Scenario Part 34

375 47 1
                                    

Tangan Jisoo gemetar. Dia tak bisa tenang. Dia ketakutan. Bagaimana tidak? Dia masih mengingat jelas bagaimana keadaan Seokjin dari kejadian tadi, dibawa ke rumah sakit dengan ambulance sampai masuk ke unit gawat darurat. Seokjin keadaannya memprihatinkan. Itu yang dikatakan orang-orang yang sempat melihat kejadian tadi, banyak yang berbisik dan Jisoo mendengar sekilas kata-kata mereka yang kebanyakan topiknya adalah ini dan dia tak bisa membantah, keadaan Seokjin memang memprihatinkan.

Jae bahkan sudah dibawa pulang oleh Lisa ke rumahnya dengan Iseul. Jungkook dan Lisa sudah tahu semuanya, Jisoo menelepon seraya menangis dan gemetar. Jungkook meminta kepada Lisa untuk membawa pulang Jae yang menangis karena Jungkook tahu, Jisoo juga sedang kacau dan ketika dia berusaha menenangkan, dia pasti sedih juga. Jadi, Jungkook memilih meminta Lisa membawa Jae untuk menghiburnya.

Noona, tenang saja. Seokjin Hyung akan baik-baik saja. Aku percaya itu,” ujar Jungkook guna menenangkan. Dia mengusap lembut pundak Jisoo, menenangkan. Jisoo hanya bisa mengigit bibirnya. Dia ingin menjawab, tapi dia kacau juga. Jungkook sepertinya mengerti, jadi dia tersenyum menenangkan, “Tidak perlu menjawabku. Dengarkan saja,” sambungnya.

“D-dia berdarah, Kook.” Jisoo membuka suaranya dengan gemetar. “Dia bahkan bilang kepadaku untuk menjaga diriku dan Jae kalau terjadi sesuatu. B-bagaimana kalau dia, d-dia—”

“Dia baik-baik saja. Pasti. Aku percaya. Dia tidak akan meninggalkanmu, meninggalkanku dan keluarga yang disayanginya. Dia akan berjuang. Selama dia di sini, kau harus menunjukkan kau takut kehilangannya dibanding kau merasa tidak menyukainya. Dia pasti akan semangat untukmu. Kau penyemangatnya, Noona. Dia mencintaimu, sungguh,” sela Jungkook. Tahu apa yang hendak dikatakan Jisoo. Dia berusaha keras menenangkan, walau sebenarnya dirinya sendiri merasa khawatir dan cemas tentunya, tapi dia tentu percaya pada kakaknya.

“M-maaf, semua salahku. Dia melindungiku.”

“Jangan mengatakan hal tidak masuk akal, Noona. Itu bukan salahmu. Aku juga melakukan hal yang sama kalau aku di posisi Hyung. Aku tidak bisa membiarkan wanita yang kucintai dalam bahaya.” Jungkook memang sudah tahu semuanya, tadi Jisoo sempat menjelaskannya, walau sambil menangis.

Jisoo lagi-lagi hanya bisa terdiam dan menangis. Jungkook juga hanya mampu menenangkannya, walau tidak sepenuhnya berhasil. Hingga mereka menunggu beberapa saat dengan saat-saat penuh ketegangan, ruang pintu Unit Gawat Darurat atau UGD terbuka. Jungkook dan Jisoo memandangnya, lalu dengan segera berdiri dan menghampiri.

“Dokter, bagaimana keadaannya? Tidak terjadi apapun, kan? Dia baik-baik saja, kan?!” tanya Jisoo langsung dengan penuh harapan.

“Maaf, tapi anda...” Dokter itu memandang Jisoo dan Jungkook bergantian.

“Aku adiknya dan dia adalah istrinya,” jawab Jungkook, mengerti maksud dokter itu.

“Ah, oke. Baiklah. Jadi, syukurlah kalian membawanya tepat waktu, dia untuk sekarang baik-baik saja. Hanya menunggu dia sadar saja. Awalnya dia kekurangan darah, namun kami sudah ada persediaan donor darah dan sudah mendonorkan darah untuknya. Jadi, sampai sekarang, dia baik-baik saja.” Penjelasan dokter itu sukses membuat mereka menghembuskan napas lega untuk saat ini.

“Syukurlah. Dia baik-baik saja.” Jisoo berucap dengan penuh kelegaan. Air matanya berubah menjadi air mata bahagia.

Tak terkecuali Jungkook. Kelegaan mendominasi mereka mendengar ucapan dokter yang tidak disangka mereka. Dokter akhirnya permisi dan meninggalkan mereka, namun di kala itu Jisoo masih mematung. Dia tidak mendengar lagi perkataan Jungkook dan dokter sebelum dokter pergi. Jungkook memandang Jisoo, memperhatikan kakak iparnya

Noona, tenang saja. Dia sudah baik-baik saja. Kau tidak perlu khawatir. Dia akan baik-baik saja.”

“Iya. Kau benar. Aku mau bertemu dengannya.”

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang