“Hyung!”
Seokjin terkejut kala mendengar ada yang meneriakkan namanya. Seokjin menoleh, menemukan Jungkook ternyata sudah berada di sampingnya. Seokjin yakin, dia sudah kebanyakan melamun hari ini. Dia bahkan sampai tidak menyadari kehadiran Jungkook yang menatapnya prihatin. Jungkook sudah tahu apa yang terjadi kepadanya. Seokjin sudah memberitahu. Dia sekarang ada di ruang tamu dengan pemikiran hanya kepada wanitanya. Jisoo.
“Kau memikirkan Jisoo Noona lagi? Dia masih tidak ingin bertemu denganmu?” tanya Jungkook beruntun.
Ya, itu masalahnya. Akhir-akhir ini, walau Jisoo tidak berucap, Seokjin merasa Jisoo aneh dan menghindarinya. Jisoo tidak seperti dulu. Seokjin tidak perlu menjelaskan panjang. Intinya, dia tahu ada yang aneh dan sepertinya ada yang disembunyikan Jisoo. Sikap anehnya dimulai ketika dia pergi bersama Jungkook kala itu dan Jisoo bertemu temannya—itu kata Jisoo.
Apa ada yang terjadi dengan Jisoo dan temannya?
“Dia aneh, Kook. Aku bingung harus bagaimana. Setiap aku mendekati, dia akan berusaha menjauh secara halus. Tapi, aku tahu. Aku sudah mendekatinya dengan berbagai cara. Aku tidak bisa terus seperti ini, terlebih kami akan menikah,” ujar Seokjin. Dia memijat keningnya. Dia benar-benar frustasi bercampur khawatir.
Jungkook juga turut bingung bercampur kasihan. Jujur, Jungkook juga penasaran ada apa sebenarnya. “Hyung, bagaimana dengan mengajaknya untuk dinner saja malam ini? Di sana kalian mungkin bisa beromantisan, mempererat hubungan kalian, lalu kau bisa hati-hati bertanya ada apa sebenarnya jika memungkinkan,” seru Jungkook tiba-tiba setelah menemukan ide yang ada di kepalanya dan menyuarakannya.
Seokjin terdiam sebentar. Tidak ada respon. Jungkook yang melihatnya membuatnya sontak mengerutkan keningnya. “Hyung, kau—”
“Kau benar, Kook! Terima kasih! Kau memang jenius!” Seokjin tiba-tiba langsung berteriak seraya mengebrak meja. Reaksi yang tidak diduga Jungkook dan membuatnya terkejut.
Tanpa mengucapkan apapun lagi, Seokjin langsung berdiri dan berlari keluar dari rumah, meninggalkan Jungkook yang mematung di tempatnya melihat kakaknya pergi secepat kilat. Jungkook lalu hanya menghela napas, tersenyum seraya geleng-geleng kepala. Dia tentu tahu ke mana kakaknya hendak pergi. Pasti dia ingin ke rumah Jisoo. Semoga saja usahanya berhasil.
***
“Jisoo-ya!”
Jisoo melebarkan mata mendengar suara pria yang sangat dikenalnya menyapa telinganya bersamaan dengan suara pintu diketuk berkali-kali. Jisoo yang awalnya tengah duduk di sofa ruang tamu dengan televisi menyapa yang tidak ditontonnya sama sekali seketika terkejut dan mendadak panik. Padahal Jisoo tadi sedang melamun, memikirkan hal yang membuatnya menjadi gelisah akhir-akhir ini. Jisoo sedang tidak mau bertemu Seokjin sekarang. Namun, Seokjin terus berusaha bertemu dengannya. Tentu saja ini semenjak dia di club dan dia sudah melakukan tes DNA. Hanya tinggal menunggu hasilnya keluar.
Rasanya Jisoo ingin berpura-pura tidur, tapi Seokjin pasti tahu dia belum tidur karena dia belum mematikan teleponnya. Hah, bodoh sekali—pikirnya. Tidak ada pilihan lain, akhirnya Jisoo menarik napas dalam, kemudian berdiri dan membuka pintu.
Seokjin yang awalnya gelisah, langsung menghela napas lega melihat Jisoo sudah ada di depannya. Jisoo juga turut memaksakan senyumannya. “Jisoo-ya, akhirnya kau membuka pintunya. Kenapa lama sekali?” tanya Seokjin dengan nada selembut kapas.
Kadang-kadang Jisoo menjadi merasa bersalah karena dia sadar dia sudah menjauhi Seokjin dengan perlahan dan halus—ya, tidak halus juga, sih—tapi, Jisoo tidak ada pilihan lain. Ini gerakan refleksnya. Jisoo hanya bisa meminta maaf kalau ternyata ucapan Namjoon dan temannya itu salah. Jisoo harus meminta maaf sudah mencurigai Seokjin, sampai takut dekat dengan Seokjin kalau saja benar Seokjin yang memperkosanya. Dia hanya bisa begini sampai hasil tes DNA keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario✅
RomanceAhn Jisoo adalah gadis yang hamil di luar pernikahan. Kesalahan fatal yang terjadi di masa lalu membuatnya sangat menyesal dan akhirnya menumbuhkan benih yang sudah dilahirkannya yakni Jae. Semua ini membuatnya diusir oleh keluarganya. Ayahnya sanga...