Scenario Part 5

503 71 6
                                    

“Terima kasih, Jin. Kau membantu cukup banyak.”

Seokjin sendiri hanya tersenyum dan mengangguk. Sekarang dia tengah mengantarkan Seokjin yang hendak pergi dari rumahnya. Tepatnya setelah listrik sudah normal dan menyala. Jisoo meninggalkan Jae yang sudah tertidur pulas di kamarnya. Semua karena Seokji yang mengajak Jae bermain di kamar—hanya di kasur—ditengah-tengah penerangan yang cukup sedikit sebenarnya, hanya ada lilin yang diletakkan Jisoo meja kecil yang dibawanya. Sampai Jae kelelahan dan Seokjin menyanyikan lagu tidur dengan suara merdunya sampai Jae nyaman dan tertidur. Jangankan Jae, Jisoo sendiri juga mengakui suara Seokjin sangat merdu, dan hampir tertidur.

“Tak masalah. Setelah ini kau tidur?” Sudah jam sebelas malam memang sekarang.

“Iya.”

“Ah. Baiklah.”

“Aku akan tidur setelah memakan makananmu,” ujar Jisoo dengan senyumannya dan Seokjin membalas dengan senyumannya juga. “Kau tenang saja. Aku juga lapar dan mungkin aku akan memakannya sembari membalas pesan-pesan dari editorku.”

“Baiklah kalau begitu. Jangan lupa beritahu aku reviewnya.” Seokjin mengedipkan sebelah matanya sukses membuat jantung Jisoo kembali tak normal.

Namun Jisoo berusaha menarik senyumannya. “Iya. Akan aku beritahu lewat—“

“Jangan lewat pesan. Besok saja. Sekalian kita mencari bahan-bahan untuk kimchi.”

Mata Jisoo sontak melebar. “Ap—“

“Tadi Jae sudah memberitahuku,” selanya. Tahu apa yang hendak Jisoo katakan. Jisoo mendengus. Rasanya seperti Jae sangat memihak kepada Seokjin.

“Dia sekarang sudah menjadi prajurit pribadimu ya?”

Bisa dilihatnya, Seokjin malah tertawa kencang. Membuat Jisoo ikut tertawa karena tentu yang diucapkannya tadi hanya candaan. “Jadi, kau iri?”

Jisoo sendiri melipat kedua tangan di dada. “Menurutmu?”

“Baiklah. Maafkan aku, Ibu Jae.” Seokjin mengusap keringat yang ada di keningnya karena listrik mati, tentu saja tidak ada kipas. Terlebih Jae tidak ingin membuka jendela. Walau dia mentatakan berani, dia tetap akan takut ketika jendela dibuka—menambah kesan horor. “Aku akan pergi. Semoga harimu menyenangkan.”

“Baik. Terima kasih.”

Seokjin mengangguk. Setelahnya dia berbalik, Jisoo juga hendak menutup pintu. “Tunggu!” Hingga dia terkejut ketika Seokjin tiba-tiba menahan pintu dengan kakinya. Agaknya ini sudah menjadi kebiasaan Seokjin. Jisoo menahan napas ketika Seokjin sangat dekat dengannya. Baru saja hendak bertanya, Seokjin sudah menyela, “Jangan lupa, besok kita berangkat bersama. Aku akan menjemputmu.”

***

Jisoo akhirnya tidak bisa menolak permintaan Seokjin. Dia dan Seokjin berangkat bersama menuju ke supermarket untuk membeli bahan-bahan membuat kimchi. Seokjin juga turut memilihkan barang-barang dan Jisoo harus mengakui Seokjin cukup hebat dalam memasak karena dia bisa mengambil dan mengetahui bahan-bahan untuk membuat kimchi, bahkan menjelaskan cara membuatnya. Jisoo yakin, istri Seokjin akan sangat bahagia.

“Kemarin makananmu enak. Hanya saja jika kau tambahkan garam sedikit lagi, pasti rasanya akan enak.”

“Iya. Aku juga berpikir seperti itu. Aku akan memperbaikinya.”

“Baiklah. Eh, apa yang kau lakukan, Jin?” Jisoo terkejut ketika Seokjin mendadak meletakkan beberapa lembar uang ke meja kasir untuk membayar. Padahal Jisoo awalnya tengah mengambil uang di dompet.

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang