Namjoon seketika terkejut mendengarnya. Mendadak dia teringat kembali kejadian saat dia meminta tolong Seokjin dan memang Seokjin mengatakan itu. Namun, awalnya Namjoon tidak menganggap itu serius. Terlebih, Seokjin adalah sahabatnya. Sahabat dekatnya. Mereka sudah bersama sejak SMP. Menurutnya, tidak akan mungkin Seokjin mengkhianatinya atau menyukai Jisoo yang sudah memiliki satu anak. Tapi, siapa sangka? Itu benar-benar terjadi. Sungguh, dia benar-benar tidak menyangkanya. Jika tahu semua seperti ini, dia tidak akan meminta tolong kepada Seokjin untuk memberitahu semua kabar tentang Jisoo dan Jae kepadanya. Mereka pura-pura bertengkar ketika bersama Jisoo. Sialan.
Seokjin mengangkat sebelah alisnya melihat Namjoon terdiam. “Bagaimana? Sudah mengingatnya?” tanya Seokjin kemudian.
Namjoon merasakan rahangnya mengeras. “Kau sudah tertarik dengannya sejak awal?”
“Aku sudah mengatakannya, bahkan menunjukkan padamu terang-terangan. Apa aku masih salah?”
“Brengsek!”
Namjoon hampir saja tersungkur ke lantai karena pukulannya yang ingin diarahkan kepada Seokjin, meleset. Seokjin yang menghindar, sampai akhirnya Namjoon meleset. Namjoon melirik Seokjin tajam. Seokjin membalasnya dengan tatapan yang tidak kalah tajam.
“Aku minta maaf karena sudah menyukai Jisoo, bukannya membantumu mendapatkan Jisoo. Sekarang aku benar-benar mencintai Jisoo. Jadi, kau hindari Jisoo sekarang juga. Aku memang tidak membantumu untuk mendapatkannya, tapi aku akan membantumu untuk membahagiakannya dan Jae. Mereka berdua sudah sangat berharga untukku. Walau aku tahu, Jae itu adalah putramu, tapi tetap saja aku selalu menganggapnya seperti putraku sendiri.”
“Kau—”
“Dan satu lagi.” Seokjin menyela dengan tatapan tegas. Setelahnya dia mendekat ke arah Namjoon dan mengarahkan jari telunjuknya ke arah Namjoon dengan penuh peringatan. “Jika kau berani menyentuh Jisoo atau mengganggunya lagi, aku tidak akan segan-segan menghajarmu. Kita tidak akan saling pukul-memukul layaknya akting, tapi benar-benar memukul, seperti hari ini. Jadi, menjauh dari Jisoo, jangan pernah kau muncul lagi di hadapannya. Aku mencintai Jisoo dan setiap aku mengingat kau penyebab hidupnya hancur, aku rasanya benar-benar membencimu, aku ingin menghajarmu habis-habisan. Penderitaan Jisoo sangat banyak setelah apa yang kau lakukan kepadanya!” bentak Seokjin. Dia benar-benar marah.
Sedangkan Namjoon, terdiam beberapa saat. Seokjin kemudian memilih untuk berjalan dan segera pergi dari sana. Sampai akhirnya, Namjoon kembali sendirian di ruang tamunya ini. Kemudian tak lama, Namjoon menarik senyuman sinis.
“Kau kira aku akan menyerah? Iya, aku memang menghancurkan hidup Jisoo. Tapi, tujuanku datang, bahkan dengan bodohnya meminta bantuanmu yang menusukku dari belakang karena ingin memperbaiki hidup Jisoo yang hancur. Aku ingin bertanggung jawab. Dasar sialan! Aku tidak akan menyerah, brengsek!” maki Namjoon dengan tatapan tajam ke arah pintu.
Ya, Namjoon tidak akan menyerah.
Tepat setelah Namjoon mengatakan itu, mendadak ada pesan masuk di ponselnya. Namjoon tidak akan menghiraukannya, kalau saja pesan itu tidak masuk berturut-turut—spam. Itu membuat Namjoon akhirnya meraih ponselnya di atas meja dengan raut wajah heran. Kemudian melihat siapa yang mengirimkannya pesan. Ternyata isinya baru saja memanggil namanya berkali-kali dan mengatakan dia ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting.
Dari temannya, Siwoo. Mereka sudah bersahabat lumayan lama. Hanya Namjoon dan dia, tidak Seokjin.
Namjoon tersenyum miring. Dia rasa, Siwoo bisa membantunya.
***
“Tadi kau bilang ada urusan pekerjaan, tapi saat pulang kau malah membawa luka-luka ini? Apa tugasmu? Apa urusanmu?! Awalnya aku curiga. Jungkook juga mengatakan tidak ada pekerjaan sama sekali di kantor karena ini hari Minggu, kemarin Sabtu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario✅
RomanceAhn Jisoo adalah gadis yang hamil di luar pernikahan. Kesalahan fatal yang terjadi di masa lalu membuatnya sangat menyesal dan akhirnya menumbuhkan benih yang sudah dilahirkannya yakni Jae. Semua ini membuatnya diusir oleh keluarganya. Ayahnya sanga...