Part 34: Thank You

35.9K 2.7K 446
                                    

Prisa duduk dengan gelisah meskipun berada di atas kursi kayu jati yang dipernis mengilap dengan busa lembut yang menyangga tubuh. Di sebelahnya, seorang pria tua sedang menekuri layar iPad begitu serius bersama seorang bocah laki-laki. Karakter SuperCleany tampil di layar, dengan lincah mengejar kuman-kuman yang berlarian begitu cepat. Berbagai senjata ditembakkan, mulai dari sabun, sampo, dan pasta gigi dengan kekuatan turbo. Satu dua kuman berhasil kena, tetapi masih banyak kuman lain yang harus dikejar. Begitu juga bos kuman yang sudah menunggu di ujung arena.

Jantung Prisa berdegup keras, sementara keringat dingin membanjiri tubuh. Ia sudah memberikan cheat untuk menyelesaikan gim itu, tetapi tetap khawatir kalau mereka tidak berhasil. Bukan apa-apa, yang ada di sebelahnya kini adalah Pak Broto beserta cucunya, Nathan, anak Mbak Mega yang tempo hari menamatkan gim bersamanya!

Argh! Ingin rasanya Prisa berteriak dan menyalahkan Mas Asa yang sudah menempatkannya dalam situasi ini. Alih-alih membawanya ke perusahaan Cleany tempat ia akan melakukan interview kerja, ia malah mengajak ke rumah sang komisaris utama. Gila! Ini benar-benar berada di luar nalar yang bisa ia terima.

Tiga bulan sudah terlewati sejak ia keluar dari Friendera. Ia pulang ke kampung halaman, menghabiskan waktu untuk menenangkan diri. Ia perlu menyembuhkan luka yang ditorehkan Mas Steve, juga Gista dan semua rekan kerja lainnya. Kesempatan itu juga ia gunakan untuk membantu sang ibu merawat ayahnya yang sakit. Tak sia-sia, kini Bapak sudah lebih sehat dan bugar meskipun belum kembali seperti dulu. Namun, terlalu lama berada di kampung halaman membuat tabungannya menipis.

Ia harus segera mendapat kerja dan mengirim lamaran ke PT Cleany, tempat Pak Broto pernah menawarkan kerja. Ia ingin masuk melalui jalur penerimaan karyawan biasa, tak pernah berniat melalui jalur 'orang dalam'. Siapa sangka selama ini ia malah selalu bersama dengan anak komisaris utama?

Entah bagaimana, Mas Asa selalu menyimpan kejutan yang membuatnya geleng-geleng kepala.

Pria itu tak pernah berhenti membantunya. Ia mengantarnya pulang kampung, sampai rela bangun subuh demi menjemputnya kembali ke Jakarta. Bahkan, ia sering kali datang di jadwal Bapak berobat dan mengantarkan ke rumah sakit. Namun yang menyebalkan, dia masih saja menyembunyikan identitas dirinya dan membuat Prisa mengetahui dengan cara yang tak terduga.

"Yeay!" teriak Pak Broto dan Nathan bersamaan, membuyarkan lamunan Prisa. Ia tersentak dan ternganga melihat kakek dan cucu itu melompat-lompat kegirangan. Di layar, tampak SuperCleany sedang terbang ke angkasa sambil membawa medali dan piala. Konfeti tersebar di mana-mana.

Pak Broto tos dengan Nathan, kemudian bocah itu melakukan hal yang sama dengan Prisa. Terakhir, pria tua itu mengajaknya tos juga, yang dibalas Prisa dengan kikuk. Apalagi, Nathan menariknya untuk ikut melompat dan bersorak. Mau tak mau ia ikut berdiri dan merayakan kemenangan, dengan busana yang sangat tidak cocok dengan nuansa saat ini. Balutan pakaian resmi yang ia kenakan, yaitu celana bahan hitam yang senada dengan blazer dan blus putih, tadinya sangat pas untuk wawancara kerja. Namun sekarang, ia malah bermain gim dengan seorang laki-laki tua dan cucunya. Sungguh, rasanya ia ingin menangis sekaligus tertawa. Situasi macam apa ini?

"Papa, makan siang dulu, yuk! Nathan juga!" panggil Mbak Mega dari dalam ruangan. Dia mengangguk kepada Prisa sambil tersenyum ceria. "Ayo, Prisa. Kita makan sama-sama!"

Mereka masuk ke ruang makan yang begitu mewah dan megah. Ia duduk di sebelah Mas Asa yang semringah menyambutnya, tetapi dibalasnya dengan karena pria itu tidak bilang akan mengajak ke rumahnya. Meskipun begitu, keluarganya yang sangat ramah menyambutnya membuat ia tidak bisa terlalu marah.

Berbagai hidangan mewah terhidang di meja. Ada ayam panggang, ikan kakap besar, udang, dan beraneka jenis sayuran. Sungguh berbanding terbalik dengan saat Mas Asa sarapan di rumah bersama orang tuanya tadi pagi, hanya nasi uduk dan gorengan yang tersedia. Lagi-lagi, Prisa ingin menangisi ketimpangan sosial yang terjadi.

Copycat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang