Scenario Part 11

331 53 7
                                    

“Sudah. Apakah ada luka lain?”

“Tidak.”

Jisoo lega mendengarnya. Tadi dia baru saja selesai mengobati Seokjin di punggung tangannya yang terluka. Seokjin menahan belakang kepala Jisoo tadi. Ada juga di bagian lengan dan lutut. Dia sudah selesai mengobati semuanya. Tadi memang Seokjin dan dirinya terseret lumayan jauh, dan Seokjin berusaha keras melindunginya, jadi Jisoo hanya terluka sedikit di betis, sedangkan Seokjin lumayan banyak. Luka Jisoo sudah diobati oleh Seokjin duluan. Seokjin menolak diobati jika Jisoo tidak mengobati lukanya terlebih dahulu. Jadi, Jisoo mengiyakan saja.

“Ya sudah, kau duduk saja dulu. Aku akan mengambilkan air putih.”

Seokjin tersenyum. “Baiklah,” jawabnya dengan senyuman lembut dan dibalas Jisoo juga. Setelahnya Jisoo mengambilkan air.

Melihat pemandangan itu membuat Junho yang tengah duduk di lantai, bermain dengan Jae, berdecih pelan. Dia kesal sekali rasanya karena selama diobati, Seokjin terus meliriknya dan memberikan senyum kemenangan seakan mengejeknya. Kesal sekali Junho rasanya. Namun Junho malah tersenyum senang melihat Seokjin yang sesekali meringis dan memegang punggungnya sendiri.

Baru saja hendak mengejek, Jisoo yang sudah datang dan melihat apa yang Seokjin lakukan, menyela, “Seokjin, kenapa? Masih ada yang sakit?” tanyanya khawatir seraya meletakkan segelas air ke meja. Kemudian duduk disamping Seokjin. ”Punggungmu sakit ya?”

Seokjin yang menyadari kehadiran Jisoo sontak menurunkan tangannya. Dia tersenyum dan menggeleng. “Tidak, di punggung hanya luka kecil. Nanti akan sembuh sendiri.”

“Astaga, Jin. Tidak boleh. Nanti bisa infeksi. Aku ingat, tadi kau memelukku. Kita terseret cukup jauh. Kita harus memeriksanya.”

“Tapi bagaimana caranya?”

Kening Jisoo berkerut. “Maksudmu?”

Seokjin malah tersenyum. Kemudian dia menegakkan punggungnya yang terasa nyeri membuatnya sedikit meringis dan Jisoo spontan memegang lengannya. Seokjin malah senang. Astaga. Kecelakaan ini membawa berkat ternyata. Dia melirik Junho yang memasang wajah kesal, namun harus tetap tersenyum ketika Jae mengajaknya bermain atau memanggilnya. Itu membuatnya puas. Pembalasannya didepan supermarket itu rasanya sudah terbalas sekarang.

“Kenapa kau malah tersenyum? Aku bertanya padamu.”

Namun Seokjin tersadar ketika Jisoo berucap dengan raut wajah bingungnya. Seokjin kembali tersenyum pada Jisoo. “A-Ah, tidak apa-apa,” jawabnya.

“Maksudku tadi, lukaku di punggung, artinya aku harus melepas juga bajuku. Tidak melepas sih, mungkin hanya mengangkat sampai punggungku terlihat. Tidak masalah?”

Mata Jisoo melebar mendengarnya. Jujur, dia tidak menyangka Seokjin akan mengatakan itu. Jisoo memang tidak berpikir sejauh itu. Jisoo merasakan jantungnya berdebar, wajahnya mulai memanas. “I-Iya, mungkin—“

“Jadi, kau akan mengobatinya? Dimana? Disini. Baiklah. Tapi siap-siap, kau bisa terpesona,” sela Seokjin sukses membuat Jisoo berteriak dalam hati.

Seharusnya Jisoo tidak bereaksi seperti ini. Seharusnya dia biasa saja. Tapi reaksinya malah seperti ini. Dia juga jadi membayangkan di kamar bersama Seokjin, mengobati punggungnya, jantungnya pasti akan berdebar kencang, terlebih kalau Seokjin sengaja menggodanya. Astaga. Rasanya dia ingin berteriak sekencang-kencangnya.

Ya! Apa-apaan?!”

Namun pemikiran Jisoo buyar dan menoleh ketika Junho protes. Dia berdiri dari tempatnya, berjalan mendekati mereka. Jisoo melirik Seokjin. Seokjin terang-terangan berdecak kesal. Junho berdiri dihadapan Seokjin, menatap Seokjin dengan amarahnya.

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang