Scenario Part 6

429 56 12
                                    

Eoh? Sudah ingin bekerja ya hari ini?” tanya Jisoo yang terkejut ketika Seokjin datang ke rumahnya dengan plastik kresek—berisi sarapan untuknya dan Jae. Terkejut juga karena kemarin Seokjin tidak mengatakan apa-apa. Ah, mengenai pertanyaan kemarin, semua berakhir dengan Seokjin yang berkata tidak perlu dijawab. Seokjin juga katanya heran kenapa bisa menanyakan itu, itu terlalu pribadi. Dia meminta maaf, padahal tidak masalah sama sekali.

“Iya. Sudah saatnya aku bekerja.” Seokjin melirik sedikit ke dalam. “Jae masih belum bangun?”

“Belum. Masih nyenyak sekali. Mau kubangunkan?”

“Jangan. Biarkan saja. Dia pasti mengantuk.”

“Kau terlalu memikirkannya. Dia sering bangun lebih pagi dari ini. Hanya saja, tampaknya dia lelah hari ini. Mungkin keasyikan bermain kemarin.”

“Benarkah? Dia sering bangun pagi?” tanyanya dan Jisoo mengangguk. “Wah. Aku kalah dengan anak kecil seperti Jae. Aku harus banyak belajar.”

Jisoo tertawa mendengarnya. “Kau berlebihan.” Jisoo kemudian menerima plastik kresek yang ditawarkan Seokjin padanya. “Kutebak, dari Lisa dan Jungkook?” tanyanya. Mereka memang sudah sering memberikan Jisoo makanan. Mereka memang baik sekali.

“Bukan.”

Jisoo mengerutkan kening. “Lalu siapa?”

“Aku. Hari ini aku terbangun, jadi segera mandi, kemudian membeli sarapan. Hanya sandwich, semoga kau dan Jae menyukainya.”

“Ah. Tentu saja. Jae akan menyukainya. Terima kasih, Jin.”

Seokjin mengangguk. “Baiklah. Sudah saatnya aku pergi.”

“Baiklah. Semoga beruntung.”

Seokjin tersenyum dan mengangguk. “Terima kasih. Aku berangkat.”

“Eh, tunggu sebentar, Jin.”

Seokjin berhenti melangkah dan menoleh kala Jisoo memanggil. Jisoo kemudian maju beberapa langkah mendekati Seokjin. “Dasimu kurang rapi. Kubantu rapikan dulu.” Jisoo memegang dasi hitam yang dikenakan Seokjin, melepas ikatannya yang kurang rapi. “Kau yang mengikatnya?” tanya  Jisoo seraya fokus melepaskan ikatan yang sekarang malah menjadi ikatan mati dan Seokjin mengangguk.

“Pantas saja. Kau kan baru masuk bekerja hari ini, kau harus berikan first impression yang baik. Jungkook saja bisa rapi.”

“Jungkook itu selalu diikatkan dasinya oleh Lisa, sedangkan aku? Dengan siapa?”

“Aku,” jawab Jisoo santai. Senyumannya begitu tenang dengan memegang dasi yang sudah berhasil terlepas ikatannya. “Kau bisa meminta tolong padaku kapan saja. Doakan saja aku sudah bangun.”

Seokjin tertawa mendengarnya. “Setiap pagi aku mengetuk pintu untuk meminta tolong dibantu mengikatkan dasi? Aneh sekali.”

“Lebih baik dibanding kau pergi dengan dasi berantakan,” jawabnya.

Seokjin hanya tersenyum. Dia harus menahan kegemasan yang dirasakannya ketika Jisoo jinjit untuk mencapai kepala Seokjin, hendak memakaikan dasinya. Jisoo terkejut ketika Seokjin tiba-tiba merendahkan tubuhnya membuat jarak wajah mereka semakin dekat.

“Jin, kenapa—”

“Pakaikan saja. Begini lebih mudah kan? Jadi tidak usah menjijit.”

Jisoo seketika mengerti kenapa Seokjin mendadak merendahkan tubuhnya. Dia merutuki dirinya sendiri yang sempat berpikir hal lain, seperti adegan film romantis. Memalukan sekali.

“Iya. Kau benar. Kau seperti tiang,” candanya dan Seokjin tertawa mendengarnya. Serius. Pria ini sangat ramah senyum dan mudah tertawa. Pasti banyak wanita yang menyukainya dan akan bertambah banyak ketika Seokjin bekerja nanti.

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang