18. Rencana Vero

10.3K 570 11
                                    

Felix membuka pintu kamar Anin dengan perlahan, ia melihat Anin yang sedang menangis dengan posisi tengkurap di atas kasur king sizenya.

"Nangis terus sampe mampus" ujar Felix ketika mendengar suara tangisan Anin. Felix mendekati tempat tidur Anin, ia duduk di tepi ranjang.

"Nin" panggil Felix. Anin diam menghiraukan Felix.

Catat! Dirinya akan mendiamkan Felix, pokonya Anin tidak mau bicara dengan lelaki itu.

"Ck, bosen gue denger Lo nangis mulu" decak Felix dengan mata menjelajah seisi kamar gadis itu.

"Woy, udah dong nangis nya" ujar Felix dengan nada sewot. Bukannya berhenti, tangisan Anin malah semakin kencang.

Felix kelimpungan dibuatnya. "Lo mau ikut gue kan?" tanyanya. Anin diam-diam tersenyum, akhirnya.

"Kalau mau ikut gue jangan nangis" bujuk Felix. Anin tetap diam seraya menangis, ia tidak mau dibodohi lagi.

"Udah dong nangis nya" Felix mengelus rambut Anin.

"Katanya Lo mau ikut gue, jadi gak nih?" tanya Felix lagi. "Sebelum gue berubah pikiran"

Waduhh!! Dirinya harus bagaimana?!

Anin membalikkan badannya agar bisa melihat wajah Felix. "Anin boleh ikut?" tanyanya dengan suara serak dan air mata yang masih bercucuran.

"Hm"

Hebat, dalam sekejap tangisan Anin langsung reda.

"Bener?" tanya Anin memastikan.

"Iyaa bener"

"Enggak akan ditinggalinkan?"

"Enggak akan Anin"

Senyum Anin langsung merekah sempurna. "Makasiii" ujar Anin seraya memeluk Felix dengan erat.

Anin harus berterimakasih pada Vero, berkat rencana lelaki itu, dirinya jadi bisa ikut Sundari.

"Hm" balas Felix, lalu ia mengulurkan tangannya untuk mengusap bekas air mata di kedua pipi Anin.

"Cengeng Lo" ejek Felix seraya mencubit hidung Anin yang merah.

Anin kembali memeluk Felix, ia menyembunyikan wajahnya di ketiak Felix. "Geli anjirr" Felix tertawa kegelian berusaha menjauhkan wajah Anin dari ketiaknya.

"Hahahaha" Anin tertawa jail.

"Diam ah" suruh Felix.

"Cepet siapin barang-barang yang mau Lo bawa buat besok" suruh Felix, karena dirinya tahu, Anin pasti akan dan harus membawa barang-barang kesayangannya.

"Siap bos" Anin menirukan gerakan hormat.

"Kita nginep enggak?"

"Enggak, tadi nya mau nginep tapi enggak jadi" ujar Felix seraya merebahkan tubuhnya di kasur milik Anin.

"Ohh gitu, emang nya kenapa enggak jadi nginep?" tanya Anin kepo.

"Sttttt diem, enggak usah banyak nanya" ujar Felix setengah kesal.

Anin langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Felix mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, ia berniat akan menelpon Genta.

"Hallo" sapa Genta dari seberang sana.

"Kenapa fel, tumben Lo nelpon gue, kangen ya??" tanya Genta.

"Najis" ujar Felix.

Terdengar suara kekehan Genta di sebrang sana

"Lo udah ngasih tau anak anak yang lain belom kalau kita enggak bakalan jadi nginep di sana?" tanya Felix pada Genta untuk memastikan.

"Udah kok, udah gue kasih tau semua" jawab Genta.

"Bagus" Felix lalu mematikan sambungan teleponnya.

Felix memperhatikan Anin yang sedang menyiapkan barang untuk di bawa nya besok.

"Yang penting aja!" ujar Felix memberitahu.

"Siapp"

"Itu ngapain Lo bawa?" tanya Felix ngegas ketika Anin akan memasukan boneka Shaun the sheep nya ke dalam tas.

"Kan ini penting" jawab Anin dengan entengnya. "Ini separuh hidup Anin" lanjutnya membuat Felix mendelik.

"Itu enggak penting" ujar Felix. "Enggak usah dibawa!!"

"Ini penting buat Anin" Anin tetap keukeh akan membawa Kibonya.

"Ya udah kalau gitu, Lo gak usah ikut gue" Felix tersenyum licik.

"Aaaaa Anin mau bawa Kibo" rengek Anin.

"Enggak usah di bawa" Felix memelototi Anin.

"Anin pengen bawa Kibo" ujar Anin lagi.

"Nurut sama gue Anin" tegas Felix dengan rahang yang sudah mengeras.

"Iyaa, Anin enggak jadi bawa Kibo" Anin mencebikkan bibir nya kesal.

"Udah selesai belom?" tanya Felix.

"Udahh"

"Ya udah sana tidur" suruh Felix.

"Ayoo" ajak Anin.

"Ayoo apaan gila?!" tanya Felix sewot.

"Ayo tidur, emang nya Abang enggak tidur?" tanya Anin.

"Tidur lah gue, tapi nanti"

"Sekarang aja sama Anin" pinta Anin dengan polosnya bahkan gadis itu sudah merengek-rengek.

"Tinggal tidur ribet amat" kesal Felix.

"Anin mau di usap-usap bobo nyaa" pintanya.

Felix mendelik tajam, 'Nih bocah banyak mau nya' ujarnya dalam hati.

"Geser" suruh Felix pada Anin. Anin tersenyum senang.

"Nyengir Lo!" Felix menyentil kening Anin.

"Sakit ihh" Anin mengusap keningnya.

"Cepet merem" suruh Felix seraya mengusap-usap punggung Anin.

Anin memejamkan matanya ia menyembunyikan wajahnya di ketiak Felix.

"Lah gue juga ngapain mau ngelonin dia sih?!" Kesalnya dalam hati.

🌻🌻🌻

Bersambung....

FELIX RAJENDRA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang