49

244 45 23
                                    

Mencoba untuk Berjuang Kembali

🌌🌌🌌

Drrtt..


Drrtt..


Ponsel Jikyung bergetar di atar nakas. Jikyung yang sedang terduduk lesu di atas tempat tidurnya itu pun meraih ponselnya dan mengecek siapa yang meneleponnya.

Jisung ternyata.

“Apa?”

“Dih, kok lemes gitu suaranya? Gimana acara tadi? Ada cerita apa? Kok kamu nggak nelepon aku sih. Aku kan kepo.”

Jikyung menghela napasnya. Jisung sangat berisik saat ini. Gadis itu pun memijit pelipisnya kemudian menatap paper bag yang bertengger di atas kursi meja riasnya.

“Heh, kok diem?”

“Jisung berisik deh ah!”

Seketika hening. Jikyung merutuki dirinya sendiri yang sudah meninggikan suaranya pada Jisung padahal laki-laki itu berniat baik. Sayangnya perasaan gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

“Ada masalah ya?”

Kali ini Jisung bertanya dengan nada yang lebih lembut, tidak menuntut seperti tadi.

“Ya.. gitu.”

“Yah.. kalo kamu nggak mau cerita sekarang, ya nggak apa sih. Mungkin kamu butuh ketenangan dulu.”

Jikyung menghela napasnya lagi kemudian menatap kakinya sendiri. Gadis itu tidak dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini. Sakit hati? Jelas. Menangis? Entah kenapa Jikyung tidak bisa. Rasanya berat ketika seharusnya dia mengeluarkan air mata untuk mencurahkan kesedihannya, tetapi malah tidak bisa.

Dari tadi Jikyung merenung sambil mengingat kejadian tadi, tetapi tidak ada setetes pun air mata yang membasahi pipinya.

Gadis itu merasa.. kosong.

Bukannya Jikyung tidak sedih. Justru gadis itu sangat sedih hingga rasanya air mata tidak dapat turun dan gadis itu merasa kosong.

“Hei, kamu masih di sana, kan?”

“Oh iya. Masih kok.”

Jisung menghela napas di seberang sana. Sahabatnya saat ini tampaknya sedang tidak bisa diganggu. Gadis itu membutuhkan waktu untuk sendiri, maka Jisung pun tak bisa memaksa Jikyung untuk bercerita padanya sekarang.

“Kalo kamu butuh ketenangan, aku tutup deh teleponnya. Besok kalo udah mau cerita, telpon aku ya? Atau dateng aja langsung ke cafe. Aku pasti dengerin kok.”

Jikyung mengangguk, meskipun Jisung tidak dapat melihatnya.

“Makasi ya.”

“It’s ok. Sekarang kamu istirahat dulu. Aku tutup teleponnya.”

Setelah menutup telepon dari Jisung, Jikyung pun merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Beberapa detik kemudian dia duduk lagi sambil menatap paper bag di atas kursi yang berisi hadiah untuk Seungmin yang belum sempat dia berikan. Gadis itu pun mengambil bantalnya lalu melemparkannya pada paper bag itu.

Overmorrow (Kim Seungmin) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang