”Aku benar-benar mencintaimu, aku tidak mau kau menikah dengan pria sialan itu. Tidak akan pernah.”
“Aish.”
Ringisan terdengar ketika pria di kasur itu perlahan membuka kedua matanya. Pandangannya awalnya buram, sebelum benar-benar jelas seperti sekarang. Pria itu adalah Seokjin. Seokjin perlahan duduk dari posisi berbaringnya seraya memegang kepalanya yang terasa begitu kening. Efek alkohol semalam. Bahkan bau alkoholnya masih lekat di baju Seokjin. Seokjin dapat mencium bau alkohol dari tubuhnya. Seokjin tahu, sekarang dia bukan berada di kamarnya. Seokjin tentu tahu ini bukan kamarnya dan dia ada di kamar siapa. Bahkan dia tadi bermimpi aneh. Bisa-bisanya dia mimpi dia mencium Jisoo, mengatakan hal-hal yang benar-benar gila.
Seokjin mengusap wajahnya sendiri kasar. “Sialan. Apa yang aku pikirkan? Bisa-bisanya aku bermimpi seperti itu,” rutuk Seokjin pada dirinya sendiri.
Hingga Seokjin menutup mulutnya kala dia merasa perutnya seperti teraduk. Seokjin mual. Dengan segera Seokjin berdiri, kemudian berlari ke kamar mandi. Seokjin langsung menyalakan keran seraya memuntahkan isi perutnya. Setelah merasa lebih baik, Seokjin segera mengusap bibirnya dengan air yang mengalir. Kemudian memperhatikan wajahnya yang yang sedikit acak-acakan, tapi tetap tampan.
“Sialan, kenapa malah aku ke sini?” tanya Seokjin.
Dia ingat, dia begitu kesal dengan ucapan Jungkook yang mendukung kedekatan Jisoo dengan Junho. Fakta mereka akan segera menikah membuat Seokjin akhirnya menuju ke bar dan meminum alkohol sebagai pelampiasannya. Setelahnya dia mabuk, tapi Seokjin tidak tahu lagi apa yang dilakukannya. Dia ingat, temannya mengantarkannya sampai ke depan rumah Jungkook. Seokjin minta tidak perlu diantar masuk. Setelah itu, dia menghabiskan satu botol lagi diam-diam di pojok, lumayan jauh dari rumah Jungkook dan Jisoo. Setelahnya dia tidak ingat apa-apa lagi.
Tapi, kenapa dia malah di rumah Jisoo? Bahkan di kamar Jisoo.
“Eoh, ternyata kau disini, Jin?”
Suara lembut itu membuat Seokjin tersadar dan menoleh. Ternyata Jisoo sudah kembali. Seokjin langsung mengembangkan senyumannya. “Ah, Jisoo Iya. Pagi, Jisoo.”
“Pagi,” sapa Jisoo kembali. Jisoo memperhatikan wajah Seokjin yang basah, Seokjin sepetinya mengusap wajahnya dengan air. Bibirnya juga basah. Mendadak Jisoo mengingat kejadian kemarin.. Sialan! Dia harus segera melupakannya. Jisoo menggeleng pelan. Berusaha bersikap biasa saja. Dia yakin, Seokjin akan melupakannya karena mabuk. “Seokjin, kau baik-baik saja? Kau habis muntah, ya?” tebak Jisoo.
Seokjin mengangguk. “Iya. Mual sekali. Sepertinya kemarin aku minum terlalu banyak.”
“Iya. Kau kemarin memang minum banyak. Kau bahkan sampai tidak mengenali rumahmu sendiri. Kau harus minum obat pereda mabuk. Setelah meminumnya, kau mandi dan sarapan saja. Aku menunggumu di ruang makan. Jungkook tadi juga ke sini, hanya saja dia harus segera berangkat ke kantor. Ini sudah siang. Kau cuti saja hari ini kata Jungkook. Lisa setelah kembali dari rumah orang tuanya, sepetinya akan ke sini dan melihat keadaanmu.”
“Ah begitu. Baiklah. Terima kasih. Aku banyak merepotkanmu.”
Jisoo tersenyum ramah. “Santai saja, Seokjin. Kau tidak merepotkan, kok. Kau tidak melakukan apapun.”
“Aku rewel pasti saat mabuk. Aku akan banyak berbicara dibanding tidak mabuk,” ucap Seokjin seraya mengelus tengkuknya sendiri. “Ngomong-ngomong bagaimana aku bisa berada di kamarmu? Bukan di kamarku? Aku salah masuk kamar, ya, saat itu? Aku, kan, salah masuk rumah, memangnya Jungkook tidak menarikku atau membawaku kembali ke rumah?” tanya Seokjin penasaran.
Jisoo terdiam sesaat mendengarnya. Tidak mungkin dia menjawab yang sebenarnya. Terlebih ciuman itu. Lebih baik Seokjin jangan mengingatnya dan jangan sampai tahu juga. Jisoo buru-buru mengembangkan senyumannya. Berusaha mengabaikan debaran jantungnya yang menggila dan pipinya memanas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Scenario✅
Storie d'amoreAhn Jisoo adalah gadis yang hamil di luar pernikahan. Kesalahan fatal yang terjadi di masa lalu membuatnya sangat menyesal dan akhirnya menumbuhkan benih yang sudah dilahirkannya yakni Jae. Semua ini membuatnya diusir oleh keluarganya. Ayahnya sanga...