“Eomma! Mau kemana?”
Jisoo yang memakai tas selempangnya dan tengah mengobrol dengan Lisa lekas menoleh. Menemukan Jae yang tengah berlari ke arahnya dengan cepat sukses membuatnya panik. “Jangan lari, Jae. Eomma sudah mengatakannya berkali-kali,” peringatnya dengan raut wajah khawatir, kemudian jongkok didepan Jae yang sudah ada tepat di hadapan kaki panjangnya. Dia bisa melihat wajah Jae yang cemberut. “Kenapa?” tanyanya lembut.
“Eomma mau pergi ke tempat es krim? Kenapa tidak bangunkan Jae?” tanyanya dengan wajah kesalnya sukses membuat Jisoo mengulas senyuman tipis.
Yang dimaksud Jae tempat eskrim adalah supermarket. Jisoo memang sering ke supermarket dekat rumahnya untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan di rumah. Tapi Jae tentu saja hanya fokus kepada es krim. Dalam beberapa waktu, Jisoo memang sengaja tidak membawa Jae seperti hari ini. Dia ingin membeli keperluan yang cukup banyak, membawa Jae tentu saja dia nanti repot sendiri. Terlebih Jae sangat aktif dan pasti menarik Jisoo kesana-kemari.
“Eomma hari ini membawa banyak barang. Jae disini saja ya? Nanti tidak ada yang menjaga Jae.”
“Jae kan tidak perlu dijaga! Nanti Jae yang menghampiri Eomma!”
“Jae, disini saja ya? Main saja bersama Iseul atau Bibi ya?” bujuk Lisa juga. Namun Jae tetap menggeleng, tetap pada pendiriannya.
“Tidak mau! Iseul pasti masih tidur, aku tak mau menganggu Iseul. Aku nanti ke tempat es krim ingin membelikan Iseul es krim!” ujarnya dengan penuh semangat. Setelahnya menatap Jisoo dengan tatapan memohonnya. “Boleh ya, Eomma? Jae tidak merepotkan kok,” bujuknya.
Jisoo sendiri akhirnya tak bisa melalukan apapun. Menghela napas pelan, kemudian menarik senyuman tipis. “Baiklah,” jawabnya. “Kita mandi, lalu segera pergi. Oke?” ujarnya sukses membuat Jae mengangguk cepat. “Ke kamarmu dan ambil handuk. Tunggu Eomma di kamar mandi,” sambungnya.
“Oke!” balasnya antusias. Kemudian lekas berlari ke kamar, kembali memelankan langkah ketika sang Ibu berteriak untuk tidak berlari.
“Kau akan membawanya, Eonnie? Tidakkah merepotkan?” tanya Lisa yang ada di belakang Jisoo membuat Jisoo berbalik, berdiri dari posisi jongkoknya, menarik senyumannya dan menggeleng.
“Tidak. Aku bisa membawanya. Kasihan jika tidak dituruti. Sudah lama juga Jae tidak ke supermarket.”
“Tapi kau membawa banyak barang, pasti sangat sulit membawa dan memperhatikan Jae. Apa aku ikut saja? Aku akan membantumu.”
“Bukankah kau harus memyiapkan sarapan untuk Jungkook?” tanyanya.
Lisa memang bangun pagi seperti biasa untuk menyiapkan sarapan. Dia bahkan belum mandi karena memang baru bangun dan menemukan Jisoo sudah berada di depan rumahnya kala dia hendak menyiram tanaman. Awalnya hendak meminta tolong menjaga Jae. Dia sengaja tidak membangunkan Jae atau membuat sesuatu yang dapat membangunkan Jae. Tapi ternyata Jae terbangun dan lekas berlari kala tidak menemukan Jisoo ada di kamarnya.
“Iya, aku hanya membuat sarapan sederhana. Aku bisa menemanimu.”
“Jungkook berangkat pagi. Kau juga harus mengerjakan berbagai pekerjaan. Aku akan membawanya sendiri.”
“Tapi—”
“Ada apa?”
Hingga suara itu membuat perdebatan keduanya terhenti. Bersamaan menoleh ke pria yang berdiri di belakang Lisa. Jisoo sontak tersenyum ramah. “Selamat pagi, Ok Seokjin,” sapa Jisoo terlebih dahulu seraya tersenyum dan Seokjin membalasnya dengan senyuman tak kalah manis.
Seokjin terlihat sekali baru saja selesai olahraga. Tepatnya berolahraga sekaligus lari pagi. Hari ini matahari memang cukup bersahabat, sangat sehat. Seluruh tubuh Seokjin berkeringat, bahkan dia berkali-kali mengusap wajahnya kala keringat tak berhenti mengucur. Bahkan bajunya juga basah, mencetak 6 kotak yang ada di perutnya. 6 atau 8. Jisoo juga kurang yakin. Napas Seokjin juga terengah-engah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario✅
RomanceAhn Jisoo adalah gadis yang hamil di luar pernikahan. Kesalahan fatal yang terjadi di masa lalu membuatnya sangat menyesal dan akhirnya menumbuhkan benih yang sudah dilahirkannya yakni Jae. Semua ini membuatnya diusir oleh keluarganya. Ayahnya sanga...