Takdir?
🌌🌌🌌
Hari berganti hari.. setelah pertemuanku dan Seungmin waktu itu, kami tidak pernah bicara lagi. Baik aku, maupun dia sama-sama saling diam ketika berpapasan, seperti ada tembok yang tengah memisahkan kami. Entahlah.. kami seolah-olah sama-sama berniat saling diam, meskipun tidak bertengkar juga sebenarnya.
Beberapa kali aku melihat beberapa orang yang tengah mengangkut barang Seungmin keluar dari unitnya. Aku hanya bisa menetralkan perasaanku lalu masuk ke unitku seolah-olah tidak melihat hal itu. Seungmin akan pindah dan aku tidak melarangnya, meskipun dia berkata akan tetap tinggal jika aku memintanya. Aku tidak berhak menyuruhnya untuk tetap tinggal. Aku tidak berhak mengatur masa depannya dengan tetap tinggal di sini sementara ayahnya memintanya untuk belajar mengurus cabang perusahaannya di New Zealand.
Jika takdir memang akan mempersatukanku dengannya, aku pasti akan bertemu lagi dengannya.
Ya, ke mana pun kami berdua akan melangkah jauh, takdir pasti akan mempertemukan jika kami memang ditakdirkan bersama.
Aku menghembuskan napasku lalu berusaha untuk konsentrasi pada Pak Junmyeon yang tengah menjelaskan materi di depan kelas. Aku memijit pelipisku ketika tiba-tiba aku merasa pusing. Sepertinya aku kurang istirahat karena beberapa hari ini terlalu memforsir diriku sendiri untuk belajar.
“Kamu sakit?”
Aku menolehkan kepalaku pada Jihyun yang tengah mengajakku berbicara dengan suara yang dia kecilkan.
“Pusing sedikit.” Jawabku lalu mengambil bolpoinku dan mencatat materi yang tengah dijelaskan oleh Pak Junmyeon.
“Jangan menolak perasaanmu sendiri, Jikyung. Kalo kamu memang suka sama Seungmin, jangan kamu tolak. Bilang dong sama dia. Nanti kamu pusing sendiri kalo kayak gini terus.” Ucap Jihyun. Kami berdua berbicara dengan nada pelan sambil tetap menulis penjelasan Pak Junmyeon.
“Siapa juga yang pusing karena dia. Aku nggak peduli dia mau pergi apa nggak.”
“Ckck.. terserahmu aja deh.”
Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi antara aku dan Jihyun. Gadis itu sibuk mencatat penjelasan Pak Junmyeon. Diam-diam aku bertanya-tanya.
Bagaimana kabar Seungmin ya? Kapan dia akan pindah?
🌌🌌🌌
Author POV
Cekrek
Jikyung membuka pintu unitnya lalu menatap ke arah unit sebelah, unitnya Seungmin yang sudah kosong karena ditinggal pemiliknya ke New Zealand. Jikyung menghembuskan napas panjang lalu mulai melangkah menuju lift.
Tiga hari yang lalu, Seungmin akhirnya pergi meninggalkan Seoul. Laki-laki itu sudah membulatkan niatnya untuk pindah dan Jikyung sama sekali tidak melarang kepergiannya. Untuk apa? Jikyung merasa tidak berhak untuk menyuruh laki-laki itu tetap tinggal. Jikyung sudah berjanji pula pada dirinya sendiri kalau dia tidak akan menangisi kepergian Seungmin sejak tiga hari yang lalu.
Tiga hari yang lalu, Jihyun menyuruh Jikyung pergi ke bandara seusai kelas untuk sekadar mengucapkan salam perpisahan terakhir. Meskipun Jikyung tidak menerima Seungmin, paling tidak mereka harus mengucapkan salam perpisahan sebelum mereka benar-benar berpisah, begitu pikir Jihyun. Sayangnya Jikyung menolak dan hal itu mampu membuat Jihyun kesal. Dan yah.. sebenarnya Jikyung juga agak menyesal.
Jikyung semakin menyesal ketika membiarkan Seungmin begitu saja setelah membaca surat dari Seungmin yang laki-laki itu titipkan pada Jihyun.
Flashback
KAMU SEDANG MEMBACA
Overmorrow (Kim Seungmin) ✔
Fiksi PenggemarThe day after tomorrow "Hari ini dan besok mungkin kamu membenciku. Tapi, bisa saja kan lusa kamu jatuh padaku?" Highest Rank: -1 in #seungminstraykids (8/12/2020) -2 in #seungminstraykids (30/9/2020) -2 in #seungminstraykids (5/11/2020) -3 in #seun...