Scenario Part 25

289 39 1
                                    

Jisoo seketika melebarkan mata mendengar ucapan Namjoon. Tak lama, tatapan Jisoo berubah menjadi marah. Jisoo mengepalkan tangannya. Rasanya tangannya begitu gatal untuk menampar pria yang di hadapannya ini. Namjoon sendiri diam saja. Dia sudah bisa menduga reaksi Jisoo ini. Jisoo bahkan maju selangkah mendekati Namjoon dengan tatapan tajamnya.

“Dengar baik-baik, Namjoon,” tajam Jisoo dengan tatapan tegas. “Aku tidak masalah dan tidak pernah berharap kau tidak ingin bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan dulu. Tapi, aku sangat tidak suka dan benci ketika kau tidak mengakui kesalahanmu. Kau ingin menghindari kesalahan itu? Brengsek!”

Jisoo berbalik, dia memilih untuk masuk saja ke dalam supermarket dibanding dia harus berbicara dengan Namjoon yang hanya membuat amarahnya semakin tersulut. Namun, Jisoo berhenti karena tangannya sudah ditahan oleh Namjoon. Namjoon menahan lengannya membuat Jisoo menoleh dengan tatapan marahnya.

“Lepaskan aku, Namjoon!”

“Aku hanya ingin bilang, aku tidak kabur dari kesalahan. Jika memang itu kesalahanku, aku tidak akan menyangkalnya. Buktinya sebelum aku tahu semuanya, aku datang untuk memperbaikinya. Dulu, aku memang brengsek. Tapi, tidak sekarang. Aku juga sudah menyelidikinya dengan baik. Ini tidak salah. Dengarkan dulu penjelasanku, Jisoo.”

“Aku tidak sudi!” tajam Jisoo. Jisoo masih saja memberontak. “Jadi, lepaskan aku sekarang!”

“Seokjin tidak sebaik yang kau kira! Dia yang sudah menghamilimu! Dia juga awalnya berteman denganku dan mengatakan dia hendak membantu aku untuk bersamamu, namun ternyata dia memiliki rencana gila yang tidak aku sangka-sangka dan tidak akan kau sangka!” teriak Namjoon langsung karena Jisoo tidak mau mendengarkannya.

Jisoo melebarkan matanya dan mematung mendengar ucapan Namjoon. Jisoo melirik ke arah Namjoon dengan mata melebar. Sedangkan Namjoon mengatur napasnya. Merasa lega juga karena Jisoo akhirnya berhenti. Walau sekarang Jisoo terkejut bercampur marah.

“Apa maksudmu? Kau gila?!”

Namjoon menggeleng. “Tidak. Tapi, ini kenyataan. Kita dijebak. Calon suamimu yang melakukannya. Dia brengsek. Aku juga tidak menyangka dia akan melakukan hal—”

Ucapan Namjoon terhenti ketika dia merasakan ada tamparan keras di pipinya yang membuat pipinya terasa panas dan kepala Namjoon spontan tertoleh ke samping. Namjoon melirik Jisoo dan memandang Jisoo yang menatapnya marah.

“Kau brengsek! Kau sekarang ingin menuduh Seokjin! Kau kira aku akan percaya kepadamu?!”

“Ji—”

“Aku membencimu! Sangat membencimu!”

“Jisoo, dengar dulu setidaknya penjelasanku! Aku juga memiliki bukti!”

Jisoo merasakan napasnya semakin berseru. Jisoo rasanya tidak mau mendengar, namun di sisi lain entah kenapa Jisoo penasaran. Bukan. Jisoo bukan tidak percaya kepada Seokjin. Jelas, Jisoo mempercayai Seokjin. Dia bahkan lebih mempercayai Seokjin dibanding Namjoon tentunya. Jisoo hanya ingin mendengar cerita penipu dari Namjoon. Bagaimana Namjoon mengarangnya. Kalaupun memang ucapan Namjoon benar—walau Jisoo tak percaya—Jisoo harus mendengar apa.

“Cepat katakan atau aku pergi. Jika kau menjelekkan Seokjin, aku tidak akan memaafkanmu!” tajam Jisoo.

Namjoon sendiri lega dan mengangguk. “Iya,” jawabnya. Walau aku merasa, kau akan membenci Seokjin setelah ini, batin Namjoon.

Lalu, Namjoon akhirnya mulai menceritakan apa yang hendak dikatakannya. Jisoo mendengarkannya. Sesekali Jisoo memberikan reaksi marah dan terkejut. Namun, Namjoon berusaha menenangkan sampai akhirnya Namjoon selesai berbicara. Jisoo mematung dengan tatapan tak percaya.

Scenario✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang