"Gim ini kami rancang sesuai dengan tema Cleany sebagai produk sabun dan perawatan diri yang ampuh mengusir kuman. Kami mengangkat maskot baru, yaitu SuperCleany, sebagai pahlawan yang bertugas untuk membersihkan 'labirin' tubuh dan mengejar kuman, kemudian menembakkan sabun, pasta gigi, atau sampo, tergantung tempat permainan di jalankan. Permainan ini sangat mudah, bisa digunakan oleh anak-anak maupun orang dewasa. Berikut saya contohkan cara bermainnya."
Prisa menggerakkan jari di atas layar iPad yang tersambung dengan LCD besar di dinding. Ia menjelaskan sambil menekan ikon bagian tubuh yang akan dimainkan, yaitu rambut, kemudian permainan mulai berjalan. Mengarahkan pada kuman yang dibuat lucu dan berwarna-warni, ia mulai menembakkan item-item yang dimiliki. Kuman yang ditembak akan pingsan, kemudian menghilang. Ia menyelesaikan permainan setelah seluruh kuman mati. Terakhir, layar menampilkan skor yang didapat serta item bonus yang muncul setelah penyelesaian misi.
Tepuk tangan meriah datang dari seluruh hadirin dalam ruangan. Prisa tersenyum ceria, kemudian melempar pandangan pada Mas Steve yang mengacungkan dua jempol di sudut ruangan. Dalam hati ia berdoa, semoga kliennya bisa menerima gim ini dan tidak meminta banyak revisi.
"Misi yang akan dijalankan di gim ini berbeda-beda, sesuai dengan level yang sudah dilewati. Kami yakin, gim ini akan menjadi daya tarik yang lebih bagi konsumen Cleany yang mendapat akses permainan dari pembelian produk. Apalagi, kami juga menambahkan fitur bonus item serta hadiah bagi pengguna aplikasi yang memasukkan kode unik atau men-scan barcode yang terdapat di kemasan Cleany. Jadi, konsumen tidak hanya puas dengan satu permainan, tapi akan membeli produk Cleany lebih banyak untuk mendapat akses dan bonus yang berlipat."
Para petinggi perusahaan yang duduk di depan mengangguk-angguk, kemudian berbincang satu sama lain. Prisa berhenti sejenak, membiarkan mereka mempertimbangkan hasil presentasinya. Meskipun begitu, ia yakin sembilan puluh persen mereka pasti akan setuju. Paling mereka akan mengajukan sedikit revisi, tetapi sepertinya tak akan terlalu menyita banyak waktu. Yang penting, bonus project completed sudah terbayang di depan mata.
Seketika jantung Prisa terlonjak saat melihat pintu dibuka keras. Tampak seorang pria beruban yang masih gagah berjalan memasuki ruangan tanpa permisi. Di belakangnya, beberapa orang mengikuti sambil menunduk-nunduk. Seisi ruangan juga dibuat tertegun dengan kehadirannya yang langsung duduk di sofa depan tanpa permisi.
"Katanya kalian lagi bikin project bonus gim HP?" tanyanya tanpa tedeng aling-aling.
Wanita yang tadi menjadi moderator pembuka presentasi menjawab terbata. "Benar sekali, Pak Broto," ucapnya seraya menundukkan kepala. Sesaat kemudian, wanita bertubuh langsing itu berkata dengan lantang. "Ehm, selamat datang untuk Pak Broto Wiryoatmojo, komisaris utama Bersih Semesta Grup."
Hati Prisa mencelos. Gila! Bagaimana ia bisa berbicara di depan komisaris utama perusahaan besar? Uh, perutnya tiba-tiba terasa mulas. Bagaimana kalau pria tua dengan kumis tebal beruban itu langsung membatalkan proyek yang sudah mati-matian dikerjakan timnya ini? Gawat! Bayangan bonus tadi kini meletus dan hilang dalam satu kedipan mata.
"Ya ... ya ... lanjutkan saja. Saya mau lihat gimnya," perintahnya tegas. Wanita moderator tadi menatap Prisa seolah menyuruhnya untuk lanjut berbicara.
Prisa membasahi bibirnya yang terasa kering. Ia menghela napas panjang, mencoba mengusir ketegangan yang muncul dari aura Pak Broto yang mencekam.
"Baik, Pak. Daripada saya jelaskan lagi karena sepertinya penjelasan saya mungkin akan membosankan untuk Bapak, bagaimana kalau Bapak coba langsung gimnya?"
Semua mata melotot seolah ingin menelan Prisa bulat-bulat. Ah, apakah dia salah berbicara? Bukankah yang ia katakan itu benar? Pria tua itu pasti akan terkantuk-kantuk kalau ia mengulang penjelasan. Namun, tatapan semua hadirin yang seperti ingin menerkamnya membuat kepercayaan dirinya merosot tajam. Mungkin memang ia tak seharusnya berbicara demikian pada bos paling tinggi di sebuah perusahaan. Uh, matilah, aku! Prisa menjerit dalam hati dengan bayangan menjambak rambutnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Copycat [END]
RomanceGimana rasanya kalau ada orang yang ngikutin gaya kita? Dari fashion, potongan rambut, sampai gaya bicara, diikuti juga! Kesal, nggak, sih? Itulah yang dialami Prisa. Kebaikannya membantu Gista, rekan kerjanya malah jadi bumerang buat dia. Gista men...