PART 28

385 30 0
                                    

Flashback part 8

Sarah langsung terjatuh ke lantai ketika ia menutup pintu kamarnya. Rasanya Sarah ingin mati saja saat itu ketika ia baru menyadari perbuatannya.

"Sarah, apa yang kamu lakukan" ucap sarah pada dirinya sendiri.

Tanpa sadar, air matanya kini mulai menetes. Hatinya terasa sangat sakit. Bahkan ia kesulitan untuk bernapas.

"Maafkan saya, Candra"

Ingin rasanya Sarah berlari menuju kamar Candra saat itu juga, tapi sayangnya Sarah terlalu lemas untuk sekedar berdiri saja. Ingatan masa lalu saat ia berusaha mempertahankan Candra kembali tergambar diingatan Sarah.

Sarah mulai merasakan sakit yang teramat di bagian kepalanya. Kata-kata kasar yang di lontarkan ayahnya kembali terdengar, tubuhnya kembali merasakan sakit. Luka lamanya terbuka lagi.

"Tuhan, jangan sekarang ku mohon. Anak-anakku ada di rumah" batin Sarah yang sekarang sedang sekuat tenaga menahan rasa sakit yang ia rasakan.

Semakin sesak, tubuhnya menggigil, kepalanya semakin sakit, tapi Sarah paksakan dirinya untuk berdiri dan menghampiri Jovan.

Sarah segera masuk begitu saja ke kamar Jovan lalu memeluk anak kesayangannya itu yang sedang tidur.

"Jovan, mama sayang kamu" ternyata kehadiran Sarah disana membangunkan Jovan yang tengah tertidur pulas. Jovan dibuat terkejut ketika tiba-tiba ada orang yang memeluknya begitu erat.

"Ma? Kok disini?" Tanya Jovan yang langsung bangun dari tidurnya lalu balik memeluk mamanya.

"Mama kenapa nangis?"

"Mama cuma mimpi buruk tentang kamu, dan mama takut mimpi itu jadi nyata, Jovan. Makanya mama kesini buat cek kondisi kamu"

Tangan besar milik Jovan itu pun ia arahkan menuju kepada Sarah. Kemudian ia usap lembut surai milik Sarah itu.

"Ma, itu cuma mimpi, gapapa yah? Jangan khawatir" Sarah pun mengangguk pelan ketika mendengar itu.

"Yaudah, kamu tidur lagi gih, maaf yah mama ganggu"

"Mama gak ganggu sama sekali kok"

Setelah memastikan Jovan benar-benar tertidur, Sarah pun segera pergi dari kamar Jovan. Tapi bukannya kembali ke kamarnya, Sarah justru keluar dari rumahnya dan menuju ke belakang rumah.

Suara dari ayahnya itu sekarang sudah tak lagi terdengar di telinga Sarah. Itu karena Sarah sudah bertemu dengan obatnya. Yaitu anaknya, Jovan.

Tapi, suara itu hilang, tapi sakit Sarah masih terasa. Air matanya juga tak bisa lagi ia tahan. Karena itu, Sarah memilih untuk keluar dari rumah.

Sarah terus berjalan hanya menggunakan flashlight ponselnya sebagai penerangan. Sampai akhirnya Sarah melihat sebuah rumah pohon yang baru Sarah tau kalau ada rumah pohon tak jauh di belakang rumahnya.

Karena penasaran, Sarah pun memilih untuk masuk ke dalam rumah pohon itu.

Hati Sarah dibuat semakin terluka ketika melihat isi rumah pohon itu. Isinya banyak sekali foto-foto dirinya dan Jovan. Bahkan ada foto mantan suaminya disana, foto yang sudah lama hilang.

Sarah pun mengambil salah satu foto milik Jovan yang ada di sana, lalu tanpa sengaja ia melihat sebuah tulisan dibalik foto itu. Tulisan yang Sarah sangat kenal tulisan siapa itu.

"Mereka adalah kesayangan saya"

"Mama Sarah, dan Abang Jovan, juga papa yang saya rindukan dan juga saya benci, saya sangat sayang kalian"

"Candra tidak pernah benci kalian"

"Di dunia ini, kalau saya tidak diizinkan untuk bahagia, saya tidak apa-apa, karena mama dan Jovan juga sama sakitnya"

Itu adalah beberapa tulisan yang ditulis candra di balik foto-foto itu. Ternyata, dibalik foto bahagia yang ada di sana, terdapat curahan hati milik Candra. Sarah tidak mampu melanjutkan untuk melihat tulisan-tulisan Candra yang lain. Itu akan membuat dirinya semakin terluka.

Hati Sarah sudah benar-benar hancur. Air matanya semakin deras terjatuh. Dadanya semakin sesak.

"Jovan, Candra, maaf karena kalian di rawat oleh wanita yang gagal menjadi orang tua seperti saya" lirik Sarah.

Tangannya kini ia arahkan untuk memukul-mukul dadanya yang sangat sakit itu. Tangis dalam diamnya tak lagi bisa ia tahan. Sarah mulai menangis dan melepaskan bebannya.

Tangisnya itu tak bisa ia hentikan. Mungkin karena dirinya terlalu terluka? Tapi yang bisa Sarah lakukan sekarang hanyalah menangis. Mungkin, menangis sampai air matanya kering tak akan bisa menggantikan rasa sakit yang sudah ia berikan kepada Candra selama ini.

"Saya terluka, Candra, saya juga tau kamu teramat terluka. Tapi, saya berusaha untuk mencoba mengabaikan dan bermasa bodoh dengan luka kamu"

"Saya... Memang gagal dari dulu sebagai orang tua kamu dan Jovan"

Jam dua pagi, Sarah memilih untuk kembali ke rumahnya setelah ia merapikan kembali foto-foto di dinding rumah pohon itu ke teman asalnya.

Ia sudah menyelesaikan tangisnya, tapi sakitnya belum. Yang Sarah butuhkan untuk menghilangkan rasa sakitnya ada di kamar. Jadi, Sarah harus kembali sekarang.

Setelah sampai di kamarnya, Sarah pun berjalan perlahan menuju meja rias miliknya. Ia pun membuka laci meja risa itu lalu mengambil sebuah pisaunya kecil yang ia selalu simpan disana.

Sarah pun segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada dalam kamarnya itu lalu mengunci pintu itu. Keran pun segera ia nyalakan.

Tanpa keraguan sedikitpun, Sarah langsung memberikan satu sayatan pada paha kanannya.

Meskipun sayatan itu menyakitkan, tapi belum seimbang dengan sakit yang dirasakan Sarah. Ia pun menambahkan dua sayatan lagi pada pahanya.

Sakit. Memang sakit rasanya. Tetapi, ini masih kurang untuk Sarah. Ia pun menambahkan dua sayatan terakhir pada pahanya.

Sekarang sudah sedikit lega rasanya. Sekarang sudah seimbang. Jovan yang kakinya cedera, Candra yang kakinya sakit akibat perbuatannya, dan sekarang pahanya juga ia lukai agar di rumah ini bukan hanya kedua anaknya yang merasakan sakit.

Sarah pun menghapus air matanya yang berceceran akibat sayatan yang dibuatnya itu menggunakan punggung tangannya, lalu ia mulai berdiri untuk membersihkan darahnya. Ia pun langsung menyirami lukanya menggunakan air agar darahnya tidak menetes ke lantai.

Perih, tapi tak apa. Sarah sudah terbiasa.

Setelah memastikannya kamar mandinya bersih, Sarah pun keluar dari kamar mandi lalu ia pun mengambil kotak P3K  yang ia simpan di lemari pakaiannya.

Meskipun luka itu tidak langsung sembuh meski sudah di obati, tetap saja Sarah harus bertingkah seolah dia baik-baik saja.

Dia adalah ibu yang kuat di mata anaknya, maka Sarah harus selalu menjadi seperti itu. Pikir sarah.








Sarah😭😭😭 sayang banget sama kamu. Kamu tuh ibu yang kuat banget, kamu ibu yang baik buat Jovan dan Candra

Haiiii makasih buat yang udah nungguin update aku, selamat membaca yah💚💚💚


CANDRA DAN SEMESTA ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang