PART 33

418 36 2
                                    

Akhir-akhir ini Candra selalu merasa aneh dengan tubuhnya, ia mulai gampang merasa lelah dan juga selalu mimisan beberapa kali. Selain itu, gusinya juga selalu berdarah setiap kali ia mengikat giginya. Karena itu, hari ini Candra memutuskan untuk memeriksakan dirinya ke rumah sakit. Setidaknya ia ingin tahu ada apa dengan tubuhnya.

Setelah pulang sekolah, Candra memutuskan untuk berjalan kaki ke rumah sakit. Meskipun jarak rumah sakit dan sekolahnya cukup jauh, Candra tetap memilih untuk berjalan kaki saja. Ia lebih terbiasa berjalan kaki sampai menikmati udara yang sudah dipenuhi polusi. Tetapi meskipun udara sudah dipenuhi polusi seperti itu, Langit tetap indah, warnanya masih berwarna biru dan awan di atas sana juga masih sama putihnya.

Perjalanan yang cukup jauh itu sekarang sudah membuat Candra kelelahan. Tetapi, rumah sakit sudah ada di depan sana. Karena itu Candra memutuskan untuk menahan rasa lelahnya itu karena tempat tujuannya sudah di depan mata.

Sekarang Candra sudah masuk kedalam ruangan seorang dokter yang bernama Dokter Alan.

"Kamu Candra?" Tanya dokter Alan.

"Iya, Dokter"

"Wali kamu mana, Candra? Saya butuh bicara dengan wali kamu"

"Saya tidak punya wali, Dok. Memangnya saya kenapa yah?"

"Kamu beneran, tidak ada keluarga atau kerabat yang bisa dihubungi?"

"Tidak ada, Dok"

Dokter Alan menghela napasnya "Candra, kamu sudah lama merasakan ada yang aneh dari tubuh kamu kan?"

"Iya, Dokter"

"Dan akhir-akhir ini tubuh kamu lebih lemah dari biasanya?"

"Iya dokter, benar. Kalau boleh tau, Saya sakit apa yah?"

"Maaf yah, Candra, kalau saya harus memberikan kabar buruk kepada kamu. Sebenarnya, kamu menderita kanker darah stadium akhir"

Deg

"Dokter bohong kan? Saya enggak mungkin sakit separah itu"

Dokter alan langsung memberikan sebuah map kertas berwarna coklat kepada Candra. "Ini hasil tes kamu, Candra. Dan secepatnya, kita harus bisa memulai pengobatan"

"Terima kasih yah, Dok. Saya pamit dulu" pikiran Candra sekarang sudah sangat kacau. Jika mendengar ucapan dari dokter Alan lebih lama lagi, ia mungkin akan menangis. Jadi, Candra memilih untuk pergi saja dari sana setelah ia mengambil map coklat berisikan hasil tes miliknya.

Candra mulai berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang ramai. Ia terus melangkahkan kakinya sambil menatap map yang dipegangnya dari tadi. "Tuhan, mereka belum memaafkan saya. Jangan ambil saya dulu sebelum semuanya selesai"

"JEFIAN, LO UDAH GILA? LO MAU NGEBUNUH PASIEN?" Teriakan dari seorang lelaki membuat langkah Candra terhenti. Ia langsung mencari kemana suara itu berasal. Ternyata, suara itu berasal dari tangga darurat. Candra pun memilih untuk melihat apa yang terjadi di sana.

Sekarang, Candra dapat melihat ada dua orang lelaki yang memakai jas putih yang berarti mereka adalah dokter. Yang satu sedang menatap penuh amarah kepada orang di depannya, dan yang satu hanya bisa tertunduk diam.

"JAWAB GUE JEFIAN! SIAPA YANG NGAJARIN LO BUAT BEDAH PASIEN DI UGD? SIAPA! LO ITU CUMA DOKTER TAHUN PERTAMA. PENGALAMAN LO MASIH BELUM BANYAK. KALAU PAKAIANNYA KENAPA-NAPA ELO MAU TANGGUNG JAWAB?"

"Maaf, saya cuma tidak tega melihat pasien itu. Kalau saya tidak melakukan apa-apa, dia bisa meninggal"

"TETEP AJA GUE DISINI SEBAGAI PEMBIMBING ELO, DAN KALAU LO NGELAKUIN KESALAHAN, PASTI GUE YANG BAKAL KENA BATUNYA. JADI, LO HARUS HATI-HATI"

CANDRA DAN SEMESTA ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang