"Aku ingin pergi keluar kota. Tapi, tengah malam aku akan pulang. Kau ingin aku langsung ke rumah atau bertemu denganmu dulu? Jujur. Nanti aku mau bertemu denganmu dulu. Aku rindu pasti."
Jisoo terkekeh kecil mendengar ucapan Seokjin. Seokjin manja sekali. Memang dari tuntutan pekerjaan, Seokjin harus pergi keluar kota. Tentu dia tidak sendirian, dia akan pergi bersama dengan Jungkook, adiknya. Mereka akan kembali tengah malam nanti. Jisoo sebenarnya yakin dia akan rindu juga, walau tidak sampai sehari mungkin. Namun, mau bagaimana lagi? Seokjin harus bekerja.
Jisoo menggeleng. "Tidak perlu. Kau langsung kembali ke rumahmu saja. Kau harus beristirahat. Kita akan bertemu langsung besok pagi saja. Aku yakin, kau juga lelah nanti. Kau juga pasti meneleponku nanti," jawab Jisoo seraya merapikan dasi Seokjin yang sedikit miring.
"Aku tidak lelah."
"Ikuti saja perkataanku Seokjin-ssi. Oke? Aku tidak mau kau ke sini. Intinya begitu. Aku tidak mau kau kelelahan. Pergilah, Jungkook sudah menunggumu," bisik Jisoo pelan membuat Seokjin menoleh ke Jungkook.
Benar. Jungkook sudah selesai bermesraan dengan istrinya dan tengah menunggu Seokjin membuat Seokjin cemberut. Kenapa cepat sekali?
"Haish, dia sudah datang? Cepat sekali. Dia tidak sayang istrinya, ya?" gerutu Seokjin yang bisa didengar Jungkook karena suaranya lumayan besar membuat Jungkook menaikkan sebelah alisnya.
"Apa kau bilang? Kau kira aku tidak mendengarmu? Enak saja. Aku sangat menyayangi istriku. Kami sudah melepas rindu sejak subuh tadi," protes Jungkook. Seokjin hanya mendengus mendengarnya membuat Jisoo terkekeh.
"Ada apa denganmu? Kau baik-baik saja? Jangan lemas begitu. Harus ada wibawa. Iya, kan?"
Seokjin cemberut mendengar ucapan Jisoo.
Lalu, perlahan Seokjin memaksakan senyumannya dan mengangguk. Seokjin tidak bisa membantah. Seokjin lalu mendekat kepada Jisoo-mempersempit jarak mereka-kemudian mengecup kening Jisoo dengan lembut dan penuh cinta. Jisoo turut memejamkan matanya. Keduanya terlarut. Padahal seharusnya tidak seperti ini. Jungkook sudah menunggu di sana. Tapi, Seokjin membuat Jisoo tak dapat berkutik.
"Iya. Aku akan berwibawa. Tunggu aku. Aku akan kembali," ujar Seokjin usai mengecup kening Jisoo.
Jisoo mengangguk. "Iya."
"Kau jangan terlalu lelah. Ingat. Kita akan menikah."
"Iya. Kau juga."
Seokjin tersenyum lebar dan mengangguk, lalu mengacungkan jempolnya. "Tentu saja! Jangan khawatir!"
Jisoo terkekeh. "Ya sudah. Pergilah."
"Iya." Seokjin mengacak lembut rambut Jisoo. "Aku pergi, ya."
Jisoo mengangguk dengan senyumannya. "Iya. Semangat!"
Seokjin lagi-lagi membalas dengan acungan jempol. Lalu pergi dari sana dengan setengah hati. Sesekali Seokjin melirik ke arah Jisoo yang melambaikan tangannya dan membalas dengan senyuman, bahkan sebelum masuk mobil. Sebelum mobil berjalan, Seokjin melambaikan tangannya sampai berjalan. Jisoo hanya terus tersenyum dan turut melambai.
Sampai akhirnya mobil Seokjin perlahan menghilang dari pandangan Jisoo sampai benar-benar tak terlihat. Perlahan Jisoo melunturkan senyumannya dengan tatapan yang berubah menjadi serius.
"Selama Seokjin pergi, aku harus menyelidikinya," ujarnya serius.
**
Malam hari tiba. Seharusnya Jisoo biasanya akan masuk ke dalam kamarnya setelah menidurkan Jae. Namun, tidak begitu. Jisoo sekarang malah berjalan dengan mata menelusuri ke sekeliling. Jae sudah tidur karena sudah malam dan Seokjin belum kembali juga karena harus mengurus proyek kerja sama bersama dengan Jungkook. Lisa diminta Jisoo untuk menjaga Jae dengan alasan dia harus mengurus beberapa hal di luar. Penting. Terkait dengan temannya yang baru datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario✅
RomanceAhn Jisoo adalah gadis yang hamil di luar pernikahan. Kesalahan fatal yang terjadi di masa lalu membuatnya sangat menyesal dan akhirnya menumbuhkan benih yang sudah dilahirkannya yakni Jae. Semua ini membuatnya diusir oleh keluarganya. Ayahnya sanga...