Sarapan

427 55 6
                                    

~||~

Lesti berlari kencang menuju Rizky yang sudah berdiri didepan mobilnya dengan pakaian sudah rapi. Lesti sudah berdiri didepan Rizky dengan nafas tersengal sengal akibat berlari dari apartemennya yang berada dilantai tujuh dan bodohnya lagi dia menggunakan tangga darurat dibandingkan dengan lift yang jelas jelas tersendiri. Memang benar kara orang, saat kita berada di keadaan panik kebodohan kita akan meningkat dan itu baru saja berlaku untuk Lesti.

"K-ak.. R-izky.. " ucap Lesti dengan susah payah.

"Kenapa datang sepagi ini?? Apa aku mengingat waktu yang salah??" tanya Lesti yang sudah bisa mengatur nafasnya kembali.

"Ahh aku yang salah melihat waktu. Tidak perlu terburu buru, aku bisa menunggu"

"Aku merasa tak enak, kamu jadi harus menunggu hampir satu jam" ucap Lesti dengan tubuh yang gelisah.

"Karena kamu sudah disini.. Emm.. Mari masuk untuk sarapan dia apartemenku" lanjut Lesti.

Seakan tidak percaya dengan baru saja yang dia dengar, Rizky mengerjabkan matanya beberapa kali dengan wajah fokus melihat Lesti yang sedang gelisah.

"Tentu saja" ucap Rizky dengan senyum kecil.

Lesti lantas tersenyum lebar karena Rizky menerima ajakannya untuk sarapan didalam apartemennya. Dengan perasaan senang Lesti melangkah menuju apartemennya yang tidak luas itu diikuti Rizky berjalan dibelakang tubuh wanita yang masih menggunakan piyama tidur kebesaran itu.

"Kak Rizky bisa tunggu disini" ucap Lesti mempersilakan Rizky duduk dikursi makan samping balkonnya.

"Baiklah" ucap Rizky mendudukan diri dikursi.

Melihat Rizky yang sudah duduk dengan tenang Lesti membalikkan badan menuju dapur yang tidak begitu luas bahkan letaknya disamping pintu masuk apartemennya. Mata Rizky mulai menelisik setiap barang didalam apartemen yang kecil tapi mewah ini. Dari ranjang yang sepertinya muat untuk dua orang yang terletak ditengah tengah ruangan, ranjang langsung menghapat televisi yang tertempel didinding. Ada meja belajar Lesti yang terletak disamping kanan ranjang dan bersebelahan dengan pintu masuk kamar mandi, ada sofa lengkap dengan mejanya juga disamping kiri ranjang Lesti, dan masih banyak barang didalam kamar tersebut.

Lesti mendekat dengan membawa satu botol teh hijau dingin serta gelas kosong untuk Rizky.

"Aku akan masakkan telur dadar untukmu dulu"

Rizky hanya menganggukkan kepalanya dan mengamati setiap gerak gerik Lesti, dari Lesti mengeluarkan teplo dari lemari sampai Lesti mengocok telur dan menggorengnya Rizky lihat dengan cermat. Semua gerakan Lesti tak luput dari pengelihatannya bahkan saat Lesti sudah menata beberapa lauk diatas meja pun tak luput dari pengelihatan Rizky.

Lesti telah selesai menata semua sarapan yang akan mereka santap pagi hari ini. Rizky melihat tubuh Lesti dari atas sampai bawah dan pandangannya kembali atas lagi, lebih tepatnya berhenti diwajah Lesti.

"Jadi.. Kamu tidak akan mandi??" tanya Rizky menukikan alis kirinya serta menahan tawa.

Lesti yang mendengar ucapan Rizky baru menyadari bahwa dirinya masih menggunakan piyama tidur kebesaran pemberian Mamanya.

"Aku akan segera kembali" ujar Lesti sebelum berlari memasuki kamar mandi dan tak lupa menyambar handuk yang tergantung disamping pintu kamar mandi.

Rizky lantas tersenyum melihat tingkah Lesti dan tatapannya beralih melihat hasil masakan Lesti yang sudah tertata rapi, bahkan Lesti sudah mengambilkan nasi untuknya. Senyum Rizky semakin melebar ketika melihat botol kaca tanpa tutup yang berisi teh hijau melati yang berada didepannya. Dengan sadar Rizky kembali mengubah ekspresi wajahnya seperti semua dan kembali mengamati setiap sudut ruangan yang tidak terlalu luas itu.

Red Thread Of Destiny || Leslar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang