PART 15

414 35 3
                                    

Hari sudah larut malam, Candra perlahan berjalan menuju kamar Jovan karena baru saja Jovan mengiriminya pesan dan menyuruh Candra untuk ke kamarnya, untung saja Candra masih belum tidur.

Saat Candra sudah berada di depan pintu kamar Jovan, Candra pun mengetuk pintu dengan pelan dan langsung di bukakan oleh Jovan.

Jovan menyuruh Candra untuk duduk  di kursi meja belajarnya sedangkan Jovan sendiri duduk di atas kasurnya.

"Gue bakal kasi Cahaya buat lo asal lo nurutin perintah gue" ucap Jovan memulai pembicaraan.

"Jovan maaf tapi Cahaya bukan barang yang bisa di kasi ke orang orang" cela Candra

"Mungkin dia udah cerita sama lo tentang abang dia, jadi lo jangan sekali kali tinggalin dia, dia temen lo sekarang jadi lo harus selalu di samping dia dan dengerin cerita dia"

"Saya bakal lakuin itu tapi kamu harus janji biarin saya makan dikantin dengan tenang tanpa di ganggu kamu dan teman teman kamu"

Emang lo tau siapa yang gu- belum sempat Jovan menyelesaikan perkataannya, Candra langsung memotong ucapannya "Riki" jawab Candra langsung.

"Banyak mau lo, mending ga usah aja!" Ucap Jovan kesal.

Candra tersenyum mendengar perkataan Jovan barusan "Jovan, tanpa kamu suruh pun, saya ga akan ninggalin Riki, dia teman saya sekarang" jawab Candra.

"Oke kalau gitu gue bakal kasi Cahaya buat lo, tapi lo tau sendiri kalau gue ga bisa ngelawan mama gue jadi kalau gue kasi dia ke lo bukan berarti lo bener milikin dia"

Ada sedikit rasa sakit dihati Candra saat mendengar itu, "mama gue" "anak saya Jovan" itu langsung terlintas dipikiran Candra.

Candra pun langsung berdiri dari duduknya "Kalau kamu ga ada yang mau diomongin lagi, saya pergi dulu mau tidur, kamu juga tidur jangan begadang yah abang" ucap Candra sambil memberikan senyumannya kepada Jovan.

Jovan merasa risih melihat senyuman Candra, Jovan juga kesal dengan apa yang baru saja Candra katakan. Jovan langsung berdiri menghadap Candra dan langsung melayangkan sebuah pukulan dipipi Candra. "Gue kan udah bilang ke lo kalau gue ga suka di panggil abang sama lo gue anak tunggal ngerti lo!"

Candra hanya menundukkan kepalanya tidak berani menatap Jovan "maafin saya Jovan, saya tadi salah bicara" jawab Candra penuh takut.

"Pergi sekarang sebelum gue narik kata kata gue"

Candra pun langsung pergi saja takut Jovan akan semakin marah. Memang dari dulu Jovan tidak pernah suka jika Candra memanggilnya abang karena memang menurut Jovan, dia itu adalah anak tunggal dia tidak punya adik maupun kakak.

Candra sudah berada di kamarnya saat ini dan seperti biasa dia sudah melupakan hal buruk yang Jovan lakukan padanya dan memilih untuk tidur saja tak lupa Candra menyalakan alarm. Candra sebenarnya tidak butuh alarm, karena dia selalu bangun pagi tetapi kali ini ada yang akan dia lakukan.

Candra baru saja akan memejamkan matanya, tiba tiba saja ada notifikasi pesan di ponselnya dan itu membuat Candra harus memeriksa pesan itu dulu.

Abang
Lo bisa makan
dikantin mulai
besok.

Kan saya udah
bilang tanpa
kamu suruh
saya akan tetap
jadi teman Riki

Abang
Gue cuma males
aja gangguin lo
Dikantin, bosen
gue, gue mau nyari
korban lain

Jovan, kamu ga
Boleh gitu, saya
Gapapa kok di
Ganggu kamu
Yang penting kamu
Jangan ganggu orang
Lain


Abang
Gue ga perlu di
Nasihatin sama lo
Ga usah di bales
Ga penting juga
Lo bales.

🌱🌱🌱

Jam istirahat, Candra dengan perasaan sangat bahagia saat ini sedang berlari menuju kelasnya untuk mencari seseorang dan orang itu adalah Cahaya.


Sesampainya di kelas, Candra langsung menghampiri Cahaya yang saat itu sedang berbicara dengan Fara.

Cahaya hanya mengikuti saja tanpa ada sedikit rasa ingin melawan, sangat senang rasanya jika tangannya digandeng Candra.

Tak butuh waktu lama, mereka sudah berada di tempat dimana Candra akan membawa Cahaya, itu adalah teman belakang sekolah ada yang berbeda disana, dulu yang hanya ada satu ayunan, sekarang sudah ada dua.

Candra yang tadi berdiri di samping Cahaya pun berpindah menjadi menghadap Cahaya.

Candra memandangi wajah Cahaya dengan tatapan yang membuat wajah Cahaya jadi memerah.

Setelah Candra merasa puas menatap wanita di depannya itu, Candra pun perlahan mengulurkan tangannya. "Cahaya adinda putri, ayo kita bersama" katanya.

Dengan sedang hati Cahaya menerima uluran tangan itu, tepat saat tangan mereka bersentuhan, Candra langsung menarik tangan Cahaya dan membawa wanita itu kedalam pelukannya. "Kita tetap seperti ini yah Aya, kita harus jadi pendengar satu sama lain, dan harus jadi tempat bersandar juga, jadi kaku kalau ada masalah cerita dan menangis ke saya karena saya tau kamu juga akan melakukan hal yang sama" bisiknya tepat di telinga Cahaya.

Cahaya yang mendengar itu pun langsung membalas pelukan Candra tak kalah eratnya "kamu ternyata masih inget, aku ga nyangka kamu inget ini" balas Cahaya.

"Cahaya, kamu mau jadi semesta saya?" Tanya Candra pelan.

Cahaya yang masih berada dalam dekapan Candra itu perlahan menganggukkan kepalanya.

"Istirahat kedua nanti, aku mau nunjukin ini ke Fara sama Riki, mereka harus tau kalau seorang Candra Joni Abraham udah menerima Cahaya Adinda Putri sepenuhnya" sambung Cahaya dan di setujui oleh Candra.

Candra perlahan melepaskan pelukannya dan memilih untuk memandangi wajah perempuan didepannya. "Kita ke kantin yuk, saya lapar"

"Tunggu aku di sini, biar aku aja yang beliin buat kamu"

"Ga perlu, Jovan udah engga ganggu saya lagi dia bilang gitu ke saya" jawan Candra sambil memperlihatkan pesan yang dikirim Jovan semalam.

"Kamu percaya kak Jovan?"

"Saya harus percaya karena dia abang saya satu satunya, terlebih lagi Jovan ga pernah narik kata katanya"

Akhirnya mereka berdua pun pergi ke kantin bersama.

Saat istirahat kedua, Cahaya benar benar mengajak Fara dan Riki ke taman belakang dan memperlihatkan ayunan yang di buat Candra untuknya.

"Jadi kalian resmi pacaran?" Tanya Fara.

"Saya ga mau ngasih status buat hubungan saya dan Cahaya, karena jika saat ini saya dan Cahaya pacaran dan setahun dua tahun kemudian kami berantem dan putus, kami cuma dapat kehilangan dan kami hanya saling menyakiti" jelas Candra.

Yang mendengar itu hanya Fara saja, Riki dan Cahaya saat ini sedang berebut untuk menaiki ayunan yang baru saja di buat Candra.

Candra sebenarnya memang membuat ayunan itu untuk Cahaya, tetapi jika Riki juga ingin menaikinya pasti Candra langsung mengizinkan karena Riki juga salah satu orang yang berharga untuknya.

"Lo jangan nyakitin Cahaya kalau lo lakuin itu gue ga bakal tinggal diam" ucap Fara setelah itu pergi menghampiri Riki dan Cahaya yang masih sibuk berebut ayunan.

Mereka bertiga terlihat bahagia meskipun dalam keadaan berselisih dan itu membuat hati Candra menghangat, menyenangkan rasanya bisa melihat orang orang yang tidak membencinya bahagia seperti itu.

"Semesta, apa sekarang kamu mulai menerima saya?" Batin Candra






















Bersambung....

CANDRA DAN SEMESTA ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang