Part 27: Wedding Day

13.2K 1.6K 69
                                    

Prisa mematut diri di cermin dalam balutan lace dress midi hitam yang dibelikan Mas Steve tempo hari, sesuai permintaan pria itu saat memberikannya. Ia menambahkan pulasan lipstik berwarna merah, juga blush on sebagai sentuhan terakhir. Rambut panjang dan ikalnya dibiarkan tergerai. Tak lupa, ia memasang tali satin bertahta berlian di sekeliling pinggangnya, membuatnya terlihat lebih ramping.

Hanya satu yang kurang dari penampilannya. Matanya yang sedikit sayu masih belum juga hilang akibat tekanan dalam hati. Beruntung, pertemuannya dengan Mas Asa kemarin mampu memberikan secercah kesegaran di wajahnya. Begitu pula Mas Steve yang sudah meminta maaf karena tak mengantarnya pulang—dan sudah bersumpah tidak melakukan apa pun dengan Gista. Walaupun masih ragu, ia memilih memaafkan daripada muncul keributan baru yang tidak perlu.

Ponsel di meja sebelah lemari Prisa bergetar. Tampak pesan dari Mas Steve yang mengatakan bahwa dirinya sudah sampai di depan indekos. Prisa mempercepat persiapan, memasukkan ponsel dan dompet ke handbag perak yang senada dengan ikat pinggangnya, juga memakai T-strap heels dengan warna yang sama. Ia bergegas turun, tak ingin Mas Steve menunggu lebih lama.

"Kamu cantik banget, Sayang!" sambut Mas Steve dengan mata berbinar saat Prisa duduk di kursi depan mobil.

Prisa hanya tersenyum menanggapi pujian itu. Mas Steve terus melancarkan berbagai pujian atas penampilannya hari ini. Dalam hati, ia merasakan perbedaan kontras antara kekasihnya dengan Mas Asa. Sekali lihat, pria yang baru datang ke kehidupannya itu sudah bisa membaca kalau dirinya tidak baik-baik saja. Sedangkan pacarnya, selalu mengatakan semua hal yang ingin didengarnya saja.

Mobil melaju di jalanan yang lengang. Tak sampai satu jam mereka sudah tiba di gedung tempat pernikahan Kak Tera berlangsung. Ia sengaja datang lebih pagi, untuk menyaksikan akad nikah sahabatnya itu. Berpisah dengan Mas Steve, ia diminta untuk datang ke tempat rias dan menemani Kak Tera yang sedang dilanda ketegangan. Hatinya meradang saat bertemu Hana, tetapi tak ia tunjukkan di depan pengantin yang sedang berbahagia. Ia tak mau merusak suasana.

Acara akad nikah berlangsung khidmat. Kak Tera tampak begitu bahagia, terpancar dari binar matanya. Kini ia bersanding dengan pria bertubuh besar yang sudah sah menjadi suaminya. Tangis haru terasa saat mereka sungkem dengan orang tua, membuat hati Prisa ikut terenyuh.

"Kamu nangis?" tanya Mas Steve.

"Ah, nggak. Aku cuma terharu aja lihat Kak Tera nikah. Aku juga jadi pengen nikah, mumpung Bapak sama Ibu masih ada," gumam Prisa seolah bicara sendiri. "Apalagi Bapak udah sakit gini, aku takut kalau tiba-tiba—"

"Sabar, Sayang," bisik Kak Steve lembut sambil memeluk bahunya. "Nanti kita nikah, ya, kalau semua udah siap. Kita bikin acara pernikahan yang sangat mewah, dan kamu akan jadi ratu sehari yang paling cantik di dunia," hiburnya.

***

Resepsi pernikahan Kak Tera diadakan di gedung yang sama, tetapi berbeda ruang. Dekorasi di ballroom tempat resepsi terlihat lebih meriah. Di pojok tengah ruangan, terdapat sebuah panggung pelaminan lengkap dengan kursi dan berhias bunga berwarna-warni. Kolam kecil air mancur terdapat di depan pelaminan, dengan tumbuhan yang ditata menjadi taman mini. Panggung kecil berisi alat musik dan pemain band berada di sebelah pelaminan. Meja prasmanan panjang terletak di kanan dan kiri ruangan, berikut gubuk kecil tempat makanan ringan dihidangkan.

Prisa berdiri di pinggir karpet merah yang membentang dari pintu ruangan hingga ke pelaminan bersama para tamu lain. Mereka menyambut pengantin yang masuk dengan iringan musik syahdu. Kak Tera tampak semringah, menggandeng lengan lelaki yang sudah menjadi suaminya. Sebuah buket mawar putih dan merah muda tergenggam di tangannya. Saat lewat di depan Prisa, senyumnya terlihat lebih merekah.

Copycat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang