Part 23: Trouble Started

8.7K 1.4K 110
                                    

She's just a girl, and she's on fire,
Hotter than a fantasy, lonely like a highway,
She's living in a world, and it's on fire,
Feeling the catastrophe, but she knows she can fly away.

Kak Tera menyanyikan bait pertama lagu Girl on Fire yang dipopulerkan Alicia Keys sambil berdiri di atas sofa. Suaranya yang nyaring merambat melalui mikrofon, menggelegar saat keluar dari soundbar. Di akhir bait, dia berteriak, “Hana!” Gadis dengan rambut bercat cokelat itu menyambut dengan lirik setelahnya.

Oh, she got both feet on the ground,
And she's burning it down,
Oh, she got her head in the clouds,
And she's not backing down.

“Semua!” 

This girl is on fire,
This girl is on fire,
She's walking on fire,
This girl is on fire.

Prisa yang berdiri di depan meja ikut menyanyikan lirik yang membuatnya bersemangat itu. Tangannya menepuk-nepuk marakas sambil bergoyang mengikuti irama. Di atas sofa, Kak Tera bernyanyi—atau lebih tepatnya berteriak—seperti orang kesurupan. Hana melompat ke sebelah Prisa dan menyerahkan mikrofon, kemudian merebut marakas dan memberikan kode agar ia melanjutkan nyanyian. Berdiri menghadap layar lebar yang terpampang di depan, dia mulai menyanyikan lirik lagu yang tertulis.

Looks like a girl, but she's a flame,
So bright, she can burn your eyes,
Better look the other way,
You can try, but you'll never forget her name,
She's on top of the world,
Hottest of the hottest girls say.

Oh, we got our feet on the ground,
And we're burning it down,
Oh, got our head in the clouds,
And we're not coming down.

Lagi-lagi bagian refrain membuat semua bernyanyi seperti kesetanan. Lirik lagu yang membuat berapi-api itu membangkitkan semangat paling liar yang ada di tubuh mereka. Semua beban seolah lepas dari kepala mereka, terbang bersama pendaran sinar warna-warni yang keluar dari lampu disko di langit-langit ruangan. Rasanya sungguh bebas, lepas, dan menyenangkan.

Begitu lagu berakhir, mereka terduduk lemas di sofa sambil tertawa terbahak-bahak. Hana mengambil kaleng soda dan melempar ke arah Kak Tera dan Prisa yang dengan sigap menangkap. Kak Livi yang sejak tadi tak ikut bernyanyi dan hanya duduk bersandar di atas sofa, geleng-geleng kepala melihat tingkah laku teman-temannya. Sudah lama mereka bersama, perempuan tomboi itu hanya menonton saja saat mereka datang ke tempat karaoke.

“Sekarang giliran Kak Livi!” pekik Kak Tera.

“Iya! Ayo, dong, Kak Liv sekali-kali nyanyi!” timpal Hana.

“Iya, Kak! Mau, ya, mau, ya.” Prisa berlutut di hadapannya sambil mengerjap-ngerjapkan mata.

Kak Livi bergeming. “Ogah, ah! Udah, pada nyanyi aja sampai puas!”

“Yah, ayo, dong, Kak!” desak yang lain mengganggunya.

Beberapa saat dipaksa, Kak Livi akhirnya berdecak sambil memutar bola mata. “Ya udah! Gue nyanyi, nih! Jangan pada nyesel, ya!”

Mengambil remote dari meja, Kak Livi mengetik dan mencari lagu Watch Over You yang dipopulerkan oleh band rock Alter Bridge. Dia merebut mikrofon dari tangan Kak Tera yang terpana. Suara intro terdengar mengalun lembut di telinga sebelum muncul lirik di layar depan mereka.

“Kalian yang minta, nih!” Kak Livi menyeringai.

Leaves are on the ground,
Fall has come,
Blue skies turning grey,
Like my love.

I tried to carry you,
And make you whole,
But it was never enough,
I must go.

Semua mulut ternganga mendengar alunan lagu yang dinyanyikan Kak Livi. Suaranya yang berat terdengar seksi dan sangat fit dengan musik hardrock itu. Terlebih dia tampak menghayati lagu itu dengan sepenuh hati.

Copycat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang