Apa yang akan terjadi sama Prisa?
Siap dengan kejutan?
Jangan lupa follow, vote, dan komen, ya, Teman-teman!
~~~
Prisa menatap nanar pada baju-baju yang berceceran di lantai, korban dari amukannya setelah pulang dari kantor kemarin. Buku-buku berpindah dari meja ke segala arah, begitu pula alat tulis dan boneka yang ada di sana. Lemarinya setengah kosong, isinya juga telah berserakan di mana-mana. Begitu pula bantal, selimut, seprai, kini sudah tidak pada tempatnya.
Di depannya, bayangan tubuh seorang gadis kuyu sedang berbaring menyamping terpantul di cermin yang terdapat di depan lemari. Matanya merah, lingkaran hitam memenuhi sekitarnya. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, tatapannya redup. Tampak bekas guratan air mata yang mengering di pipinya. Sebuah boneka unicorn berada erat dalam dekapannya.
Prisa sampai tak mengenali kalau bayangan di balik cermin adalah dirinya.
Semua masalah yang bertubi-tubi telah berhasil meluluhlantakkan kewarasan dirinya. Ide yang ditiru mentah-mentah oleh Gista, fakta busuk tentang Mas Steve, sampai kedua orang biadab itu berkomplot dengan bermesraan di depannya. Beruntung Mas Bagas menutup matanya dan menariknya keluar agar tidak melihat pemandangan menjijikan itu lebih lama lagi. Keputusannya untuk langsung pulang meninggalkan kantor adalah satu-satunya jalan terbaik yang ia lakukan kemarin.
Sekarang, beginilah keadaannya. Terkapar tak berdaya. Semua energinya ludes dihabiskan kemarin, belum juga diisi. Ia sama sekali tak bernafsu melakukan apa pun, termasuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Sesekali ia hanya ke toilet dan minum air mineral yang terasa pahit, kemudian berbaring lagi dan meratapi nasib yang seakan memusuhi.
"Pris? Lo udah berangkat ke kantor belum? Nggak dikunci, kan? Gue masuk, ya?" teriak Mbak Leny dari luar pintu. Cerocosannya terus terdengar sampai gagang pintu memutar. "Gue mau balikin novel Edward yang waktu itu gue pinjem. Gila, ceritanya bagus banget! Ini yang nulis temen lo si Terminator waktu itu, kan? Argh! Udah ganteng pinter nulis nov—, astaga Pris!"
Mbak Leny terbelalak, kemudian menghambur masuk, melompati barang-barang yang berserakan di lantai. Ia langsung berlutut di sebelah ranjang Prisa. Gadis yang sedang berduka itu bergeming, tubuhnya terlalu berat dan kaku untuk digerakkan.
"Prisa! Astaga! Lo kenapa? Kemarin gue pikir lo udah baik-baik aja," pekik Mbak Leny histeris. "Ini juga bukannya baju lo kemarin? Kenapa lo nggak bilang, Pris? Ada apa?"
Tak ada kata-kata yang sanggup keluar dari mulut Prisa. Bibirnya hanya bergetar sedikit. Air mata yang seketika kembali meluncur turun mungkin bisa menjadi jawaban. Ia sendiri juga takjub, matanya masih bisa menangis setelah diperas habis-habisan kemarin.
"Pris, kalau ada masalah, cerita dong sama gue, atau sama yang lain. Kita, kan, di sini udah kayak keluarga, saling jaga. Lo juga biasanya selalu bantuin kita. Nah sekarang, lo sampai kayak gini pasti masalah lo berat banget. Jangan dipendam sendirian," bujuk Mbak Leny lembut, sambil menyingkirkan rambut yang memenuhi wajah Prisa.
Prisa mengumpulkan semua tenaga yang tersisa pada pita suaranya. Namun tetap saja, yang terdengar hanyalah bisikan samar. "A–aku, aku nggak kuat lagi, Mbak. Aku udah nggak tahan."
"Ini pasti gara-gara pacar lo, ya? Dia yang mutusin lo kemarin di jalanan, kan?" selidik Mbak Leny mengernyitkan dahi.
Kepala Prisa mengangguk. "Dia ... dia pacaran sama cewek yang niru aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Copycat [END]
RomanceGimana rasanya kalau ada orang yang ngikutin gaya kita? Dari fashion, potongan rambut, sampai gaya bicara, diikuti juga! Kesal, nggak, sih? Itulah yang dialami Prisa. Kebaikannya membantu Gista, rekan kerjanya malah jadi bumerang buat dia. Gista men...