Disinilah Candra berada sekarang. Dirumah yang tak kalah megah dan mewah dari rumahnya yang lama. Rumah yang sangat asing baginya. Tapi, meskipun begitu, ada sedikit kesamaannya dirumah itu. Sama sama rumah mewah tetapi sangat sepi. Seperti rumah lamanya.
"Candra, kamar kamu ada di atas" suara dari sang ayah itu membuat Candra yang tadi sibuk melamun, kini ia tersadar dari lamunannya.
"Iya, Saya keatas dulu"
"Ada mama kamu disana. Baik-baik sama mama yah? Dia kangen banget sama kamu"
Deg
Mama, entah kenapa, Candra merasa tidak ingin bertemu dengan mamanya. Pasalnya, Candra selama ini hanya menganggap mamanya hanya satu. Mama Sarah. Dia takut jika nantinya Candra akan lebih menyayangi mama Sarahnya dibanding dengan mama kandungnya sendiri. Dia tidak ingin menyakiti hati mama kandungnya itu.
"Saya boleh minta sendiri dulu? Jangan bikin saya ketemu sama mama yah? Jangan dulu untuk sementaranya"
"Candra, dia ibu kandung kamu, selama ini dia sangat merindukan kamu, ketemu sama dia yah?"
"Saya butuh waktu, saya juga harus menenangkannya diri dulu. Saya sampai sekarang bahkan berpikir untuk kembali kepada mama Sarah. Jadi, kasih waktu yah? Sampai saya mau menerima kalian"
"Maafkan papa yah sayang? Ini semua salah papa"
"Iya, ini salah anda "
Jujur, Hati Joni sangat sakit mendengarnya. Tapi meskipun sakit, tetap saja ia harus tegar. Fakta bahwa anaknya ini masih terluka karena kesalahannya dulu, dia harus menerimanya. Ditambah lagi, dia rak hanya memberikan luka kepada Candra saja. Tetapi pada Sarah, Jovan, bahkan Dewi. Mereka semua terluka karena ulahnya. Karena kecerobohannya.
"Candra.... Jangan begitu yah? Kasihan mama kamu, biar papa aja yang di diamkan sama kamu, tapi mama jangan yah?" Joni, lelaki itu masih berusaha membujuk putranya agar mau berbicara dengan sang ibu yang sekarang masih sibuk merapikan kamar Candra.
"Saya usahakan yah?"
"Yasudah, kita naik keatas yah? Biar papa yang bawa koper kamu" Joni hendak mengambil koper yang dipegang oleh Candra, tetapi Candra memilih untuk membawa kopernya sendiri.
"Saya sendiri saja, silahkan istirahat, saya juga akan istirahat" tolak Candra.
Candra kemudian naik ke atas sendirian. Dia langsung menemukan kamarnya di atas, karena didepan pintu kamar yang berwana coklat itu, ada sebuah note bertuliskan kamar Candra ditambah lagi, kamar itu yang paling dekat dari tangga. Hampir mirip dengan posisi kamar Jovan dirumah lamanya.
Ia ketuk dulu pintu kamar itu lalu ia buka. Kemudian nampaklah sosok ibu dari Candra. Ibu yang melahirkannya. Iya, itu Dewi. Dia terlihat sedang sibuk menata beberapa baju dalam lemari yang cukup besar di dalam kamar itu.
"Candra? Duduk dulu yah, mama hampir selesai kok"
"Makasih sebelumnya, tapi saya capek, saya mau istirahat boleh?"
"Kamu gak mau makan dulu? Atau keliling rumah?"
"Saya capek, maaf yah?"
"Iya sayang, mama ngerti kok"
"Itu.... Itu seragam sekolah siapa?" Di tengah pembicaraan mereka, entah kenapa fokus Candra teralihkan dengan seragam sekolah yang kebetulan dipegang oleh Dewi sekarang.
"Ini seragam kamu. Minggu depan kamu pindah sekolah yah?"
"Kenapa? Kenapa saya harus pindah? Kenapa tiba-tiba juga?"
"Maaf yah sayang? Tapi ini demi kebaikan kamu dan Jovan. Sarah, dia mungkin gak akan suka kalau kamu ketemu Jovan mulai sekarang"
"Saya gak bisa, saya gak mau pindah"
"Dengerin mama yah sayang? Mama moh—"
Tes
"Candra kamu mimisan" Mendengar itu, Candra dengan sigap mengelap darah yang mengalir dari hidungnya itu menggunakan punggung tangannya.
"Saya gapapa kok, ini karena saya sedang banyak pikiran, saya juga lagi capek"
"Yaudah, kamu istirahat yah? Nanti mama panggilkan dokter"
"Gak usah, saya cuma butuh istirahat"
"Mama keluar yah sayang? Kalau ada apa-apa, silahkan panggil mama atau papa"
"Iya, terimakasih"
Setelah sang ibu itu benar-benar pergi, barulah Candra bergegas pergi ke toilet yang kebetulan ada di kamar Candra juga untuk membasuh wajah dan tangan yang sudah dipenuhi oleh darah.
"Kamu munafik Candra, kenapa tidak bisa kamu peluk mama kamu? Kamu bodoh, kamu anak gak tau diri Candra" sembari membersihan tangannya, pikiran itu terus terlintas di pikiran Candra. Jujur, dia sangat ingin memeluk tubuh ibunya itu, tatapi sayang tubuhnya tidak mau bekerja sama dengan pikirannya. Tubuhnya memilih diam.
"Sial! Kenapa tidak berhenti?" Candra masih sibuk dengan aktivitasnya. Jujur, dia merasa kesal, kenapa harus saat ada mamanya? Kenapa bukan saat dia sendiri saja?
"Berpihak sama saya dulu yah? Saya mohon"
Setelah selesai dengan aktivitasnya dan darah yang mengalir juga sudah mulai berhenti, barulah Candra merebahkan tubuhnya di kasur kemudian mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Candra akan menelpon Cahaya.
"Hai Cahaya"
"Candra? Udah di rumah baru yah?" Suara Cahaya. Ia sangat rindu itu. Padahal dia tidak selama itu berpisah dari Cahaya. Tapi rasa rindunya sudah benar-benar membesar.
"Saya rindu kamu"
"Besok pulang sekolah aku kesana sama Riki"
"Jangan yah? Jangan kesini, jangan temui saya dulu, saya gapapa terus rindu sama kamu, tapi jangan kesini yah?"
"Kenapa Candra?"
"Saya juga bakal pindah sekolah, kita gak akan ketemu lagi di sekolah"
"Yah tapi kenapa kamu tiba-tiba pindah? Tante Dewi gak bilang apa-apa ke aku"
"Aya.... Saya cinta kamu"
"Aku juga cinta kamu Candra, jadi, besok aku kesana yah?"
"Jangan dulu yah? Saya gak bisa ketemu kamu dulu, saya sedang banyak pikiran"
"Candra....."
"Saya mau beres-beres dulu yah? Saya udah cukup dengar suara kamu, makasih yah?"
"Can.."
"Saya tutup yah Cahaya?" Tanpa menunggu jawaban Cahaya, Candra pun langsung menutup telpon itu. Ia takut jika lebih lama ia mendengar suara wanitanya itu, ia akan langsung pergi menghampirinya.
"Besok aja deh saya rapikan" Candra berbicara kepada dirinya sendiri.
Candra kemudian berdiri dan mengambil sesuatu di kopernya. Itu ialah sebuah map coklat. Terus Candra pandangi map itu dengan tatapan sedih.
"Semesta..... Kenapa harus saya yang kamu pilih? Kenapa sebenci itu kamu sama saya?"
Haiiiiii makasih buat yang udah nungguin
SELAMAT MEMBACA 💚
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRA DAN SEMESTA ||END
Teen FictionBukan cuma orang orang yang membenci Candra, tetapi juga semesta. Apakah kehidupan Candra akan berubah nantinya? Jangan jupa vote and follow guys Maaf banget kalau banyak typo, baru direvisi kalau udah end nanti SELAMAT MEMBACA