"Tidak! Aku tidak bisa mengabulkan permintaan itu!"
Seokjin langsung menolak cepat permintaan Jisoo. Jisoo mengepalkan tangannya. "Kenapa?! Bukankah kau bilang, aku bebas meminta apa saja asal aku memaafkanmu?! Kau-"
"Iya! Apa saja! Tapi, tidak dengan ini. Aku tidak mau kehilanganmu. Kehilangan Jae. Aku tidak bisa hidup tanpa kalian berdua. Kalian hidupku. Aku sangat mencintaimu. Aku bersumpah, Jisoo! Kau bisa memintaku terjun dari jembatan. Aku akan menurutinya. Semua permintaanmu, bahkan nyawaku, tapi tidak dengan ini."
"Tapi, aku hanya mau itu, Seokjin!"
"Aku mohon, jangan ini, Jisoo. Jangan batalkan pernikahan kita. Izinkan aku memperbaiki semuanya. Apapun kau minta, aku turuti. Asal jangan ini. Oke?"
Jisoo memejamkan matanya. Sungguh. Ini membuat hatinya terasa nyeri juga. Jisoo perlahan membuka mata, memandang Seokjin yang tidak kalah kacau darinya. "Tapi, nyawamu tidak cukup untuk semuanya, Jin. Aku tidak butuh nyawamu."
Jisoo menggeleng pelan. Dia bersiap untuk mengatakan sesuatu lagi-meminta untuk Seokjin menyetujui permintaannya-baru ingin membuka suara, Seokjin seakan-akan sudah tahu apa yang ingin dikatakan oleh Jisoo, dia langsung menyelanya.
"Kalau kau tidak memikirkanku, kau pikirkan Jae. Jae akan tertekan setelah tahu semua ini. Dia tidak salah. Orang tuamu, orang tuaku, mereka akan sangat kecewa. Begini saja. Kita tetap menikah saja. Namun, kau bebas melakukan apapun, kau tidak harus bersikap sebagai seorang istri," ujar Seokjin cepat. Biar aku yang memperbaiki semuanya.
Jisoo melebarkan matanya. "Kau menyuruhku berbohong? Kau sudah terbiasa berbohong? Aku tidak, Jin!" bentak Jisoo cepat. Dia tidak mau membohongi mereka semua. "Lagi pula bagaimana aku bisa hidup berdampingan denganmu setelah tahu semuanya?!"
"Kumohon. Pikirkan mereka. Mereka akan sangat terluka. Tapi, jika kita menyembunyikannya, setidaknya mereka baik-baik saja. Jae tetap mendapatkan ayahnya. Aku akan merawatnya dengan baik."
Sial. Kenapa Jisoo berpikir ini ide bagus? Andai Namjoon yang meminta ini, dia tidak akan setuju. Ini pasti efek cintanya yang besar dengan Seokjin. Jisoo benci mengakui bahwa cintanya kepada Seokjin lebih besar dibanding kekecewaannya. Dia sangat membenci Namjoon, namun dia tidak bisa membenci Seokjin karena hatinya sangat mencintai pria ini. Jisoo juga memikirkan Jae yang menyayangi ayahnya. Dulu, dia menolak keras karena Jae sendiri tidak menyayangi Namjoon, tapi ini berbeda. Ibunya juga begitu percaya dengan Seokjin, dia akan sangat kecewa nantinya.
Tapi, bagaimana ke depannya?
"Pergilah." Jisoo setidaknya harus memikirkannya terlebih dahulu.
"Ji-"
"Pergi! Berikan aku waktu sendiri untuk berpikir!"
Seokjin lagi-lagi menghentikan kalimatnya. Dia sudah tidak ada pilihan lain. Terlebih, Jisoo sudah menutup mata. Enggan melihatnya. Seokjin menghela napas dan dengan berat hati mengangguk.
"Aku pergi. Kuharap, kau mempertimbangkannya. Kumohon, jangan membatalkan semuanya, Jisoo-ya. Apapun akan kulakukan demi mendapatkan maafmu. Aku bersumpah."
Seokjin mendekat selangkah. Melihat Jisoo hanya diam karena mengalihkan pandangan membuatnya malah berani. Perlahan dia menaikkan tangannya menyentuh pipi Jisoo membuat Jisoo menoleh terkejut. Tanpa diduga Seokjjn menghapus lembut air mata Jisoo. Jisoo merasa bodoh karena dia hanya terdiam.
Jisoo memandang Seokjin yang menatapnya sendu dengan tangan masih memegang pipinya. Seokjin tersenyum. Namun, itu bukan senyuman tulus. Itu dipaksakan. Jisoo sendiri merasa bodoh karena hanya bisa diam kala Seokjin mengusap pipinya-Seokjin sekarang tengah merasa bersalah karena sudah membuat Jisoo seperti ini, terlebih mata Jisoo sampai membengkak karenanya-Jisoo hanya merasa dia membutuhkan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario✅
RomanceAhn Jisoo adalah gadis yang hamil di luar pernikahan. Kesalahan fatal yang terjadi di masa lalu membuatnya sangat menyesal dan akhirnya menumbuhkan benih yang sudah dilahirkannya yakni Jae. Semua ini membuatnya diusir oleh keluarganya. Ayahnya sanga...