu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara cinta atau karirmu, apa yang akan kamu pilih? Jika kamu diminta untuk memilih antara karir atau keluargamu, apa ya...