Scenario Part 20

360 40 4
                                    

“Aish.”

Jisoo spontan menjauhkan tangannya yang awalnya sedang mengobati Seokjin. Tatapan Jisoo menunjukkan kekhawatiran kepada Seokjin. Sekarang Seokjin sedang diobati. Tentu saja karena ulah Namjoon. Untungnya luka di wajah tidak banyak. Hanya sekedar sudut bibir berdarah dan memar di pipi. Ini karena Seokjin yang sudah sangat unggul berkelahi. Mungkin juga ada luka di bagian-bagian tertutup baju atau celananya. Jisoo mengobati wajah saja dan di bagian tangannya yang tergores aspal. Sisanya, Seokjin bilang dia akan meminta Jungkook mengobatinya. Hanya luka di perut.

“Kau bisa menahannya, kan? Hanya tinggal dioles sedikit akan selesai,” ucap Jisoo sukses membuat Seokjin tersenyum. Sejak tadi Jisoo tampak tidak tega melihatnya kesakitan, tapi harus juga mengerjakannya agar lukanya tidak infeksi.

Seokjin mengangguk. “Iya.”

“Tahan, ya.”

Setelah Seokjin mengangguk, Jisoo kembali mengoleskan obat di sudut bibir Seokjin. Di pipi sudah diobati. Kemudian semuanya selesai. Namun, Seokjin menyadari Jisoo yang tampak masih khawatir.

“Kenapa, Ji? Aku baik-baik saja. Sudah kau obati juga, kan?”  tanya Seokjin yang tahu kekhawatiran Jisoo.

“Aku belum mengobati semuanya. Aku tidak bisa mengobati luka di bagian tertutup.”

“Ah, lalu, kau mau mengobatinya?” tanya Seokjin tiba-tiba dengan alis terangkat sebelah sukses membuat Jisoo melebarkan matanya.

“Y-ya! Jangan berpikir macam-macam!” ucap Jisoo langsung.

Jisoo buru-buru mengalihkan pandangannya. Namun, Jisoo terkejut ketika Seokjin tanpa diduga memegang tangannya, kemudian meletakkan di perutnya. Jisoo menoleh spontan dan menelan ludah. Dia bisa merasakan tekstur ABS Seokjin yang sepertinya ada 6 atau 8? Astaga! Jisoo bahkan hampir gila hanya dengan memegangnya dari luar.

“Ini. Obati di sini. Tadi aku ditendang di sini. Santai saja. Ini adalah milikmu. Aku adalah milikmu, Ji.”

Jisoo seketika merasakan wajahnya memanas. Seokjin semakin tersenyum, menggodanya. “Ya! Bagian itu kau obati sendiri!” ujar Jisoo langsung seraya melepas paksa tangan Seokjin dari tangannya sukses membuat Seokjin tertawa keras. Jisoo sangat menggemaskan. Seokjin sebenarnya hanya menggodanya. Seokjin tahu, kalau Jisoo tidak akan mengambil kesempatan atau apapun itu. Jisoo masih malu.

“Ya sudah. Aku obati sendiri. Berikan padaku salepnya. Ada di mana? Kau yang taruh tadi,” pinta Seokjin seraya mengulurkan tangannya untuk menerima salep itu.

“Iya. Sebentar.” Jisoo segera mengambilkan salepnya, kemudian memberikannya kepada Seokjin.

Seokjin tidak langsung memakainya. Seokjin malah menatap Jisoo sendu, membuat Jisoo terkejut. “Ada apa?” tanya Jisoo langsung yang tahu terjadi sesuatu.

“Aku ingin meminta maaf.”

“Untuk?”

“Jalan-jalannya. Akhirnya malah kacau.”

Jisoo tersenyum mendengarnya. “Tidak masalah. Kita bisa melakukannya Minggu depan.”

“Tapi—”

“Sudah. Tidak perlu merasa beesalah. Kau juga berharap ini tidak terjadi. Kau tidak boleh berjalan-jalan dulu dengan kami. Apalagi dengan Jae. Pasti Jae minta digendong, mengajakmu berlari dan lain sebagainya. Intinya jangan dulu. Tunggu sembuh saja. Minggu depan juga bisa,” ujar Jisoo yang tahu apa yang hendak Seokjin katakan.

Seokjin tampak masih merasa bersalah. Namun, Jisoo kembali berusaha menyakinkannya. Sampai akhirnya Seokjin pasrah. “Baiklah. Maaf. Hari ini gagal. Jae bagaimana?”

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang