"Guys! Ini Gista, kalian udah pada kenal, kan? Dia udah balik kerja lagi. So, kalian harus turutin dia, ya. Karena dia sekarang udah nggak di tim IT lagi. Sekarang, dia ngisi posisi yang masih kosong, yaitu wakil CEO!"
Pidato singkat Mas Rayhan membuat semua terhenyak. Terlebih Prisa, asam lambungnya seolah naik ke kerongkongan karena begitu kaget, membuatnya ingin muntah. Hawa dingin seolah dipancarkan dari jelmaan dirinya yang sedang memamerkan senyum merekah dan melambaikan tangan pada semua.
"Kok, pada bengong? Let's give a warm welcome to Gista, dong!"
Semua saling berpandangan. Dengan kaku, mereka bertepuk tangan dengan dahi mengernyit. Bisikan lirih terdengar saat mereka mempertanyakan keputusan sepihak yang diambil oleh CEO. Begitu juga Mas Bagas yang tampak terperangah dengan mata terbelalak.
Tangan Prisa terkepal erat di atas meja. Ia tak menyangka, Mas Rayhan menunjuk Gista untuk menggantikan Kak Livi. Apakah dia tak ingat bagaimana cara kerja gadis itu? Dia yang membuat tim kerepotan sampai harus lembur demi menutupi pekerjaan yang dihancurkan. Sekarang, tanpa perlu bekerja keras, dia bisa mendapat jabatan.
"Makasih, semuanya. Mohon bantuannya, ya," ujar Gista dengan nada bicara yang biasa didengar Prisa dari mulutnya sendiri.
Astaga! Gista bukan hanya meniru penampilannya, bahkan juga tutur katanya! Sebenarnya, apa yang dipikirkan cewek itu?
"Oke, Gista silakan duduk di depan. Yang lain geser ke belakang," perintah Mas Rayhan menunjuk Kevin untuk pindah. "Bagas, lanjutin rapatnya."
Mas Bagas tampak masih terkesiap. Sedetik kemudian, dia berdeham seperti mengusir keterkejutan yang sempat mendarat di otak.
"Oke, seperti yang saya bilang tadi, kita akan buat aplikasi virtual school untuk sekolah di Yayasan Cendikia Mulia yang kemarin udah deal sama Rayhan dan Steve. Mereka mau buat konsep fun school, terinspirasi dari KawanCeria. Bedanya, aplikasi ini nanti akan diuji coba untuk siswa jenjang SMP dan SMA. Mereka mau bikin sistem learning from anywhere gitu," terang Mas Bagas panjang lebar. "Gimana, apa ada yang punya ide untuk apps-nya?"
Semua hening, sepertinya pikiran mereka sedang tidak berada dalam kondisi siap untuk mengulik masalah pekerjaan. Kehadiran Gista yang tiba-tiba, merenggut perhatian semua yang ada. Hanya Bang Ryo yang tampaknya tak peduli dengan munculnya sosok lama berpenampilan baru itu.
"Deadline kapan, Gas?" tanyanya tanpa tedeng aling-aling.
"Kemarin, sih, mereka minta tiga sampai empat bulanan, lah." Mas Rayhan yang menjawab.
"Yang ngerjain? Tim berapa?" Bang Ryo bertanya lagi.
"Yah, kemungkinan tim satu. Apalagi desainer cuma tinggal Prisa. Kita perlu rekrut satu lagi kayaknya," jawab Mas Bagas.
Prisa mengangkat tangan setelah sebuah pertanyaan mengusik benaknya. "Materinya nanti gimana, Mas? Maksudku, kita mungkin bisa bikin apps-nya, tapi nggak semua dari kita ngerti pelajarannya, kan? Apalagi ada IPA dan IPS yang--"
"Kita pasti bisa! Friendera selalu bisa! Iya, kan, Mas?" tukas Gista memotong kata-kata Prisa. Nada suaranya sungguh terdengar mirip dengan dirinya.
Terhenyak, lidah Prisa sampai terasa kelu untuk berkata. Apalagi sekarang semua orang melihat ke arahnya dan Gista bergantian, seolah membandingkan dua gambar serupa dan mencari di mana letak perbedaannya. Bukan itu saja yang membuat Prisa menggeram. Ia juga heran, dari mana gadis yang dulu hanya berkata tak lebih dari tiga kata itu bisa memiliki keberanian menukas ucapannya dengan percaya diri?
"Iya, dong! Friendera, kan, tempat mimpi jadi nyata. Kalo gini aja nggak bisa, gimana kita bisa jadi unicorn coba?" tandas Mas Rayhan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Copycat [END]
RomanceGimana rasanya kalau ada orang yang ngikutin gaya kita? Dari fashion, potongan rambut, sampai gaya bicara, diikuti juga! Kesal, nggak, sih? Itulah yang dialami Prisa. Kebaikannya membantu Gista, rekan kerjanya malah jadi bumerang buat dia. Gista men...