Scenario Part 33

304 47 14
                                    

"Eomma, mau, ya, ke taman bersama Jae dan Appa?"

Jisoo memijat keningnya sendiri, pening. Padahal dia sudah sembuh sekitar dua hari yang lalu, tapi rasanya Jisoo ingin sakit dulu untuk sementara untuk menghindari ajakan ini. Jisoo yakin, Seokjin yang meminta Jae untuk menanyakan hal ini kepadanya karena sebelumnya Seokjin sudah menanyakan, namun Jisoo menolak. Jisoo masih menghindar ingin bersama Seokjin, walau ada Jae. Jisoo sudah berniat mengajak Jae ke tempat lain, tapi sebelum itu, Seokjin sudah lebih cepat.

"J-Jae, Eomma baru saja sembuh. Nanti, ya? Atau ke tempat lain saja? Berdua bersama Eomma. Kita sudah lama-"

"Loh? Kata Eomma sudah benar-benar sembuh. Apa masih sakit? Di mana? Yang mana? Dan-"

"Astaga. Santai, Sayang. Aku baik-baik saja. Eomma sudah benar-benar sembuh."

"Lalu, kenapa Eomma menolak ke taman kalau sudah sembuh? Lalu, hanya ingin berdua? Bukankah lebih nyaman bertiga?"

Jisoo nyaris pecah kepalanya saat ini. Rasanya semua yang dikatakannya menjadi serba salah, kecuali bersedia untuk pergi. Jisoo menatap kesal Seokjin yang tersenyum penuh kemenangan bercampur bangga. Sial. Jisoo sudah didorong sampai-sampai tidak bisa berkutik. Jisoo hanya bisa pasrah.

Jisoo memaksakan senyumannya. "I-iya. Kita akan pergi. Eomma setuju."

Mata Jae langsung berbinar. "Benarkah?!" tanyanya yang dibalas anggukan kepala Jisoo. Seokjin matanya juga berbinar dan ketika Jisoo lihat, keduanya benar-benar mirip. "Yey! Terima kasih, Eomma! Pasti akan menyenangkan nanti!" ucapnya girang dibalas dengan senyuman Seokjin yang sangat senang dan Jisoo yang memaksakan senyumannya.

***

"Jae, hati-hati! Jangan berlari secepat itu! Nanti Iseul jatuh juga!"

Mendengar nama Iseul dilibatkan, Jae yang awalnya berlarian dengan Iseul di taman akhirnya berhenti. Jae langsung memperhatikan Iseul. Mereka memang sedang di taman. Seperti yang direncanakan kemarin, hari ini mereka ke taman. Jae bertanya apa dia boleh membawa Iseul dan tentu diperbolehkan. Seokjin sampai izin kepada Jungkook untuk cuti karena baginya hubungannya dengan Jisoo bisa membaik di sini dan itu penting. Seokjin bersedia, keesokan harinya diberikan pekerjaan yang lebih banyak dan untungnya Jungkook setuju dengannya, memperbolehkan juga Iseul ikut. Sedangkan Lisa, memilih di rumah.

"Oh, iya. Iseul, kau baik-baik saja, kan?" tanya Jae.
.
Iseul tersenyum dan mengangguk. "Tentu. Aku tidak selemah itu, Jae."

"Ya sudah. Kita jalan saja, ya? Agar tidak jatuh."

"Iya."

Jisoo tersenyum lembut ketika melihat keduanya sudah berjalan bersama dengan tangan bergandengan. Seokjin juga turut tersenyum, terlebih ketika melihat Jisoo tersenyum. "Apakah menurutmu ke depannya mereka akan menjadi kekasih?" ujar Seokjin tiba-tiba membuat Jisoo terkejut.

"Kau gila? Mereka berdua adalah sepupu."

"Kata siapa?"

Jisoo berdecak. "Dengar, ya, kalau Jae adalah anak Namjoon, maka mereka bisa bersama. Tapi, kenyataannya adalah Jae adalah putramu. Kau sengaja agar aku membahas ini?" tanya Jisoo kesal. Dadanya selalu merasa sesak kala mengingat itu.

Mata Seokjin melebar panik. Dia buru-buru menggeleng. "Bukan, Jisoo-ya. Maaf. Aku tidak bermaksud begitu," ujar Seokjin cepat agar Jisoo tak salah paham. Jisoo hanya berdecih pelan. Seokjin lalu mengembangkan senyumannya. Keduanya masih berjalan pelan, menyusuri taman ini. "Hanya saja, mereka bisa bersama karena Iseul bukan anak kandung Jungkook dan Lisa. Kau belum tahu, hm?"

Namun, ucapan Seokjin selajutnya sukses membuat Jisoo menghentikan langkahnya. Dia langsung menoleh dengan mata melebar ke arah Seokjin. "Apa?!" Jisoo bahkan menaikkan nadanya spontan. Tentu saja, dia tidak pernah menyangka hal itu.

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang