Saat ini, Riki dan Jovan bertatapan beberapa saat sampai akhirnya Jovan menarik tangan Riki untuk masuk kerumahnya.
Riki yang hanya pasrah saja ditarik oleh Jovan, siapa suruh dia datang si hadapan Jovan dengan tubuh penuh luka, itu memang salahnya juga.
Jovan membawa Riki ke kamarnya, saat didepan pintu terdengar suara tertawa Jere dan Danu dari dalam, Riki memang tadi berfikir dua kali saat melihat motor Jere dan Danu depan, apa dia berbicara pada Candra besok saja di sekolah atau dia berbicara dirumahnya meskipun dia tau Jovan yang akan membukakan pintu untuknya nanti.
Jovan membuka pintu dengan kasar dan itu membuat orang yang berada didalam ruangan itu kaget, ditambah lagi Jovan bersama seseorang yang tak asing bagi mereka.
"Lagi?" Batin Danu saat dia melihat beberapa luka di badan Riki.
Candra yang saat itu melihat Riki, dia langsung berdiri dan membawa Riki keluar dari rumahnya.
"Candra lo mau kemana?" Tanya Jere namun Candra tidak menjawabnya.
Candra membawa Riki ke rumah pohon miliknya dibelakang rumah, jarangnya tidak terlalu jauh dari rumahnya, tetapi rumah pohonnya tal terlihat jika dilihat dari jauh.
Saat Riki masuk kesana, pandangan Riki langsung tertuju pada foto foto yang tertempel disana. Ada banyak sekali foto Jovan dan mamanya disana, tak ada satupun foto Candra disana, sampai akhirnya Riki pandangan Riki tertuju pada sebuah foto lelaki yang asing baginya. "Itu siapa?" Tanyanya sambil menunjuk foto itu.
"Papa, papa jahat yang udah hancurin kehidupan mama, dan udah ninggalin Jovan" jawab Candra langsung.
"Lo benci papa lo?" Tanya Riki lagi.
"Saya ga benci papa, saya juga ga benci Jovan, mama apa lagi, saya sayang sama mereka karena mereka keluarga saya."
Riki saat mendengar itu tanpa sadar meneteskan air matanya, dia merasa dia sama dengan Candra, sejahat apapun keluarganya terhadap dia, dia tidak akan pernah bisa membencinya.
"Cerita" ucap Candra tiba tiba.
"Abang gue dari dulu benci gue, karna iruy gue sama abang gue tinggal pisah, ayah sama abang dan gue sama ibu, sesekali abang sama papa pulang, abang selalu pukul gue setiap dia dateng, dulu pas SD gue lari ke Jovan buat cerita, tapi sejak gue mutusin hubungan gue sama dia, gue cuma bisa nahan sakit gue sendiri, gue juga ga bisa nunjukin sisi lemah gue ke Fara, sekarang gue punya lo kan? Gue boleh lari ke lo kan?" Candra pun menganggukkan kepalanya dan langsung memeluk Riki membiarkan Riki menangis di pelukannya.
Saat merasa Riki sudah tenang, akhirnya Candra melepaskan pelukannya dan kembali menatap Riki. "Riki denger saya, saya bukannya ga mau kamu lari ke saya, tapi lebih bagus lagi kalau kamu bersandar sama orang yang kamu sayang, Fara juga bakal lebih bahagia kalau kamu lari ke dia saat kamu lagi jatuh, karena dia bakal berfikir kalau kamu benar benar mencintai dia sampai kamu rela nunjukin sisi lemah kamu untuk dia dan itu juga akan semakin berpengaruh sama hubungan kalian."
Riki tertawa mendengar itu, bagaimana bisa Candra bisa mengeluarkan kata kata seperti itu dari mulutnya, Candra mengatakannya seolah olah dia pernah mengalami itu, setahunya Candra belum pernah menyukai perempuan selain mamanya, hanya itu yang Riki tau.
"Kenapa ketawa? Tanya Candra.
"Lo, pernah lari ke cewe juga?"
"Saya nanya kenapa kamu nanya balik sih!"
"Buat jawab, gue harus tau jawaban lo dulu."
"Engga pernah."
Riki semakin tertawa saat mendengar jawaban Candra, ternyata benar apa yang dia pikirkan, lantas dimana dia mendapat kata kata seperti itu tadi.
"Lo belajar dari mana kata kata kayak tadi?"
"Saya ga belajar, saya cuma bilang apa yang dipikirkan saya, lagian kamu juga punya tempat tujuan, engga kayak saya."
"Jadi, gue pergi ketemu Fara nih?" Candra pun menganggukkan kepalanya pelan, dan saat itu juga Riki langsung pergi dari sana.
Candra tersenyum memperhatikan punggung Riki yang perlahan menghilang. "Bilang makasih aja engga, dasar Riki untung kamu temen saya" batin Candra.
Candra memilih untuk tetap dirumah pohonnya, entah mengapa dia merasa sedih saat mengingat Riki tadi, dia sangat iri, Riki mempunyai tempat untuk lari sedangkan dia tidak, Candra terus merenungkan itu sampai dia tak sadar ternyata hari sudah malam, dia lupa memasak makan siang untuk Jovan dan yang lain serta makan malam untuk mamanya. Dengan cepat Candra pun berlari menuju rumahnya.
Candra masuk lewat pintu depan agar tidak ada yang curiga padanya kalau dia kebelakang rumah, Candra memang tidak akan membiarkan ada orang rumah yang mengetahui kalau ada rumah pohon dibelakang rumahnya, dia takut akan dimarahi Sarah jika dia melihat fotonya dan Jovan tertempel banyak di rumah pohon itu, terlebih lagi Candra juga mengambil foto ayahnya secara diam diam di kamar Sarah.
Didepan, motor Jere dan Danu sudah tidak ada, itu artinya mereka sudah pulang sedangkan mobil Sarah sudah ada di bagasi yang berati Sarah sudah ada dirumah saat ini. saat Candra masuk, dia langsung berjalan menuju dapur, saat berjalan, dia mendengar suara tangisan perempuan, dia langsung berasumsi kalau itu adalah Sarah, Candra yang khawatir akhirnya berlari mendekati sumber suara itu.
Di meja makan, Candra melihat sosok ibunya yang tengah menangis dengan sebotol minuman keras yang dia pegang. Candra langsung menghampiri Sarah dan mencoba untuk mengambil botol minuman keras yang hampir habis itu.
"Mama, jangan minum lagi, mama udah mabuk." Ucap Candra pelan masih berusaha untuk mengambil botol minuman itu tetapi Sarah bersikeras tidak mau melepas botol itu.
"Lepasin saya, saya benci kamu!" Ucap Sarah.
"Ma, Jovan mana? Aku panggilin Jovan yah."
"Jovan gaada dirumah dan saya ga mau ditinggal berdua sama kamu!"
"Ma, kalau Jovan liat mama kayak gini, Jovan bakal marah sama mama."
"Jangan berani kamu ucapin nama anak saya dengan mulut sialan kamu!"
"Mama...."
"Saya capek, saya ga mau liat kamu, tidur diluar malam ini."
Candra tetap tidak mau mendengar dan memilih untuk membawa ibunya kedalam pelukannya. "Mama tenang, Candra ga akan ninggalin mama."
Sarah terus memberontak agar Candra melepaskan pelukannya sampai akhir Sarah memukulkan botol minuman itu ke kepala Candra.
Darah terus menetes di kepala Candra bersamaan dengan pecahnya botol itu. Candra tidak memperdulikan dirinya dan memilih untuk membersihkan pecahan botol itu agar tidak mengenai Sarah.
"PERGI!!!"
Candra masih tidak mendengarkan sampai akhirnya Sarah menyeretnya ke pintu depan lalu menguncinya dari luar.
Candra terus mengetuk pintu itu sambil memanggil mamanya, dia sangat khawatir jika Sarah sudah mabuk begini, terakhir kali Sarah mabuk, dia mencoba menyayat tangannya sendiri, saat itu juga Candra menelfon Jovan dan memintanya segera pulang.
Tak butuh waktu lama akhirnya Jovan sampai, dia menyuruh Candra untuk menunggu saja diluar untung saja Jovan selalu membawa kunci cadangan jadi dia tak perlu menunggu untuk dibukakan pintu.
Candra yang melihat Jovan sudah masuk kedalam rumah, langsung merasa lega, sudah tidak apa apa kalau Jovan sudah ada, mamanya pasti akan lebih tenang.
Entah mengapa sekarang Candra baru merasakan sakit di kepalanya, darahnya pun masih terus menetes tanpa henti sampai beberapa saat kemudian terlihat seorang perempuan yang berlari menghampirinya. Perempuan itu langsung membawa Candra dalam dekapannya.
"Cahaya?" Batin Candra.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRA DAN SEMESTA ||END
Teen FictionBukan cuma orang orang yang membenci Candra, tetapi juga semesta. Apakah kehidupan Candra akan berubah nantinya? Jangan jupa vote and follow guys Maaf banget kalau banyak typo, baru direvisi kalau udah end nanti SELAMAT MEMBACA