Scenario Part 14

255 46 3
                                    

Seokjin memandang Jisoo yang terdiam karena terkejut sukses membuatnya semakin gugup. Seokjin menelan ludahnya. Dia memberanikan diri maju selangkah untuk mendekati Jisoo yang mulai gugup. Perlahan Seokjin memberanikan diri untuk memanggil Jisoo kembali dan Jisoo mendongak guna menatapnya. Jantung Jisoo berdebar kencang kala Seokjin menatapnya lekat dan tanpa Jisoo ketahui, jantung Seokjin juga berdebar kencang. Seokjin sangat gugup, terlebih membayangkan bagaimana dia mencium Jisoo malam kemarin dalam keadaan mabuk. Sialan. Seokjin rasanya ingin kembali ke masa lalu. Anehnya, Seokjin buat berniat untuk menghentikan perbuatannya sendiri andai saja dia bisa kembali ke masa lalu. Tapi Seokjin ingin merasakannya secara sadar dan mengingatnya, bukan melupakannya.

Ah, sialan. Apakah Seokjin sangat brengsek kedengarannya? Ya, tapi itu memang keinginan dari dalam lubuk hati Seokjin. Seokjin mencintai Jisoo, dia tidak bisa menampik itu. Jadi, momen itu Seokjin ingin mengingatnya-walau dia tidak sengaja melakukannya dan dilakukan dalam keadaan mabuk. Jujur, Seokjin ingin melakukannya rasanya dalam keadaan sadar dan mengingat momennya di memorinya sendiri.

"Ji, aku tahu semuanya dari Jungkook. Dia melihatku menciummu kemarin malam di ruang tamu, itu kenapa aku tahu itu," ucap Seokjin membuat Jisoo tersadar. "Aku benar-benar minta maaf," ucap Seokjin lagi.

Jisoo merasakan jantungnya berdebar keras. Namun Jisoo berusaha tersenyum dan tetap tenang. Jisoo kemudian menganggukkan kepalanya. "Iya, aku mengerti. Kau sedang mabuk. Kau tidak sadar, kok," ucap Jisoo, berusaha agar semua terlihat baik-baik saja.

Seokjin menghela napas lega karena Jisoo memaafkannya. Jujur, itu benar-benar membebaninya. Walau sebenarnya Jisoo awalnya berusaha menyembunyikannya-artinya Jisoo tidak marah kepadanya, malah berusaha menyembunyikannya agar Seokjin tidak merasa bersalah mungkin. Walau akhirnya Seokjin tahu semuanya dari Jungkook.

"Terima kasih, Ji. Maaf kalau aku benar-benar terkesan tidak sopan. Ah, bukan terkesan, tapi itu memang tidak sopan."

Jisoo berusaha tersenyum. "Iya. Tidak masalah. Itu bukan ciuman pertamaku, kok."

Seokjin seketika melebarkan matanya. "Bukan?! Kau sudah pernah berciuman dengan siapa?!" tanyanya begitu penasaran. Bahkan Jisoo terkejut melihat reaksi Seokjin.

Jisoo tersenyum miris. Itu bukan senyuman senang, tulus atau menggebu-gebu seperti kekasih yang menceritakan ciuman pertama mereka. "Pada malam buruk itu, dia juga merenggut ciuman pertamaku juga kesucianku," ucap Jisoo dengan suara seraknya kala mengingat momen itu membuat Seokjin terkejut. Seketika rasa cemburu yang sempat membakarnya menghilang. Seokjin tahu, apa maksud Jisoo. Pasti malam di mana kehancuran hidupnya dimulai dan akhirnya dia juga melahirkan keberuntungannya yakni Jae.

"M-maaf. Aku tidak bermaksud-"

"Santai saja," sela Jisoo. Dia kembali mengembangkan senyumannya yang sempat luntur. "Itu bukan salahmu, kok," sambungnya kemudian membuat Seokjin sontak tersenyum lembut kepadanya.

Seokjin juga turut membalas senyumannya. Keduanya berpandangan satu sama lain dengan lekat. Sampai akhirnya Seokjin teringat sesuatu, apa tujuannya selain datang dan meminta maaf. Seokjin perlahan melunturkan senyumannya. Dia menarik napas sejenak seraya memejamkan mata. Kemudian membuka matanya lagi dan memandang Jisoo serius sukses membuat Jisoo terkejut karena dia menyadari tatapan Seokjin yang berbeda dibanding sebelumnya. Ini tampak serius dan tegas sekaligus mendominasi. Aura Ok Seokjin langsung keluar saat itu juga ketika dia mulai serius.

"Ji," panggil Seokjin.

"Iya?" Jisoo menjadi gugup sendiri.

"Aku ingin bertanya, kuharap kau akan menjawabnya dengan jujur," ucap Seokjin dengan nada serius.

Jisoo menelan ludahnya. "A-apa?"

"Apa saja yang kulakukan kemarin saat mabuk?" tanya Seokjin sukses membuat Jisoo mematung di tempatnya.

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang