Part 20: Creepy Girl

9.4K 1.4K 87
                                    

Prisa menatap hampa pada lampu merah berpendar di belakang mobil dan motor yang berbaris di depannya dalam kemacetan. Suara klakson dan desing mesin kendaraan melewati gendang telinga, tetapi hanya didengar sekilas saja. Begitu juga alunan musik dari radio yang ada di mobil, mendendangkan lagu Shape of You yang dipopulerkan Ed Sheeran. Udara dingin yang keluar dari AC mobil terasa menggigit, tetapi ia tak menghiraukan.

"Kamu kenapa, sih, Sayang? Dari tadi bengong terus?" tanya Mas Steve yang duduk di balik kemudi membelai rambutnya.

Menghela napas panjang, Prisa akhirnya mengungkapkan apa yang sejak tadi berkecamuk di pikiran.

"Mas, gimana kalau ada orang yang foto kamu diam-diam?" tanyanya parau.

Mas Steve terbelalak. Dahinya mengernyit, usapannya pada pucuk kepala Prisa terhenti. "Maksud kamu? Kenapa gitu?" tanyanya menyipitkan mata.

"Itu ... tadi, aku lihat ada foto aku candid di HP-nya Gista," ungkap Prisa mengigit bibir.

Desahan terdengar dari mulut Mas Steve. "Maksudnya Gista foto kamu diam-diam?"

Prisa mengangguk. "Tadi aku nggak sengaja lihat waktu lagi ambil gambar dia setelah make over."

Rentetan kejadian di rumah Gista meluncur dari mulut Prisa tanpa henti. Dimulai dari mengajarkan gadis itu melakukan perawatan wajah--yang cukup sulit karena Gista sama sekali tidak tahu menahu tentang skincare--hingga dilanjutkan dengan make up sederhana yang biasa ia lakukan sebelum berangkat kerja. Ia mengajarkan gadis itu untuk membersihkan wajah dengan micellar water menggunakan kapas, yang dilanjutkan dengan milk cleanser untuk membersihkan debu dan kotoran. Setelah itu, ia menyuruh Gista mencuci muka dengan facial foam, kemudian memakai toner untuk menutup kembali pori-pori wajah yang terbuka setelah dibersihkan.

Riasan wajah yang ia ajarkan juga sangatlah dasar. Ia mengajarkan cara menggunakan pelembab, kemudian concealer untuk menutupi bekas jerawat yang ada di wajah Gista. Setelah itu, ia membubuhkan foundation dan bedak sebagai lapisan terakhir. Merapikan alis tebal yang berantakan, Prisa dengan hati-hati mencukurnya. Ia hanya memulas tipis pensil alis, kemudian melanjutkan dengan memakaikan eyeshadow dan eyeliner yang membuat mata sipit Gista terlihat lebih besar. Ia mengusapkan blush on tipis di pipi chubby gadis itu dan terakhir, memoleskan lipstik berwarna peach kesukaannya.

Tak dapat dipungkiri, wajah juniornya itu terlihat lebih bersinar dibanding biasanya setelah mendapat sentuhan bedak dan lipstik. Prisa bertanya-tanya, mengapa ibu Gista tak melakukan ini sebelumnya untuk anaknya. Padahal kalau dilihat di gambar yang dipajang di dinding seantero rumah, wanita itu terlihat sangat bergaya.

Setelah bermain dengan wajah, kini ia mengatur pakaian yang akan dicoba untuk dikenakan Gista. Prisa menerangkan kombinasi warna dan jenis busana yang cocok untuk dipakai bersamaan. Ia menyuruh gadis itu mengenakan blouse merah yang pas di badan dengan pencil skirt berwarna hitam. Hasilnya lumayan, Gista terlihat lebih elegan dibanding biasanya. Selanjutnya blouse merah muda dengan rok berwarna abu-abu yang membuat gadis itu terlihat manis dan menggemaskan. Gista meminta Prisa mengabadikan perubahan dirinya dalam ponsel agar nanti dia bisa menjadikannya referensi serta mengirim foto itu kepada orang tuanya.

Prisa yang sedang melihat hasil jepretan dan make over di galeri ponsel seketika terhenyak. Tanpa sengaja, ia melihat foto dirinya di kantor tidak dalam kondisi siap di foto. Ada gambar saat dia sedang bercanda dengan Kevin, minum cokelat hazelnut, berbicara dengan Mas Bagas, bahkan Mas Steve yang mencuri ciuman di keningnya. Pose lain yang tidak semestinya juga terlihat, ketika ia sedang tersenyum sendiri sambil melihat ponsel, menjilati saus kentang goreng, sampai saat kakinya terkilir dan berpakaian seadanya paska lembur. Jantungnya seolah terhenti menyadari kalau sepertinya, ia sedang dimata-matai.

Copycat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang