Renkarnasi

385 84 12
                                    

~||~

Malam hari yang diguyur hujan deras menambah dinginnya udara angin malam yang menusuk kulit. Disebuah koridor gedung kampus terdapat beberapa mahasiswa ataupun mahasiswi yang masih berlalu lalang atau sedang duduk dikursi yang sudah tersedia sembari menunggu hujan reda. Bagi mereka yang membawa payung dengan bebasnya bisa langsung menerjang derasnya hujan tanpa harus menunggu hujan reda terlebih dahulu. Seperti Rey dan Dinda contohnya, tapi mereka belum juga menerjang hujan justru mereka berdua sedang berdebat soal masalah yang dibilang kecil bahkan sangat kecil untuk diperdebatkan.

"Ayo aku antar pulang" ucap Rey.

"Dinda bawa payung Kak"

"Payungmu itu kecil, badanmu bisa basah kuyup" ujar Rey jengkel dengan sifat keras kepala Dinda.

"Kakak memang tidak pintar, payung kecil itu juga bagus. Tidak akan ada yang tahu kalau kita dekat" ucap Dinda seraya membuka payungnya.

Rey mendongak untuk melihat payung Dinda yang sudah menutupi atas kepalanya.

"Kamu bisa sakit, lihatlah payungnya tak muat untuk kita berdua" ucap Rey yang membuat Dinda mendecak kesal.

"Tidak masalah, biar saja basah kuyup lalu sakit" ujar Dinda.

"Payungmu itu besar dan berat, punyaku ringan. Payung Dinda pilihan yang terbaik" lanjutnya seraya menatap Rey yang berdiri disamping kanannya.

"Biar Dinda yang payungin" ucap Dinda yang masih membujuk Rey.

Dinda menatap lekat wajah Rey dibawah payung yang dia pegang, Rey mendekatkan tubuhnya kepada Dinda dan ikut menggenggam payung dengan tangan kirinya. Senyum Dinda mengembang manis saat tangan Rey perlahan turun untuk ikut serta menggenggam tangannya.

"Seharusnya Kakak bawa baju almamater" ujar Dinda.

"Kenapa??"

"Akan ada momen romantis. Kak Rey bisa pakai baju itu untuk tutupin kita dan lari ditengah guyuran hujan" ucap Dinda dengan senang.

"Kamu memang kebanyakan nonton drama Din. Ayo kita jalan!!" ujar Rey.

"Ck, Kak Rey tidak ada romantis romantisnya" kesal Dinda.

"Ayo!!"

Rey dan Dinda mulai berjalan beriringan menuruni tangga dengan payung kecil sebagai tempat meneduh mereka dari guyuran hujan. Tapi saat dipertengahan tangga payung yang mereka gunakan jatuh karena terhempas oleh angin.

"Oy Din!!"

"Maaf"

Rey bergegas mengambil payungnya kembali dan segera mendekap tubuh Dinda untuk mendekat, mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan pulang walaupun baju yang mereka pakai sudah setengah basah.

Deg.

Air mata yang berada dipelupuk mata bermanik coklat tersebut meleleh keluar membasahi pipinya. Kepalanya masih bersandar nyaman dipundak prianya, dengan sangat hati hati sang pria mengusap lembut jemari lentik yang berada digenggamnya.

"Pagi tadi aku mimpi buruk" ujar Lesti selaku wanita yang bersandar dibahu kokoh tersebut.

Rizky selaku pria yang menjadi sandaran mencoba untuk memberikan rasa nyaman kepada Lesti dan turut serta mendengarkan ucapan demi ucapan yang kekasihnya itu bilang.

"Aku gak bisa ingat semuanya, tapi rasanya sangat sedih sekali"

Deg.

Ada rasa nyeri didada sebelah kirinya ketika Lesti kembali mengutarakan rasa sedihnya. Tanpa sadar Rizky menjatuhkan butiran air matanya.

Red Thread Of Destiny || Leslar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang