1. Kehilangan orang tersayang

44.3K 1.3K 97
                                    

Hai readers!!! Sebelum kalian mulai membaca, aku mau berterimakasih karena sudah tertarik pada ceritaku yang satu ini, oh iyaa kita belum kenalan nih, kalian bisa panggil aku gupi atau apapun itu, senyaman kalian aja yaa.

Selamat membaca ceritaku, semoga suka dan nyaman yaa 😻

Kalau ada salah kata, typo, atau kesalahan dalam suatu informasi tolong kasih tau yaaa 😉


🌻🌻🌻

Disebuah rumah megah dan mewah, terlihat beberapa bendera kuning yang terpasang dihalaman depan rumah tersebut, bendera-bendera kuning tersebut berkibar karena tertiup oleh angin. Langit mendung pun ikut menghiasi, seolah ikut merasakan duka cita yang mendalam.

Anin, nama panggilan gadis itu. Lengkapnya Anindira Maheswari. Gadis itu baru saja kehilangan sosok orang yang sangat berharga dan sangat tersayang dalam hidupnya selama ini.

Amran Ghaffar, sosok ayah yang sangat sempurna dalam hidup seorang Anin. Perannya begitu terasa, menambah kesan kehilangan yang begitu mendalam di kehidupannya.

Anin hanya mempunyai Amran sebagai keluarganya, tidak ada lagi sosok keluarga yang Anin punya selain dirinya. Anin hanya hidup berdua bersama lelaki paruh baya itu, menghabiskan banyak waktu, momen berharga, dan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan sepanjang hidupnya.

Anindira memang tidak merasakan sosok ibu semasa hidupnya, namun Bakri dengan segala upaya dan usahanya membuat Anin tidak pernah merasakan kekurangan kasih sayang sedikitpun. Bakri melaksanakan dua peran sekaligus, sebagai ayah yang bertanggungjawab dan sebagai ibu yang penuh kasih sayang dan penuh kelembutan. Lelaki paruh baya itu melaksanakan kedua perannya dengan sangat baik.

Ayah yang sangat Anin sayang, yang sangat Anin puja, dan yang sangat Anin hargai keberadaannya. Kini telah pergi selamanya, meninggalkannya sendirian mengahadapi kejamnya dunia ini.

"Sabar ya nak" ujar seorang wanita paruh baya, yang merupakan tetangganya.

Anin, gadis itu kini tengah menangisi kepergian ayahnya seraya memeluk tubuh kaku yang terbalut oleh kain. Gadis itu menatap sekelilingnya, mencari orang yang mungkin ada hubungannya dengan sang ayah. Namun nihil, ia sama sekali tidak menemukan apa-apa. Anin baru sadar, selama ayahnya hidup pun, tidak pernah ada keluarganya yang diperkenalkannya atau sekedar datang berkunjung.

"Permisi Anin, apa engga sebaiknya jenazah ayah kamu segera dimakamkan?" tanya seorang bapak-bapak yang juga merupakan tetangganya sekaligus seorang ustadz di daerah perumahannya.

Anin menatap bapak-bapak tersebut, kemudian tidak lama dari itu dirinya mengangguk, menyetujui jenazah ayahnya untuk di kuburkan sekarang.

Meskipun terpaksa menyetujui, namun dirinya juga harus berpikir ulang untuk apa dirinya menunda-nunda acara pemakaman sang ayah, yang ada nanti jenazah ayahnya tidak akan ada yang mau membantu menguburkannya ke liang lahat hanya karena dirinya yang melarang terus menerus.

"Ayah, Anin berharap ini cuman mimpi"

🌻🌻🌻

Anindira menangis histeris ketika melihat jenazah ayahnya mulai ditimbun oleh tanah. Lututnya terasa lemas dan tubuhnya terasa tidak kuat menahan bebannya sendiri.

Dengan sigap salah satu pelayan dirumah Anin membantu gadis itu, dengan cara merangkulnya. Bi Weni namanya. Pelayan wanita paruh baya yang ikut serta merawat Anin sedari kecil, melihat pertumbuhan dan perkembangannya terus menerus hingga saat ini.

Bi Weni sangat menyayangi Anin, gadis mungil yang selalu berdiam diri didalam rumah, gadis yang selalu merengek padanya saat sang ayah belum kunjung pulang dan gadis yang selalu memintanya untuk ikut pergi ke pasar. Anin seperti anaknya sendiri.

Anin, gadis ceria, periang, dan tatapan polosnya membuat siapa saja gemas terhadap gadis mungil itu. Pembawaannya yang selalu gembira, membuat orang-orang disekitarnya pun ikut merasakan kegembiraannya.

Namun tidak untuk hari ini, gadis mungil itu terlihat sangat rapuh, sehingga membuat beberapa orang menatapnya dengan tatapan iba.

"Ayah kenapa ninggalin Anin sendiri"

"Anin mau ikut ayah"

"Anin gak mau sendirian"

"Ayah ayo bangun"

Anin menangis tersedu-sedu seraya berceloteh meminta ayahnya untuk tidak meninggalkan nya. Beberapa menit telah berlalu, sehingga semua orang sudah pamit untuk pulang. Kini hanya tersisa Anin, Bi Weni dan beberapa bodyguard yang selalu menjaganya atas perintah sang ayah.

"Kenapa ayah tinggalin Anin? Katanya ayah engga akan ninggalin Anin, ayah sama aja kayak ibu!!"

Sudah di bilangkan kalau Anin sedari kecil hanya hidup dan dibesarkan oleh Amran, sang ayah dan beberapa bantuan kecil dari orang-orang yang bekerja bersama ayahnya. Ibunya meninggalkan mereka, alasannya karena wanita itu memilih untuk menikah dengan lelaki lain.

Amran meninggal karena penyakit bawaannya, yaitu penyakit jantung lemah. Tidak ada yang tahu bahwa pria itu memiliki riwayat penyakit jantung. Sehingga ketika mendengar sebuah berita kematian pria itu, semua orang sangat terkejut mendengarnya.

"Ayah ayo bangun, jangan tinggalin Anin."

"Anin cuman punya ayah,Anin ga punya siapa-siapa lagi" celoteh Anin seraya terisak.

Para bodyguard nya merasa iba melihat Nona kecil mereka tengah menangis tersedu-sedu seraya memeluk papan nama ayahnya.

"Non ayo kita pulang" bujuk salah satu bodyguard nya.

"Anin ga mau pulang Anin mau disini sama ayah" jawab Anin seraya sesegukkan.

Mereka sudah berkali-kali membujuk Anin untuk pulang namun hasilnya selalu gagal dan gagal. Keras kepala memang nona muda mereka ini.

"Anindira" panggil wanita yang baru saja datang bersama seorang lelaki, sepertinya mereka sepasang suami istri. Mereka yang ada disana menengok ke arah suara.

Sepasang suami istri itu menghampiri Anin yang sedang berjongkok. "Kami berdua turut berduka cita atas meninggalnya ayah kamu" ujar wanita itu.

Anin hanya mengangguk sebagai balasan. "Anin harus ikhlasin ayah ya" ucap wanita itu seraya mengelus punggung Anin.

"Anin mau ikut ayah" ujar Anin pelan namun dapat mereka dengar karena keadaan yang sangat hening.

Mereka berdua menghela nafas. "Anin harus pulang dulu, jangan lama lama disini nanti kamu bisa sakit, yuk pulang sama tante sama om" ajak wanita tersebut seraya tersenyum lembut.

"Anin ga mau"tolak Anin. Sang pria yang tadi datang bersama wanita itu hanya diam memperhatikan mereka.

"Pulang dulu ya, besok kamu kesini lagi nanti kita temenin." bujuk wanita itu, belum putus asa. Anin hanya diam.

"Ayo, kita anterin Anin pulang" pria itu akhirnya angkat bicara. "Tapi besok Anin mau kesini lagi" ujar Anin.

"Iya besok kesini lagi, tapi sekarang kamu pulang dulu" ujar pria itu seraya mengusap pundak Anin. Anin mengangguk mengiyakan ujaran pria tersebut.

Para bodyguard mereka menghela nafas lega, akhirnya nona muda nya mau pulang juga setelah dibujuk dengan berbagai cara.

"Anin pulang dulu ya ayah, besok Anin kesini lagi kok" ujar Anin pada kuburan ayahnya. Anin berdiri dari jongkok nya di ikuti oleh sepasang suami istri tersebut dan beberapa bodyguard nya, lalu mereka meninggalkan area pemakaman.

Sepasang suami istri itu merangkul Anin seraya menghiburnya agar tidak terlalu lama bersedih.

"kok kalian tau nama Anin?" tanya Anin ketika mereka sedang dalam perjalanan.

Anin merasa tidak asing dengan sepasang suami istri itu. Dia merasa pernah melihat mereka sebelumnya tapi dimana. Anin lupa.

"Kalian siapa?"

Sepasang suami istri itu saling menatap satu sama lain.

"Nanti kita kasih tau di rumah ya"

🌻🌻🌻

Bersambung.....

Haiiii gimana part 1 nyaa?
Ini versi udah di revisi ya 😉😉
Jangan lupa vote dan spam komen yaaa

FELIX RAJENDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang