PART 26

397 27 2
                                    

Suara alarm di kamar Candra sudah berbunyi. Tetapi yang punya kamar sendiri sudah bangun dari tadi. Ia dari semalam tidak bisa tidur, rasanya, matanya itu enggan untuk tertutup. Mungkin itu karena perasaannya sedang campur aduk. Rasa bahagianya karena bertemu dengan keluarga yang dari dulu ia rindukan, penyesalannya karena bersikap seperti itu kepada mamanya kemarin, dan rasa rindunya kepada Sarah dan juga Jovan.

Dari kemarin, Candra terus memikirkan Sarah. Ia ingin sekali mengetahui bagaimana kondisi wanita kesayangannya itu. Candra ingin tau apakah dia baik-baik saja atau tidak. Candra ingin mendengar suara mamanya itu walaupun hanya satu kata saja. Candra, dia sudah sangat merindukan mama tercintanya. Mama yang membesarkannya.

Candra sedang sibuk memakai seragam sekolahnya. Sesekali juga ia menatap layar ponselnya itu. Ia sangat ingin menelepon Jovan, tetapi ia juga merasa tidak pantas lagi. Sekarang, Candra merasa sudah bukan siapa-siapa lagi untuk Jovan. Harapannya untuk menjadi adik yang baik untuk Jovan sekarang sudah tidak bisa terwujud. Sekarang, Candra hanyalah seorang anak dari keluarga kaya raya yang tinggal bertiga disebuah rumah megah.

Setelah memakai seragam sekolahnya, barulah Candra beranjak turun untuk sarapan.

Baru saja kakinya melangkah tiga langkah, tangannya sudah mulai berkeringat. Candra Sangat gugup dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan nanti di meja makan. Ditambah, ini adalah sarapan pertama kali bersama keluarga untuk Candra, karena sebelumnya, dia akan menunggu Sarah dan Jovan untuk selesai makan setelah itu barulah dia makan.

Candra berhenti sejenak untuk mengatur napasnya. Perlahan Candra menutup mata lalu ia hirup udara melalui hidung kemudian di hembuskan lewat mulut. Ia lakukan gerakan itu secara berulang. Sampai tiba-tiba, Candra mendengar suara langkah kaki yang berjalan menuju ke arahnya. Dibukalah mata Candra dan nampak seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Dewi, mamanya.

"Candra, ayo nak turun, kita sarapan" ucap Dewi saat dia sudah berada di depan Candra.

"S-saya..." Dengan tatapan bingung dari wajah Dewi, ia menjawab anaknya itu. "kenapa sayang? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Dewi.

"Saya minta maaf"

"Kenapa minta maaf, sayang, kamu kan ga salah apa-apa"

"Saya enggak seharunya bersikap seperti itu kemarin, jadi maaf kalau saya bikin mama terluka"

Mama

Senang rasanya mendengar kata itu keluar dari mulut sang anak. Jujur saja, Dewi mengira kalau Candra tidak akan mengatakan itu kepadanya. Ia merasa Candra tidak akan mau memanggilnya dengan sebutan mama karena selama ini bukan dia yang membesarkan Candra. Tanpa disadari, air mata mulai jatuh membasahi pipi milik Dewi. Ia sangat bahagia karena setelah tujuh belas tahun, ia baru bisa mendengar kata itu keluar dari mulut anaknya.

"Saya melukai hati mama lagi? Saya, saja minta maa–" belum sempat Candra melanjutkan perkataannya, Dewi terlebih dahulu sudah mendekap tubuh Candra. "Pelukan hangat seorang ibu ternyata seperti ini?".

"Terimakasih, Candra, terimakasih banyak"

"Terimakasih?" Candra semakin dibuat bingung. Kenapa tiba-tiba mamanya mengucapkan terimakasih?

"Terimakasih karena mau mengatakan itu"

"Mengatakan apa ma?"

"Mama, kamu manggil mama dengan sebutan mama. Itu sangat berarti untuk mama sayang"

"Saya selalu rindu sama mama, dari dulu" Candra kemudian membalas dekapan itu tak kalah eratnya. Ia sangat bahagia, baru kali ini ia merasakan pelukan yang sangat nyaman dan hangat. Candra ingin merasakan pelukan itu selama mungkin. Bahkan selamanya. Tetapi, disisi lain, Candra juga ingin merasakan bagaimana rasanya pelukan hangat dari mama Sarah. Dari dulu juga Candra selalu menginginkan itu.

CANDRA DAN SEMESTA ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang